Dec 11, 2007

Aduh Boo Capek Deh

Hari sabtu siang sembari mengujungi klien yang kebenaran tokonya buka di mall saya iseng-iseng mencari makanan di sebuah mall, lagi pula memang sudah saatnya memnajakan diri dengan makanan di hari sabtu, pikir saya.

Setalah merenung renung akhirnya saya memutuskan untuk makan di Foodcourt BSM. Di sana saya melihat ada sesuatu yang sangat menarik pikiran saya, saat itu saya ingin sekali makan Mie Hot Plate jadi saya memutuskan untuk mencari tempat yang menjualnya. Ketemu Yammie dan saya harus masuk anterean baris yang cukup panjang untuk mendapatkan menu yang saya inginkan. Sudah bisa ditebak tentunya apa yang saya lakukan, KELUAR dan CARI TEMPAT LAIN, karena saya tidak tega membiarkan perut saya menuggu terlalu lama. Dua toko dari Yammie saya melihat toko Mie X dan saya pun memutuskan untuk membeli makanan di sana. Namun saya sangat terkejut begitu melihat menu yang ditawarkan, hampir sama persis dengan Yammie dan yang membuat saya lebih terkejut lagi yang membeli ternyata berbanding terbalik sekali dengan Yammie, kalo di Yammie kita harus ngantri di sana ngak perlu sama sekali, wong pas saya lagi beli di situ tidak melayani pesanan, baru setelah itu ada lagi yang pesan, ya satu dua oranglah dalam beberapa menit.

Setelah memesan mie X saya pun duduk dan menikmati mie tersebut dan ternyata rasanya enak sekali, saya jadi melamun kok bisa sepi ya, akhirnya saya menyempatkan diri untuk melakukan pengamatan dan perenungan sesaat.

Nih dia nih hasil THINKnya pertama warna dari design toko tersebut sangat-sangat tidak menarik dan cenderung kaku, dalam buku 22 Immutable Law of Branding karangan Al Ries dan Laura Ries, warna putih yang menjadi background Mie X jelas-jelas menyalahi prinsip hukum branding yang ke 17 yaitu hukum warna. Al Ries mengatakan bahwa suatu merek harus menggunakan warna merek yang berlawanan dengan merek pesaing. Sederhana dan nampak tidak penting sepertinya, tapi menurut saya inilah yang diabaikan oleh Mie X dalam menghadapi persaingan. Bila Yammie mengambil warna merah untuk mereknya, saya sangat menyarankan warna biru menjadi warna yang seharusnya dipakai oleh Mie X tentunya dengan design yang tepat daripada warna hijau dengan background putih yang mungkin tidak akan menarik untuk dipandang mata minimal pada pandangan pertama.

Kedua, design toko. Saya menanyakan hal ini pada tiga orang dan ketiganya menjawab tidak dengan tiga alasan yang berbeda pula. Yang pertama menjawab kuno, kedua menjawab konsepnya ngak jelas dan ketiga menjawab ngak menarik. Saya sendiri kalau boleh jujur ingin mengatakan designnya aneh dan tidak menarik. Nah loh, ini tentu sangat berbahaya karena orang sudah mulai bermain dengan persepsi kalau sampai hal ini tidak segera dibenahi saya kok punya keyakinan ya Mie X ini akan ditinggal konsumen biar pun rasanya enak setelah dicoba.

Ketiga, nama merek. Saya hampir lupa ada sesuatu yang unik di toko tersebut, judul Tokonya Mie X tapi di dindingnya ada tulisan Kafe XX dan ternyata di tissunya pun tulisannya Kafe XX. Jadi apa ya kira-kira nama merek toko tersebut. Saya pikir secara teknis menampakan umbrella brand di tempat sesempit itu bukan keputusan strategis yang tepta tentunya. Hal ini tidak menjadi perhatian yang terlalu penting mungkin bagi pemilik toko ini, tapi saya hanya ingin mengingatkan tujuan dari sebuah pemasaran adalah merek dan profit yang sustainable, hal ini mungkin tidak akan ada pengaruh untuk jangka pendek tapi hati-hati untuk jangka panjang kita tidak akan tahu tantangan, pesaing dan perubahan seperti apa yang akan anda hadapi.

Terakhir, pelayanan. Saya tidak habis pikir ketika teman saya ingin memesan menu yang sama dengan saya, dia harus menuggu sampai tiga menit lebih karena yang melayani sedang NELEPHONE. Gile, bank aja hampir kaga berani kaya gitu eh nih lagi yang jual makanan. Saya tidak tahu apakah pelayanan tersebut memang lagi benar-benar sangat penting untuk nelephone atau memang nga dikasih training bagaimana melayani dengan baik, namun yang pasti pelayan merupakan faktor yang amat sangat penting dalam sebuah bisnis makanan siap saji dan kalau sampai hal ini diabaikan, saya pikir hukuman oleh konsumen yang tidak puas akan membuat kita menangis di kemudian hari.

Ah, dasar kurang kerjaan, bukannya berlibur malah mengkritik usaha orang abis gitu ajaha masih aja ada yang ga ngerti, aduh boo capek deh. Yang beginilah mungkin nasib seorang brandist, I sleep, eat, and ………. With brand. What ever I think, I think brand.

No comments: