Apr 27, 2014

Hotel Internet Marketing, 5 Things is a must


Minggu lalu saya berkesempatan untuk memberikan inhouse traning di salah satu hotel berbintang 4 di Bandung mengenai Online Marketing for Hotel Industry. Sejujurnya 11 tahun bergelut di dunia konsultasi brand dan marketing , blom sekalipun saya dan team menjadi konsultan sebuah hotel, dan inilah bagian menariknya ketika tiba-tiba bagian sales perusahaan mengabarkan bahwa minggu depan kita diminta memberikan training Online Marketing di hotel tersebut.

Kebiasaan saya jika berhadapan dengan klien selalu mencari sebanyak mungkin data dan fakta mengenai industri dan produk klien tersebut, karena ini tujuannya untuk meningkatkan pemesanan di hotel tersebut (sales) ini menjadi menarik sekali buat dipelajari lebih dalam. Di mulai dari sebuah pertanyaan, "Bagaimana saya mendapatan informasi mengenai sebuah hotel?" Nah ini menarik, dari sisi pandangan subjektif saya ketika bicara bagaimana saya mendapatkan informasi hotel, jawabannya hampir pasti "Online". Yah saya selalu mencari informasi menginap melalui situs online kemananapun saya pergi khususnya TripAdvisor dan Agoda. Googling? Enggak sih karena sudah tau ujung-ujungnya juga arahnya Trip Advisor, Agoda, Hotels dan situs-situs lainnya yang sejenis. Jadi sederhana ajah buat saya, kalo tidak ketemu di Trip Advisor atau Agoda jangan harap menginap di hotel tersebut.

Kemudian ada bahasan yang menarik di dalam training tersebut, sebuah pertanyaan ketika Anda pergi ke bandung coba perhatikan banyak sekali billboard hotel yang bertebaran di sepanjang Tol menuju Bandung, saya pribadi bahkan tidak ingat apa saja pesan komunikasi yang disampaikan hotel-hotel tersebut kecuali 1 hotel yang sangat ingat yaitu Horizon dgn promo Nginep dapet Mobil, sisanya No, pertanyaannya apakah keputusan seseorang menginap di hotel bandung di tentukan ketika di tol atau di bandung atau sebetulnya sebelum pergipun mereka bahkan sudah booking hotel? Menarik karena semua peserta menjawab bahkan jauh-jauh hari sebelum pergi pasti sudah melakukan pemesanan hotel yang dicari lewat online, lah kalo begitu apa gunanya pasang billboard di Tol?


Apr 25, 2014

Creative Mainstream

"Bos, kalo bisnis jangan mainstream, harus kreatif dong biar unik dan keren" "Lagian susahlah kalo mainstream khan udah banyak yang kerjain bisnisnya, so gua ga mau mainstream kalo lo mau ajak gua bisnis" Percakapan ini kebetulan saya dengar ketika bersantai di Starbucks Bandung, hmmm kalo bisnis jangan mainstream. Jangan-jangan jargon ini juga menjangkiti banyak newbie bisnis atau calon pebisnis yang ingin dan akan terjun ke dunia bisnis.

Beberapa tahun kebelakang saya mengamati banyak bisnis baru yang muncul yang bisnisnya kadang "luar biasa", aneh dan bahkan kadang muncul pertanyaan "Nih orang lagi jualan apa yah?" haha, mungkin karena begitu kreatifnya sampe saya yang mungkin saja calon konsumennya sampe bingung mengenai apa yang dijual, hebatnya lagi karena unik dan "tidak Mainstream" ada media yang sibuk melakukan liputan, menjadi bahan pembicaraan karena "tidak mainstream" tapi setelah 1 tahun kemana bisnisnya? Game over. Beberapa contoh juga sering kali mainstream ini diimplementasikan dengan nama-nama yang sangat luar biasa aneh, menggunakan nama-nama dunia gaib yang mengesankan tidak "mainstream" namun yang itu akhirnya berakhir dengan bisnisnya KO.

Apa yang salah dengan bisnis yang "mainstream"? Anda pernah tahu penjual Ayam goreng yang sukses? Penjual bakso yang sukses? BANYAK. Hampir disetiap daerah ada penjualan ayam goreng dan bakar serta penjual Bakso yang ramai dengan pengunjung, mainstream bukan jualan ayam dan bakso? Kalo defini "mainstream" adalah bisnis yang totally berbeda dengan yang sudah-sudah menurut saya siap-siap saja dengan resiko gagal yang tinggi dan biaya yang besar.  Lantas bagaimana? Tidak masalah sebetulnya melakukan bisnis yang "mainstream" asal dilakukan dengan Creative Mainstream, bahkan mungkin peluang untuk bisnisnya bisa lebih sukses karena memang sudah "biasa" bagi konsumen dan juga mungkin sudah banyak yang sukses di bisnis tersebut.

Jadi bagaimana sih Creative Mainstream itu? Nah kali ini saya ingin sharing soal ini bagaimana kita bisa sukses dengan melakukan sesuatu yang Mainstream tapi dengan cara yang kreatif, melakukan bisnis yang mungkin sudah dilakukan banyak orang namun tetap punya peluang untuk bisa sukses dan besar.

1. Lihatlah apa yg sudah sukses

Apr 11, 2014

Baca nih ...... Gratis Starbucks


Dari kemarin sampai hari ini timeline socmed saya banjir, tumpah dan luber banget sama postingan jari ungu, vote, vote caleg cerdas, sampe promo pemilu. Rupanya promo di hari Pemilu sekarang sudah jadi “agenda wajib” buat beberapa brand, kalau dulu-dulu palingan hanya Starbucks saja yang saya lihat paling rajin untuk ikutan bikin promo kopi gratis di hari Pemilu, maka di Pemilu tahun ini telah diramaikan oleh banyak brand yang ikut memanfaatkan moment pemilu ini untuk promote produk. 

Sebenarnya bukan hal baru memanfaatkan moment tertentu untuk campaign promo tertentu, seperti Tahun Baru, Lebaran dan Natal, tapi yang menarik kali ini adalah bagaimana moment pemilu dimanfaat kan sebagai tema besar untuk campaign, padahal moment pemilu ini bukanlah moment 1 tahun 1 kali, tapi moment langka yang hanya terjadi  5 tahun 1 kali di Indonesia. Dikutip dari http://www.marketingweek.co.uk/analysis/essential-reads/live-in-the-moment/4006738.article, moment marketing adalah sebuah teknik campaign yang mendorong konsumen berinteraksi satu sama lain dan berinteraksi dengan brand dalam sebuah pembicaraan secara real time, tentang topik tertentu.

Strategi melibatkan konsumen seperti ini sangat terbantu sejalan dengan makin booming nya fenomena smartphone dan social media, dan hal ini sangat mungkin sekali dibuat viral dalam kondisi saat ini. Namun, ada beberapa hal yang perlu kita cermati, karena moment marketing ini sebenarnya by design, bukan terjadi dengan sendiri nya

1. Planning.. planning.. planning..
Walaupun kelihatannya spontan tapi percayalah, meng create sebuah “gulungan” buzz ataupun viral butuh planning yang matang, misalnya: cerita tentang bagaimana Ellen DeGeneres yang spontan saja mengajak para bintang Hollywood melakukan selfie di perhelatan Oscar 26 Maret 2014 lalu, selidik punya selidik ternyata Samsung (brand ponsel yang digunakan Ellen untuk selfie) memang ternyata adalah salah satu sponsor dalam acara Oscar saat itu.


Apr 1, 2014

Jaman "Lebay"

Social media saat ini memang memberikan akses yang sangat luar biasa luas buat setiap orang untuk ber ekspresi baik secara positif maupun negatif setiap harinya, coba saja liat mulai dari status BBM, Facebook, Twitter, Instagram dan sampai Path sering sekali kita mendapati semua yang di post lebih bersifat "pribadi" alih-alih informatif dan sometimes bisa dikatakan "lebay'.

"yah ela gitu ajah pake di tweet, lebay amat sih" mungkin kalimat ini sering sekali meluncur di setiap perbincangan bahkan saya salah satu yang sering mengucapkan hal ini wkwk, seolah-olah saat ini domain pribadi yang seharusnya stop di pribadi ajah malah dengan sengaja dijadikan domain umum di mana dengan "sengaja" di share di social media agar semua orang tau dan mungkin malah mengharapkan orang lain komen dan memberikan respon terhadap masalah tersebut.

Nah bagaimana implikasinya dengan Brand? Prilaku "Lebay" ini punya dampak cukup besar terhadap brand yang masuk di dalam social media tentunya baik dari sisi positif maupun negatif. Sebagai contoh, brand restaurant yang pernah di handle social medianya oleh Dixgital (social media agency), cukup banyak komplain yang muncul berhubungan dengan layanan, produk dan berbagai hal yang intinya konsumen merasa "tidak puas" karena satu dan lain hal dan masalahnya semua ketidakpuasan itu di Tweet, di path dan bahkan di share di facebook, bahkan kadang nampak "lebay" karena sebenernya ga penting juga sih di share seperti "Mas pelayannya gaya rambutnya aneh" dsb.

Yah tentu banyak juga dampak positifnya di mana di jaman "lebay" ini muncul banyak brand advocate yang sama sekali tidak dibayar atau dikondisikan oleh sebuah brand tapi membelah brand tersebut habis-habisan, pada kondisi ini adalah tantangan brand untuk bisa menjangkau orang-orang seperti ini di rangkul kemudian difasilitasi agar terus menjadi advocate dari brand tersebut.