Dec 12, 2007

Ferari dan Inul

Ketika pertama kali ingin mendirikan perusahaan, membangun merek yang kuat adalah pikiran yang benar-benar sangat mengganjal saya. Kadangkala di Indonesia in aneh juga, begitu banyak orang yang mendirikan perusahaan tanpa banyak berpikir strategis, asal punya tempat, sedikit keahlian dan punya uang langsung mendirikan perusahaan. Tidak salah memang, namun di jaman dimana barometer persaingan sangat sulit sekali di ukur, hal ini akan menjadi sangat tidak efisien tentunya dan kadang hanya menghamburkan uang.

Membangun merek? Mungkin itu menjadi pertanyaan anda semua ketika membaca tulisan saya ini. Lazimnya ketika orang ingin membuka perusahaan sendiri, yang menjadi pikiran mereka biasanya adalah sulitnya mendapatkan modal, sumberdaya yang terbatas, tempat yang tidak strategis dan sebagainya. Tidak salah memang, namun sebenarnya hal yang lebih penting dari semua itu yang seharusnya menjadi pikiran setiap orang yang ingin menbangun perusahaan adalah bagaimana ia membangun mereknya.

Pada dasarnya bila membangun merek bisa dilakukan dengan baik dan berhasil, modal tentunya tidak akan menjadi masalah yang terlalu krusial, pengusaha atau bank mana yang tidak tertarik untuk mengelontorkan dananya untuk perusahaan yang punya merek bagus yang biasanya identik dengan total konsumen yang baik.. Sebaliknya, jika kita punya modal yang kuat dan besar, tanpa didukung oleh merek yang kuat dan baik akan menjadi hal yang sia-sia.
Berhetilah sejenak bekerja dan jernihkanlah pikiran anda, sesudah itu bertanyalah kepada diri anda, “MENGAPA SAYA HARUS MEMBANGUN MEREK SAYA?” Saya percaya sekali motif orang membeli mobil Ferrari yang berharga di atas 3 milliar jelas bukan karena fungsinya sebagai alat transportasi melainkan karena dorongan emosionalnya. Lantas mengapa Ferrari, ya karena gengsi, asosiasi Ferrari yang berhubungan dengan kemewahan dan sebagainya.
Kemudian bagaimana semua itu bisa terjadi? Mengapa Ferrari? Bagaimana Ferrari bisa melakukan itu semua? Membangun merek adalah jawaban yang paling logis untuk itu semua. Tanpa aktivitas membangun merek, Ferrari mungkin akan hanya menjadi peramai di pasar mobil atau mungkin malah bangkrut karena harganya terlalu mahal, jadi jelas sekali karena aktivitasnya membangun mereknyalah Ferrari menjelma menjadi mobil yang sangat diidam-idamkan.

Itu contoh Italy gimana dengan di dalam negeri kita sendiri, Inul “NGEBOR” Daratista adalah contoh bagaimana merek dibangun dengan baik. Coba pikir, berapa lama sih anda baru tahu tentang Inul, paling lama juga enam bulan, tapi coba tanya setiap orang yang bertemu dengan anda, baik itu anak-anak, dewasa, ataupun kakek-kakek apakah mereka tahu dan kenal dengan Inul, saya yakin mereka pasti tahu dan saya juga yakin bahkan mereka bisa memperagakan “NGEBOR”nya Inul dengan semangat.

Dulu, siapa yang kenal dengan Inul? Biarpun tahu, paling banter Inul terkenal hanya seperti artis dangdut kampung lainnya yang menghibur masyarakat kelas bawah dengan bayaran yang kecil pula tentunya, goyangnya pun sebenarnya biasa saja, dibandingkan dengan artis Amerika Latin tentu soal erotis Inul masih kala jauh dan suaranya bisa dibilang pas-pasan. Lantas mengapa tiba-tiba Inul meledak dan menjadi begitu terkenal “NGEBOR”nya, diidolakan banyak orang walaupun sempat terdapat banyak protes, menjadi bintang iklan, duet bersama Krisdayanti, Las Kethcups, bermain dalam film dan terakhir masuk dalam Times Asia? Saya melihat inilah hebatnya pemasaran dan orang pemasaran yang ada dibalik Inul yaitu manajernya. Manajernya tahu benar agar menjadi artis yang seperti sekarang ini membangun merek adalah sebuah pekerjaan yang maha penting bagi seorang Inul, suara pas-pasan, phically juga biasa, ya selling point yang dibangun “NGEBOR”nya dan ternyata laku dijual. Sekarang merek Inul demikian menjual dan terkenal, uang datang dengan sendirinya, publisitas menaungi kehidupannya, tinggal bagaimana pekerjaan kedua setelah membangun merek yaitu memelihara merek bisa dilakukan dengan sama baiknya oleh Inul ketika ia membangun mereknyaYah tentu setelah merek terbangun, palagi dalam waktu yang relative cepat harus bersiap siap melakukan berbagai aktivitas branding lainnya agar merek Inul terus bisa di jaga, jika tidak yah tentu bersiap-siap untuk di geser merek baru. Susah juga sih kalo artis, masalah umur dan penampilan jelas menjadi selling point yang sangat penting. Saya tentunya tidak bermaksud membahas ini lebih dalam karena saya bukan konsultan dari Inul tentunya (-:

Dari contoh di atas kita dapat melihat bahwa membangun merek yang kuat pada akhirnya akan menjadi sesuatu yang sangat menguntungkan bagi kita di pasar. Namun, seperti lazimnya teori, dibalik hikmah tentu selalu ada kesulitan yang menghadang. Membangun merekpun demikian, banyak hal yang menjadi perhatian kita dalam menjalankannya, Force Change, sumber daya perusahaan, situasi persingan dan sebagainya, bahasa kerennya SWOTnya internal dan eksternal. Belum lagi budaya yang kita anut dan sebagainya. Tetapi, contoh-contoh keberhasilan perusahaan yang membangun mereknya tentunya cukup bagi kita untuk memulai membangun merek kita, baru ataupun merek yang sudah ada. So mari mulai sekarang. Sedikit demi sedikit.

No comments: