Oct 27, 2014

Marketing Club Gathering, Ilmu Mahal Nih

Minggu lalu saya berkesempatan untuk referesh Ilmu dengan menghadiri acara Marketing Club di markas besar Google Indonesia di Jakarta, jujur saja kadang dengan berbagai kesibukan yang ada setiap hari mungkin cukup banyak pebisnis seperti saya yang sampai tidak ada waktu untuk terus belajar secara teknis mengenai berbagai ilmu bisnis yang ada saat ini, yah tentu dalam konteks pebisnis bukan kemudian tidak belajar sama sekali namun referensi ilmu yang ada mungkin saat ini lebih banyak memenuhi kepala karena pengalaman setiap hari dengan bisnis dan bertemu dengan banyak orang yang finally ilmunya secara tidak langsung ikut terserap. Nah kesempatan berkumpul dengan teman-teman marketing club ini sesuatu yang cukup "mahal" menurut saya apalagi pembicaranya Bpk. Godo yang sudah sangat terkenal di dunia marketing Indonesia blom lagi tempatnya di Google yang keren hehe.

Seminar ini dibuka dengan sebuah kalimat yang menurut saya cukup menarik, "Apa yang berubah dari Marketing? Dari dulu, sekarang ataupun di masa yang akan datang" ... coba pejamkan mata dan jawab pertanyaan di atas. Sudah? Yah ada 2 hal yang selalu berubah di dalam dunia marketing yaitu KONSUMEN dan TOOLS dan pada sisi inilah salah satu hal yg sangat menarik dalam dunia marketing dan inilah pulah yang membuat ilmu marketing selalu dinamis sampai kapanpun karena kita tidak akan atau mungkin bisa dikatakan jarang akan bertemu kondisi yang sama saat ini dibandingkan dengan masa lalu.

Cara berjualan mobil ke ayah saya mungkin akan sangat berbeda dengan cara berjualan mobil kepada saya atau bahkan generasi setelah saya. Dulu harapan orang membeli HP mungkin disebabkan oleh kebutuhan untuk melakukan telepon dan SMS, sekarang coba saya tanya berapa banyak yang Anda dari tadi pagi melakukan SMS atau bahkan menelepon? Mungkin sebagian besar kita selalu mengenggam dari tadi tapi aktivitas yang kita lakukan mungkin sudah berubah dari 5 tahun lalu yaitu Social media works (Whatsapp, facebook, twitter, path) dan sebagainya. Ini contoh bagaimana konsumen itu berubah dan hal ini menjadi PR penting bagi setiap marketer untuk bisa "menebak/ memprediksi" ke arah mana konsumen akan berubah dan kemudian bergerak mengisi kebutuhan dari konsumen tersebut.


Sep 21, 2014

Your Brand Name is Your Business

"Pak seberapa penting menentukan nama brand dalam sebuah bisnis?" Pertanyaan ini mendadak muncul ketika saya mengisi sebuah seminar dengan Topik Strategi Marketing Kuliner. "Khan kita sering liat juga tuh pak ada yang namanya simple-simple ajah bahkan pake nama yang punya tapi bisnisnya lancar dan sukses".

Ok pertanyaan seperti ini memang cukup asik buat dijadikan diskusi, toh dulu membuat rokok dengan brand name Gudang Garam, Djarum Super, atau brand Kopi Kapal Api, bisa tetap besar dan menjadi brand yang luar biasa seperti hal nya nama-nama keren A Mild, Clavo dan sebagainya. Untuk menjawab pertanyaan tersebut saya melanjutkan dengan sebuah pertanyaan "Bapak kalo sekarang bawa ingin membuat brand rokok, percaya diri tidak memberi nama Rokok Bapak tersebut dengan nama Gudang Peluru?" Suasana hening sebentar dan kemudian saya melanjutkan sharing dengan sebuah argumentasi,

"apa yang bisa dilakukan dahulu mungkin sudah tidak relavan dengan kondisi sekarang karena konsumen, pesaing, pasar selalu berubah mengikuti jaman dan setiap pebisnis harus bisa dealing dengan kondisi tersebut jika ingin sukses".

Dulu memberi sebuah nama brand mungkin bukanlah bagian proses penting dalam membangun kegiatan sales dan marketing karena perusahaan dan juga mungkin konsumennya saat itu fokus/ beroreintasi pada PRODUK. istilah bahasa teman saya "lu punya barang bagus, harga cocok, gua beli". Yang punya Gudang Garam mungkin berpikir saat itu 'ah ini ajah namanya" tanpa perlu melakukan riset konsumen, mempelajari kompetitor dsb karena focusnya adalah membuat produk yang disukai oleh konsumen, tapi jika Anda bicara kondisi dulu disama ratakan dengan kondisi sekarang mungkin sekali brand Anda berakhir dengan tragis hanya karena sebuah nama.

Jadi setelah panjang lebar saya jawab "Penting sekali" untuk memberikan nama Brand bagi bisnis kita dengan benar dan direncanakan dengan baik jika kita bicara kondisi saat ini. Nah mungkin sudah cukup banyak yang bahas tapi it's ok lah kita ulang lagi, apa ajah sih yang penting diperhatikan dalam memberi nama brand bagi bisnis kita.

1. Siapa target market Anda

Aug 22, 2014

Ide Besar = Bisnis Besar?

"Mas aku dari dulu banyak ide buat bisnis, tapi ga pernah jalan hehe, habis bingung mau di gimanain, eh kadang malah orang lain yang jalanin dan sukses ide yang kupikirkan tersebut". Di satu kesempatan lain saya pernah nge path "Damn, padahal idenya kepikir eh taunya sudah ada yang jalankan" tiba-tiba seorang teman merespon "Gua udah beberapa kali kepikir ide-ide yang akhirnya orang lain yang jalani".

IDE, rasanya setiap orang selalu punya hal ini, jika ada ungkapan "nothing new under the sun" rasanya tidak terlalu berlebihan, hanya tinggal masalah siapa yang lebih dulu menemukan/ terpikir kemudian meng EKSEKUSInya secara kreatif dan sesuai dengan keinginan pasar. Ide ide mengenai Kripik Pedas di branding mungkin sudah ada sejak dulu dan bahkan memang sudah banyak kok yang menjualnya, namun kemudian ada yang membuat Brandingnya dengan lebih baik, ide memberikan level dan kemudian mengarah ke anak muda melalui social media channel serta meledak bisnisnya, nah ini dilakukan oleh Maicih.

So bagaimana agar ide menjadi bisnis, yah menjadi big bisnis tentunya? Jadi bukan hanya sekedar ide yang terungkap, dibicarakan namun pada akhirnya malah orang lain yang menjalankan ide tersebut. Satu hal yang perlu kita selalu ingat, saat kita terpikir, percayalah ada orang lain juga yang mungkin memikirkan hal yang saya, dan kita perlu khawatir jangan-jangan orang tersebut punya ILMU dan punya kemampuan untuk ACTION.

1. How Big

Aug 17, 2014

Strategi Add On untuk Meningkatkan Penjualan

Martabak Toblerone, Nutella, Kikat Green tea, Special Yakult Leci. Apa persamaan dari brand-brand di atas? Yah Brand tersebut ditangan pebisnis kuliner malah di jadikan "bagian produk/ add on" untuk dijual kembali dengan berbagai kreativitas. Martabak Toblerone misalnya, sekarang betul-betul sedang naik daun, di jakarta dan bandung ini merupakan salah satu martabak yang cukup digemari padahal harganya untuk ukuran dompet cukup luar biasa, di atas 100 ribu untuk 1 porsi martabak, dan pembeli ANTRI. Coba hitung sendiri berapa banyak tuh Toblerone yang dipakai kalo di beberapa kota di Indonesia Martabak dengan isi coklat Toblerone ini di jual? jangan-jangan jalur distribusi tradional yang biasa menjual coklat ini bisa kala salesnya kalo di compare 1 Store vs 1 tukang martabak, bisa puluhan kali lipat kali yah.

yakult juga sedang naik daun nih, di beberapa tempat makan besar seperti pizza hut sudah memasukan Yakulzt sebagai bagian dari pengolahan resep minuman mereka, ada berapa banyak pizza hut di Indonesia? Hitung sendiri deh, saya pun kebetulah di bandung punya beberapa cafe yang memasukan Yakuzt sebagai bagian dari olahan minuman dan bisa dibilang ordernya cukup besar harian untuk produk Yakult ini.

Sukro juga bahkan saya pernah lihat iklannya mencoba menjadi produk pendamping untuk makan bakso, terlihat mereka mencoba memposisikan produknya bisa digunakan dalam bisnis kuliner sehingga bisa menghasilkan demand dan konsumsi yang tinggi terhadap produknya dan masih banyak lagi brand yang mungkin secara "sengaja" atau "tidak sengaja" justru dikonsumsi dalam jumlah besar karena menjadi "olahan" dari produk-produk kuliner seperti keju Kraft yang jelas dari dulu sudah menggarap pasar "Warkop Indomie" dan berbagai kebutuhan kuliner lainnya.

Pertanyaan bagaimana Brand kita menjadi pilihan dan "olahan" dari Bisnis kuliner sehingga dari sisi sales bisa didongkrak dengan tajam? Yah blom tentu konsumsinya mengalahkan konsumsi rumah tangga tapi setidaknya demand produk akan lebih sustain jika industri yang dibangun oleh kuliner tersebut membesar seperti Warung Kopi yang menjual Indomie, coba saja hitung sendiri berapa banyak Indomie yang digunakan oleh warkop diseluruh Indonesia?

1. Berikan resep dan kreativitas pengolahan produk

Aug 3, 2014

Syahrini .... I Feel Freeee

Artis yang paling punya influence tinggi di social media siapa coba? Wkwk ini sih kalo nanyanya akhir-akhir ini mudah sekali menjawabnya, tidak lain dan tidak bukan adalah Syharini. Coba saya bayangkan dalam 2 bulan ini ajah, setidaknya ada dua peristiwa "heboh" yang melibatkan Syharini sebagai pemeran utamanya yaitu ketika yang bersangkutan mengucapkan "I feel free" dan kemudian terlentang di rumput ketika berada di Roma Italia dan kedua ketika menggunakan Jilbab seperti rumah orang eskimo. Sebagai informasi keduanya kalo tidak salah di upload oleh Syharini di Instagramnya.

Puluhan meme "bisa cek di google" bertebaran berkaitan dengan "i feel Free" yang dilakukan oleh Syharini dengan pose terlentang, sampe di meme jadi sate dan bahkan masuk ke rana Yunani kuno Sparta "This is Sparta". Saya pribadi sampe geleng-geleng kepala melihat betapa "kreatifnya" netizen Indonesia ini dan betapa cintanya mereka dengan Syharini sampe niat repot-repot mengedit gambar dan menyebar luaskannya di rana online.

Tapi by the way bukan 2 bulan ke belakang ini ajah sih brand Syharini ini menjadi brand yang sangat kuat impact viralnya di sosmed khususnya, coba kita lihat-lihat lagi kebelakang seperti kalimat "Sesuatunyya" yang bahkan jadi bahasa sehari-hari yang sering digunakan oleh masyarakat, kalimat "Alhamdullilahnya" yang juga sering digunakan atau "cetar membahana" dan kalimat atau bentuk kreatif lainnya yang sering kali menjadi heboh karena Syharini.

Sebegitu kuatnya kha Brand Syharini sampai sebuah posting di Instagram ajah bisa menjadi viral impact yang luar biasa di social media? Nah ini yang sangat membuat saya penasaran sebagai seorang marketer, kok bisa yah. Kalo saya jawab menurut subjektivitas saya mungkin kurang afdol kali ini karena ini saya coba riset kebeberapa teman di path dengan sebuah pertanyaan "Kasih dong 3 alasan kenapa Syharini sering sekali dijadikan meme di sosmed?". COba saya rangkum yang jawaban kurang lebih dari 20 orang teman di path.

1. Orginal Personal Branding

Jul 25, 2014

Google Salesmanku

Ada percakapan yang menarik beberapa waktu lalu dengan sahabat saya ketika asik kongkow di Warunk Indomie UpNormal Bandung, beliau bertanya "Bro situ khan akhir-akhir ini sering banget nolak klien, btw kok bisa yah terus ada yang kontak ke perusahaanmu padahal dari ceritamu sama sekali tidak ada bagian sales yang berkerja seperti telemarketing, sales dor to dor ataupun melakukan aktivitas yang biasa dilakukan seperti kirim proposal dan sebagainya". Hmm pertanyaan ini sebetulnya menarik juga secara yang nanya sebetulnya jagoan dalam bidang online wkwk.

Telemarketing, sales dor to dor, kirim proposal cetak, hahh jadi teringat masa-masa di mana ketika saya mendirikan perusahaan beberapa tahun silam, semua itulah yang dilakukan setiap hari ini, cari sana sini database seperti lewat internet, B2B Directory sampe buka-bukan Yellow Pages untuk sekedar mendapatkan nama dan nomor telepon kemudian di prospek melalu telemarketing, kirim proposal sampe kalo perlu di sms terlebih dahulu, senyum-senyum sendiri saya kalo inget semua itu apalagi kalo diingat-ingat semua proses itu dijalankan tidak kurang dari 4-5 orang, hasilnya? Tebak sendiri deh hehe.

Sekarang, 5 orang tersebut sudah saya gantikan dengan google, biaya hanya 1/4 nya tapi efektivitas jauh sekali untuk dibandingkan. Coba bayangkan, kalo dulu telemarketing melakukan tugasnya yg ditelepon adalah orang yang belum tentu butuh, biaya telepon bisa 2-3 juta karena yang telepon bisa jadi ke HP, bisa jadi luar kota dll dan bagus ga pake diomelin karena menelepon tanpa permisi, namun dengan google sebaliknya, kita di telepon oleh orang yang butuh dengan kita, yah catat orang yang BUTUH dgn kita.


Jul 17, 2014

Gratis buat yang NYOBLOS, Buruan ....

Moment Pemilu Presiden tahun ini jujur saja menyita sangat banyak sekali energi dan perhatian baik dari masyarakat awam, timses dan juga para kader partai. Jika ingin di ingat-ingat, 5 tahun dan 10 tahuin yang lalu kondisi persaingan antar calon dan juga eufopria dukungan untuk para jagoan rasanya tidak se fanatik dan sekeras saat ini, teman-teman di beberapa komunitas yang saya coba ikuti bahkan ada jadi bermusuhan hanya gara-gara berbeda pilihan calon presiden. Padahal “ribut” nya panjang (kurang lebih sebulanan CMIIW), nyoblos nya sebentar ya hehehehe…..

Tapiiii karena saya hanya rakyat biasa dan bukan pengamat politik, maka untuk tulisan saya kali ini tidak akan membahas soal siapa calon pilihan saya dan analisa dan prediksi kedepannya siapa yang akan menang… lah wong saya nda ahli blasss banget kalo ngomongin soal politik hahahaha….. pingin nya membahas yang ringan-ringan saja apa yang dilakukan para brand-brand baik F&B dan industry service memanfaatkan moment Pemilu Presiden kali ini (maklum Pemilu pemilihan Presiden haya terjadi 5 tahun sekali, jadi Pemilu yang kali ini istimewa tentunya).

Seperti yang pernah saya singgung di artikel saya yang lalu (Baca Nih …. Gratis Stabucks) mengenai moment marketing dan persiapan untuk melakukannya, di bahasan kali ini saya masih ingin mengupas sedikit analisa dan kira2 apa saja sih persiapan yang sebaik nya dilakukan untuk memeriahkan moment Pemilu kali ini

1. Planning & forecasting

Jul 11, 2014

Konsumen "Die Hard"

Sepanjang suasana pemilu ini ada banyak hal yang sangat menarik untuk diamati khususnya soal pendukung kedua calon presiden RI, eh tapi digaris bawahi dulu yah, saya sedang tidak membahasa dari sisi politik tapi ingin membahas dari sisi marketing terlepas dari dukung mendukung capres.

Ada tidak diantara anda yang sampai bersitegang karena membela masing-masing calon dengan sahabat, keluarga, teman kerja dan bahkan orang yang belum Anda kenal sebelumnya? Banyak mungkin yah wkwk, saya sendiri termasuk bagian di atas karena situasi yang memang sedang hot-hotnya sering kali terlibat diskusi yang tajam mengenai masing-masing wapres. Hebatnya semua seperti merasa benar, memiliki data yang konkrit dan punya alasan yang sangat kuat bahwa apa yang mereka pikirkan soal capresnya adalah yang paling benar.

Di Social media juga lebih hebat lagi, berhamburan link artikel, komen, gambar dan berbagai hal lain yang berhubungan dengan pemilihan calon presiden ini, entah betul entah salah pokoknya hantam bleh, sampai-sampai beberapa "tokoh" masyarakat  kebabalasan dalam membela capresnya dengan mengorbankan kredibilitasnya karena mengangkat isue-isue yang tidak relevan. Beberapa teman saya bahkan berujar "gua sampe musuhan sama teman gua wkwk" WOW, tapi bisa juga sih, saya juga sampai harus unfollow beberapa orang yang menurut saya sudah cukup anoying "nyampah".

Media cetak dan TV? apalagi, sudah bingung mau yang mana yang ditonton wkwk, yah kalo pendukung Jokowi pasti suka nonton Metro TV dan Kompas TV tapi akan sangat enek nonton TV One dan MNC mungkin haha pun sebaliknya karena masing-masing terjebak pada pusaran dukung mendukung

Kok bisa sampai segitunya yah? Banyak sekali Die hard yang muncul untuk membela kedua pasangan ini baik itu yang memang tulus muncul untuk menjadi die hard maupun yang memang dibayar. Ah kalo dibayar sih ga menariklah buat dibahas, kita coba lihat bagaimana Die Hard-Die hard "Ikhlas" muncul dan sangat agressive membela dan mempromosikan brand yang mereka bela, asik bener khan kalo sampai brand kita punya Die hard-Die Hard seperti ini.

1. Merasa terwakili

Jul 4, 2014

Konsumen Dalam 10 Jari

Sering kali saya mendengar komentar bahwa sosial media seperti twitter tidaklah efektif untuk digunakan sebagai tools dalam membangun bisnis apalagi meningkatkan penjualan, "twitter itu cuma untuk iseng" "Twitter itu cuma sebentar ajah impactnya dan ga terlalu penting untuk bisnis" "mana bisa jualan menggunakan twitter di bisnis ini" dan berbagai komen lainnya yang sangat meng under estimate twitter.

Saya beritahu Anda, jika Anda masih berpikir dengan pemikiran-pemikiran di atas hanya ada dua kemungkinan yang ada, pertama memang bisnis Anda tidak cocok menggunakan twitter sebagai media yang bisa digunakan untuk membangun bisnis Anda atau kedua Anda tidak mengerti bagaimana media ini bekerja sehingga bisa digunakan sebagai media untuk membantu pengembangan bisnis Anda.

Dan kalo boleh sedikit sharing, cukup banyak yang berpikir bawah twitter tidak akan memberikan impact yang positif apalagi sampai ke wilayah sales hanya karena sebetulnya yang bersangkutan tidak mengerti bagaimana cara memanfaatkannya dengan maksimal atau sometime dibeberapa kesempatan saya suka bilang "mungkin terlalu jadul dan males belajar" untuk mau mencoba mengerti.

Ok pada satu sisi saya setuju bahwa ada memang bisnis di mana twitter tidak bisa memberikan advantage atau KPI sampai wilayah sales, untuk hal ini tidak ada yang perlu dibahas, rasanya pasti betul, namun melakukan generalisasi bahwa twitter tidak bisa memberikan impact untuk bisnis adalah sesuatu pemikiran yang salah besar, mengapa?

Yah tapi karena pada kenyataannya banyak juga bisnis yang bisa besar, penjualan bisa sukses karena memanfaatkan media twitter, ambil contoh yang paling fenomenal Ma Icih, dengan media twitter produk kripik ini sukses melakukan penjualan yang konon omsetnya mencapai milirian setiap bulan atau salah satu brand di mana saya terlibat dari 0 membangun bisnisnya yaitu @NasGorMafia yang fokus berjualan nasi goreng, saya bisa bilang karena twitternya brand ini bisa berkembang menjadi besar sampai 8 cabang hanya dalam waktu 6 bulan.

Bagaimana bisa? Yah mungkin saya bisa sharing beberapa hal yang membuat media twitter bisa maksimal memberikan kontribusi pada bisnis kita bahkan sampai sales tentunya.

1. Ubah pola pikir, ini investasi bukan biaya

Jul 1, 2014

Businesman dan Rasa "Galau"

Sering sekali saya bertemu dengan pebisnis yang "curhat" bawah begitu lama sudah berbisnis tapi rasanya bisnisnya seperti jalan di tempat, ga maju-maju bahkan beberapa merasa malah bisnisnya malah bergerak ke belakang. Kadang kalo sudah berhadapan dengan kondisi seperti ini saya sering tersenyum sendiri karena jangankan para pebisnis yang "curhat" tersebut, sayapun kadang merasakan hal yang sama sejak berbisnis dari tahun 2003, kadang bagus, kadang stagnan dan bahkan mengalami kemunduran dan kebangkrutan.

Normal tidak sih pertanyaannya karena di sisi lain kadang kita sering sekali melihat ada pebisnis yang sepertinya masih "pemain baru" tapi tidak butuh waktu bertahun-tahun bisnisnya sudah menghasilkan omset yang bahkan belum pernah kita capai selama ini dan yang bersangkutan bisa mencapainya hanya dalam hitungan bulan atau tahun sementara kita yang sudah "asam garam" eh bisnis masih segini-segini ajah, kadang rasanya ingin berhenti dan meninggalkan dunia bisnis.

Ok berdasarkan pengalaman pribadi kalo saya boleh saya menjawab sebetulnya hal ini bisa dikatakan "wajar" dan memang dialami oleh sebagian besar pebisnis dan bahkan mungkin banyak yang berlarut-larut sampai akhirnya "ajal" bisnisnya datang atau tiba-tiba yang bersangkutan menemukan "petunjuk" dan kemudian bangkit untuk bisa sukses akhirnya.

Nah tentu kita sebagai pebisnis tidak ingin mengalami pengalaman seperti ini secara berlarut-larut, maksudnya ok lah kita berasumsi sudah mengalaminya atau sedang mengalami situasi seperti di atas, tapi dengan cepat kita bisa membalikan arah untuk menjadi lebih baik tentunya, bagaimana?

1. Check your passion

Jun 4, 2014

Bosan Ala Marketer

Dunia bisnis yang sangat dinamis membuat kita pelaku di dalamnya baik itu business owner maupun professional yang berkerja di dalamnya terus menerus dihadapkan pada sesuatu yang baru dan bergerak sangat cepat, yah bagi yang mencintai duni ini hal ini sih malah jadi "candu" yang membuat kita makin ketergantungan dan menikmati setiap waktu yang terjadi di dalamnya.

Tiap hari kita sebagai owner bisnis atau professional dituntut untuk terus bisa memberikan kontribusi besar dan mencapai target yang dibuat dengan ide-ide yang outstanding, eksekusi yang lugas dan cepat dan pemikiran-pemikiran yang terus dipacu sehingga bisa mencapai objectives yang dibuat dan memenangkan kompetisi pasar yang Ada.

Tapi pernahkah di satu titik Anda merasa Jenuh? Bosan? Dan bahkan malas sekali untuk berpikir urusan bisnis? Situasi di mana sehebat apapun Anda tiba-tiba menjad have no idea apa yang harus dilakukan karena pikiran dan otak Anda menjadi sangat lelas karena semua kedinamisan tadi? Secara pribadi saya jawab Ya, ada satu waktu saya mengalami hal seperti ini, termasuk ketika saya menulis saat ini wkwk. Nah tentu sebagai business owner atau professional kita harus bisa mencari jalan keluar untuk mengatasi hal ini karena bisnis terus berputar dan tidak menunggu kita untuk kembali siap.

Bahasan kali ini saya tidak ingin sharing soal case study atau hal-hal yang terlalu berbau marketing deh karena saya lagi merasa Bosan haha, kali ini saya ingin coba sedikit sharing bagaimana mengatasi hal tersebut ala Gue tentunya sehingga tidak butuh waktu lama mengembalikan apa yang biasa kita sebuat passiona dan atusias kita untuk kembali di dunia yang kita cintai ini yaitu bisnis dan marketing


May 29, 2014

6 Tips Untung Gede Tapi Harga Murah

"JIka saya ingin bermain di harga murah tapi tetap dengan margin keuntungan yang bagus di bisnis cafe ini apa yang harus saya lakukan?".

Pertanyaan seperti ini sudah beberapa kali ditanyakan kepada saya di beberapa kesempatan bertemu dengan beberapa calon client khususnya di bidang kuliner dan selalu berakhir dengan jawaban "wah saat ini saya tidak cukup competence menjawab pertanyaan Bapak/ Ibu karena menyangkut proses internal yang sangat dalam" dan bisa ditebak biarpun yang bersangkutan tertarik menjadi client, saya selalu menolak dengan "halus" untuk menangani hal ini. Kalo ditanya gimana naikin profit doang sih gampang mahalin ajah harga hehe, tapi kalo bicara harga murah kemudian untung bisa tinggi dan bahkan porsi bisa banyak, wah bentar dulu bukan perkara mudah melakukan taktik marketing seperti ini.

Nah 6 bulan ke belakang, menyalurkan keinginan untuk memiliki bisnis kuliner, saya mendirikan sebuah warung nasi goreng dengan brand Name Nasi Goreng Mafia, nasi goreng dengan konsep differensiasi kaya akan rempah berbeda di setiap menunya. Kebetulan strategy utama yang diangkat selain rempahnya adalah soal quantity yang banyak dan harga yang murah, di sini akhirnya pertanyaan "Jika saya ingin bermain di harga murah tapi tetap dengan margin keuntungan yang bagus di bisnis kuliner apa yang harus saya lakukan?" akhirnya tidak bisa saya hindari lagi dan harus dijawab karena sudah kecemplung di dalamnya hehe.

Ok singkat kata, setelah 6 bulan jalan, sedikit banyak saya sudah melihat pola bahwa harga murah, quantity (Porsi) banyak bisa menjadi sebuah nilai lebih bagi sebuah brand namun sekaligus tentu dari sisi margin bisa memberikan keuntungan yang susuai dengan harapan kita, bagaimana bisa? Kuncinya adalah Operational Excellent. Sebuah pilihan strategy dimana perusahaan berfokus pada biaya rendah untuk menghasilkan produk yang berkualitas dengan harga jual murah tapi menguntungkan. (Bisa juga sebetulnya dengan memperbanyak quantity penjualan, kita akan bahas lain waktu).

May 22, 2014

Komplain? Buat Konsumen Menang dan Akhirnya Senang

"Gimana caranya bro,tuh yang tadi pagi komplain sampe nulis artikel terus malah jadi temen ngobrol, ngasih masukan, nulis hal yang positif buat nimpah komplain yang dibuat sebelumnya terus malah bilang bakal merekomendasikan produk ke temen-temennya?"

Obrolan ini muncul ketika saya sempat sharing bagaimana membuat komplain di social media menjadi impact positive bagi brand alih-alih malah menimbulkan impact negatif. Jika keseharian Anda ngurusin banyak brand di social media, komplain jelas sudah jadi sarapan yang bakal selalu terhidang di meja kita hehe, tidak ada ceritanya semua konsumen puas dengan produk Anda, pasti ada satu waktu di mana akan muncul komplain terhadap apapun yang berkenaan dengan produk Anda, apalagi ingat ini JAMANNYA SOSMED.

Jaman dulu ketika belum ada sosmed mungkin komplain hanya bisa disampaikan melalui koran atau radio dan pasti capek dan males lah komplain hehe kecuali udah keselnnya di ubun-ubun, tapi jangam sekarang, hadohh misalnya Anda punya cafe, liat karyawan Anda mukanya minyakan ajah tiba-tiba muncul tweet "Ih karyawannya di @CafeApaAjah mukanya ga bisa apa di cuci sebentar" wkwk, ini baru contoh yang ga penting, apalagi kalo sudah menyangkut kecewa dengan produk ato layanan bisa lebih sadis lagi boo.

Kembali lagi, kali ini mungkin ke sekian kalinya saya ingin sharing dengan topik komplain dengan sudut pandang yang sedikit berbeda bagaimana Coverting Complain to Recommendation, mengapa? karena hal ini sangat penting bagi bisnis dan brand kita dalam persaingan dan mempertahankan pelanggan dan juga yang sangat perlu diingat sekarang channel ketika komplain datang tidak bisa ditebak dampak dan spreadingnya sehingga butuh sekali setiap brand bersiap berhadapan dengan komplain. Tentu paling ideal kita bisa men convert komplain tersebut menjadi rekomendasi, namun setidaknya pada tahap membuat komplain tersebut tidak menyebar juga sudah cukup.

1. Standart Operating Procedure

May 19, 2014

Turning Your Idea Into Business

Berapa sering kita memiliki ide yang berakhir dengan lupa dan tidak menjadi apa-apa selain kumpulan ide yang pernah terpikir atau terucap? Sejujurnya jika bertanya ke diri sendiri maka jawabnnya adalah Sering, dan bahkan sering sekali apalagi dunia yang saya jalani di brand & marketing consultant ini berkaitan erat sekali dengan produksi ide hampir setiap hari.

Lebih parah, kadang ide-ide yang kita pernah pikirkan, ucapkan dan simpan malah dijadikan bisnis oleh orang lain dan bisnis tersebut ternyata sukses, kalo sudah begini rasanya seperti di samabar petir di siang bolong haha (lebay), hari cuma bisa berguman "sial, padahal gua udah punya ide kaya gitu dari dulu, eh malah dia yang ngejalani dan sukses pula". Hal seperti ini bukan satu dua kali saya alami  dan mungkin Andapun pernah mengalami hal yang sama, ketika ide yang kita pikir "punya kita" dijalankan oleh orang lain dan sukses pula.

Nah kali ini saya ingin sedikit sharing bagaimana agar ide yang kita pikirkan atau bahkan orang lain pikirkan bisa kita jadikan sebuah action business yang pada akhirnya membuat kita menghasilkan uang dari ide tersebut, sehingga tidak ada lagi kelak kita menyesali di dalam hati "padahal dulu gua kepikir, kenapa kaga gua jalanin yah idenya". Yah tentu seperti biasa, ini dari point of view saya dan pengalaman yang sudah saya jalankan sebelumnya tentang bagaimana berkeja dengan dengan dan Turning Idea into Business.

1. Cari teman diskusi

May 3, 2014

Ide itu Mahal Bung

Berapa sering kita kadang menertawakan bahkan meremehkan sebuah ide? Pertama kali Kripik Ma Icih muncul dan dibuat mungkin banyak orang yang tersenyum menertawakan ide tersebut "jualan kripik pedes?" bukannya sudah biasa, dari jaman dulu juga sudah banyak yang jual kripik pedas, dan bahkan mungkin kalo saat itu kita mendengar harga jualnya bisa lebih geleng-geleng kepala lagi kita, yang di warung 1 bungkus cuma 500 - 1 ribu rupiah tiba-tiba di jual belasan ribu "sepertinya kurang masuk akal" mungkin dalam pikiran kita.

Contoh lain, ketika saya ingin berbisnis nasi goreng, banyak sekali yang "mempertanyakan" kalo tidak mencemooh ide bisnis ini, "ga salah bro nasi goreng?", bahkan ada yang mempertanyakan ngapain ajah belasan tahun jadi konsultan brand dan marketing eh malah bisnisnya nasi goreng haha, sebuah ide yang mungkin terlalu sederhana dan "biasa" untuk level seorang brand consultant mungkin menurut beberapa rekan saya tersebut

Ada lagi temen yang komen ketika saya punya ide untuk jual Susu Murni, "lah segitu banyak yang jual susu murni di pinggir jalan bandung dengan harga hanya kisaran 5000-8000 terus mau buka susu murni juga?" "Susah dong bersaingnya sama lagian marginnya juga ga gede-gede amat, di mana sisi prospeknya bro"?. Hehe kalo kita melihat bisnis dari kaca mata awam marketing yah semua ide bisnis pasti sulit ajah "scaleable" dan selalu punya point yang kurang menariknya, apa artinya cuma jual tutup botol dgn untung Rp.5, tapi ceritanya akan lain kalo tutup botol yang dijual quantity nya 1 juta tutup botol per hari, masih mau bilang ga menarik?

Belajar dari banyak kesempatan dan melakukannya sendiri akhirnya saya mengerti mengapa jargon bahwa "Ide itu Mahal" adalah betul adanya, terlepas ide itu terlihat sangat sepeleh atau terkesan sangat luar biasa, pada intinya tetap saja ide itu mahal, asal ... yah tentu ada syaratnya, beberapa hal yang akhirnya membuat sebuah ide itu menjadi sangat mahal.

1. Ada yang bekerja untuk merealisasikannya

Apr 27, 2014

Hotel Internet Marketing, 5 Things is a must


Minggu lalu saya berkesempatan untuk memberikan inhouse traning di salah satu hotel berbintang 4 di Bandung mengenai Online Marketing for Hotel Industry. Sejujurnya 11 tahun bergelut di dunia konsultasi brand dan marketing , blom sekalipun saya dan team menjadi konsultan sebuah hotel, dan inilah bagian menariknya ketika tiba-tiba bagian sales perusahaan mengabarkan bahwa minggu depan kita diminta memberikan training Online Marketing di hotel tersebut.

Kebiasaan saya jika berhadapan dengan klien selalu mencari sebanyak mungkin data dan fakta mengenai industri dan produk klien tersebut, karena ini tujuannya untuk meningkatkan pemesanan di hotel tersebut (sales) ini menjadi menarik sekali buat dipelajari lebih dalam. Di mulai dari sebuah pertanyaan, "Bagaimana saya mendapatan informasi mengenai sebuah hotel?" Nah ini menarik, dari sisi pandangan subjektif saya ketika bicara bagaimana saya mendapatkan informasi hotel, jawabannya hampir pasti "Online". Yah saya selalu mencari informasi menginap melalui situs online kemananapun saya pergi khususnya TripAdvisor dan Agoda. Googling? Enggak sih karena sudah tau ujung-ujungnya juga arahnya Trip Advisor, Agoda, Hotels dan situs-situs lainnya yang sejenis. Jadi sederhana ajah buat saya, kalo tidak ketemu di Trip Advisor atau Agoda jangan harap menginap di hotel tersebut.

Kemudian ada bahasan yang menarik di dalam training tersebut, sebuah pertanyaan ketika Anda pergi ke bandung coba perhatikan banyak sekali billboard hotel yang bertebaran di sepanjang Tol menuju Bandung, saya pribadi bahkan tidak ingat apa saja pesan komunikasi yang disampaikan hotel-hotel tersebut kecuali 1 hotel yang sangat ingat yaitu Horizon dgn promo Nginep dapet Mobil, sisanya No, pertanyaannya apakah keputusan seseorang menginap di hotel bandung di tentukan ketika di tol atau di bandung atau sebetulnya sebelum pergipun mereka bahkan sudah booking hotel? Menarik karena semua peserta menjawab bahkan jauh-jauh hari sebelum pergi pasti sudah melakukan pemesanan hotel yang dicari lewat online, lah kalo begitu apa gunanya pasang billboard di Tol?


Apr 25, 2014

Creative Mainstream

"Bos, kalo bisnis jangan mainstream, harus kreatif dong biar unik dan keren" "Lagian susahlah kalo mainstream khan udah banyak yang kerjain bisnisnya, so gua ga mau mainstream kalo lo mau ajak gua bisnis" Percakapan ini kebetulan saya dengar ketika bersantai di Starbucks Bandung, hmmm kalo bisnis jangan mainstream. Jangan-jangan jargon ini juga menjangkiti banyak newbie bisnis atau calon pebisnis yang ingin dan akan terjun ke dunia bisnis.

Beberapa tahun kebelakang saya mengamati banyak bisnis baru yang muncul yang bisnisnya kadang "luar biasa", aneh dan bahkan kadang muncul pertanyaan "Nih orang lagi jualan apa yah?" haha, mungkin karena begitu kreatifnya sampe saya yang mungkin saja calon konsumennya sampe bingung mengenai apa yang dijual, hebatnya lagi karena unik dan "tidak Mainstream" ada media yang sibuk melakukan liputan, menjadi bahan pembicaraan karena "tidak mainstream" tapi setelah 1 tahun kemana bisnisnya? Game over. Beberapa contoh juga sering kali mainstream ini diimplementasikan dengan nama-nama yang sangat luar biasa aneh, menggunakan nama-nama dunia gaib yang mengesankan tidak "mainstream" namun yang itu akhirnya berakhir dengan bisnisnya KO.

Apa yang salah dengan bisnis yang "mainstream"? Anda pernah tahu penjual Ayam goreng yang sukses? Penjual bakso yang sukses? BANYAK. Hampir disetiap daerah ada penjualan ayam goreng dan bakar serta penjual Bakso yang ramai dengan pengunjung, mainstream bukan jualan ayam dan bakso? Kalo defini "mainstream" adalah bisnis yang totally berbeda dengan yang sudah-sudah menurut saya siap-siap saja dengan resiko gagal yang tinggi dan biaya yang besar.  Lantas bagaimana? Tidak masalah sebetulnya melakukan bisnis yang "mainstream" asal dilakukan dengan Creative Mainstream, bahkan mungkin peluang untuk bisnisnya bisa lebih sukses karena memang sudah "biasa" bagi konsumen dan juga mungkin sudah banyak yang sukses di bisnis tersebut.

Jadi bagaimana sih Creative Mainstream itu? Nah kali ini saya ingin sharing soal ini bagaimana kita bisa sukses dengan melakukan sesuatu yang Mainstream tapi dengan cara yang kreatif, melakukan bisnis yang mungkin sudah dilakukan banyak orang namun tetap punya peluang untuk bisa sukses dan besar.

1. Lihatlah apa yg sudah sukses

Apr 11, 2014

Baca nih ...... Gratis Starbucks


Dari kemarin sampai hari ini timeline socmed saya banjir, tumpah dan luber banget sama postingan jari ungu, vote, vote caleg cerdas, sampe promo pemilu. Rupanya promo di hari Pemilu sekarang sudah jadi “agenda wajib” buat beberapa brand, kalau dulu-dulu palingan hanya Starbucks saja yang saya lihat paling rajin untuk ikutan bikin promo kopi gratis di hari Pemilu, maka di Pemilu tahun ini telah diramaikan oleh banyak brand yang ikut memanfaatkan moment pemilu ini untuk promote produk. 

Sebenarnya bukan hal baru memanfaatkan moment tertentu untuk campaign promo tertentu, seperti Tahun Baru, Lebaran dan Natal, tapi yang menarik kali ini adalah bagaimana moment pemilu dimanfaat kan sebagai tema besar untuk campaign, padahal moment pemilu ini bukanlah moment 1 tahun 1 kali, tapi moment langka yang hanya terjadi  5 tahun 1 kali di Indonesia. Dikutip dari http://www.marketingweek.co.uk/analysis/essential-reads/live-in-the-moment/4006738.article, moment marketing adalah sebuah teknik campaign yang mendorong konsumen berinteraksi satu sama lain dan berinteraksi dengan brand dalam sebuah pembicaraan secara real time, tentang topik tertentu.

Strategi melibatkan konsumen seperti ini sangat terbantu sejalan dengan makin booming nya fenomena smartphone dan social media, dan hal ini sangat mungkin sekali dibuat viral dalam kondisi saat ini. Namun, ada beberapa hal yang perlu kita cermati, karena moment marketing ini sebenarnya by design, bukan terjadi dengan sendiri nya

1. Planning.. planning.. planning..
Walaupun kelihatannya spontan tapi percayalah, meng create sebuah “gulungan” buzz ataupun viral butuh planning yang matang, misalnya: cerita tentang bagaimana Ellen DeGeneres yang spontan saja mengajak para bintang Hollywood melakukan selfie di perhelatan Oscar 26 Maret 2014 lalu, selidik punya selidik ternyata Samsung (brand ponsel yang digunakan Ellen untuk selfie) memang ternyata adalah salah satu sponsor dalam acara Oscar saat itu.


Apr 1, 2014

Jaman "Lebay"

Social media saat ini memang memberikan akses yang sangat luar biasa luas buat setiap orang untuk ber ekspresi baik secara positif maupun negatif setiap harinya, coba saja liat mulai dari status BBM, Facebook, Twitter, Instagram dan sampai Path sering sekali kita mendapati semua yang di post lebih bersifat "pribadi" alih-alih informatif dan sometimes bisa dikatakan "lebay'.

"yah ela gitu ajah pake di tweet, lebay amat sih" mungkin kalimat ini sering sekali meluncur di setiap perbincangan bahkan saya salah satu yang sering mengucapkan hal ini wkwk, seolah-olah saat ini domain pribadi yang seharusnya stop di pribadi ajah malah dengan sengaja dijadikan domain umum di mana dengan "sengaja" di share di social media agar semua orang tau dan mungkin malah mengharapkan orang lain komen dan memberikan respon terhadap masalah tersebut.

Nah bagaimana implikasinya dengan Brand? Prilaku "Lebay" ini punya dampak cukup besar terhadap brand yang masuk di dalam social media tentunya baik dari sisi positif maupun negatif. Sebagai contoh, brand restaurant yang pernah di handle social medianya oleh Dixgital (social media agency), cukup banyak komplain yang muncul berhubungan dengan layanan, produk dan berbagai hal yang intinya konsumen merasa "tidak puas" karena satu dan lain hal dan masalahnya semua ketidakpuasan itu di Tweet, di path dan bahkan di share di facebook, bahkan kadang nampak "lebay" karena sebenernya ga penting juga sih di share seperti "Mas pelayannya gaya rambutnya aneh" dsb.

Yah tentu banyak juga dampak positifnya di mana di jaman "lebay" ini muncul banyak brand advocate yang sama sekali tidak dibayar atau dikondisikan oleh sebuah brand tapi membelah brand tersebut habis-habisan, pada kondisi ini adalah tantangan brand untuk bisa menjangkau orang-orang seperti ini di rangkul kemudian difasilitasi agar terus menjadi advocate dari brand tersebut.

Mar 25, 2014

8 Tips Membuat Landing Pages

Kalo bicara aktivitas online apalagi yang berhubungan dengan mendapatkan leads rasanya landing pages merupakan salah satu tools yang paling powerfull untuk itu (http://marketingcappuccino.com/), sebagai contoh landing pages yang saya buat untuk menjual buku Marketing Cappuccino di atas sudah sangat membantu team saya untuk bisa mendistribusikan buku tersebut ke seluruh Indonesia agar bisa dibaca banyak orang. Contoh lain http://www.foreximf.com/id/ salah satu broker forex di Indonesia juga menggunakan landing pages untuk mendapatkan leads bagi kegiatan sales mereka khususnya melalui online.

Nah kemudian yang sering sekali menjadi permasalahan dalam menggunakan landing pages ini adalah bagaimana kita mendapatkan market yang tepat, dengan biaya yang efektif dan tingkat konversi yang tinggi karena bukan rahasia lagi kadang landing pages yang dibuat oleh sebuah perusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan "klien/Buyer" pada akhirnya hanya sukses sampai mendapatkan "Leads" yang artinya pada tahap ini baru bicara soal biaya bukan hasil.

Secara umum dari pengalaman saya menggunakan landing pages untuk mendapatkan leads yang kemudian bisa dikonversi menjadi "klien" sangat tergantung dari jenis bisnis dan objective dari landing pagesnya itu sendiri, ada yang tingkat konversinya kecil sekali bahkan 0 koma persen namun ada juga yang bisa diatas 50 persen, yah kembali lagi tergantung bisnis dan tujuannya apa. Minggu lalu sempat bincang-bincang dengan 2 industri, e commerce dan financial, bahkan konversi menjadi kliennya hanya berkisar 1-3 persen, tentu hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku bisnis khususnya yang cukup mengandalkan online dan landing pages dalam menggarap marketnya.

Mar 18, 2014

Dumb Starbucks

Awal Februari 2014 ini publik Los Angeles Amerika dikejutkan dengan kehadiran sebuah kedai kopi bernama “Dumb Starbucks”, dari nama nya saja sudah cukup membuat yang membaca nya terkaget kaget, karena mirip sekali dengan jaringan kopi Starbucks. Tidak hanya nama nya saja, tapi juga logo, menu dan semua atribut nya juga persis sama dengan yang dimiliki Starbucks, pembeda nya hanyalah penambahan tulisan “Dumb” pada bagian depan Starbucks. Bahkan dalam rangka pembukaan gerai nya yang pertama Dumb Starbucks membagikan kopi gratis bagi pengunjung yang lewat, maka hal ini tentu saja menjadi pembicaraan yang cukup heboh, apalagi sekarang sudah ada social media yang cakupan nya luas, bukan hanya regional, tapi juga global.

Oke, masih di bulan Februari 2014 ini, masyarakat dunia maya Indonesia, Bandung khusus nya juga dihebohkan dengan postingan blog yang berjudul: “Bandung, The City of Pigs" yang juga cukup membuat heboh jagat dunia maya. Diposting oleh seorang expat yang memang sudah bermukim dan tinggal lama di kota Bandung. Inti dari tulisan ini hanyalah sebuah tulisan pribadi yang dibuat oleh seorang asing yang hidup di Indonesia, hanya saja dengan judul yang provokatif membuat tulisan wanita expat ini tiba-tiba menjadi WOM dan viral di social media. Tapi saya patut acungi jempol untuk Inna Savova, nama wanita expat ini, untuk memanfaatkan traffic yang begitu banyak nya ke blog nya menjadi sebuah ajakan untuk ber sama-sama berkumpul dan membersihkan sampah di sebuah taman di kota Bandung, posting nya bisa dilihat di: “Tetap Semangat"


Feb 27, 2014

Taktik, Content dan Media

Di setiap seminar yang kebetulan saya sebagai narasumbernya saya sering sekali bertanya "Apa yang anda lakukan untuk meningkatkan penjualan produk Anda?", pertanyaan paling klasik dalam dunia marketing tentunya dan tidak akan pernah dilekang jaman karena bisnis apapun, produk apapun dan dibelahan dunia manapun "jualan" adalah hal yang paling utama dalam dunia marketing.

Nah yang membuat suka geleng-geleng kepala adalah sebagian besar dari jawaban yang muncul ketika pertanyaan diatas saya tanyakan, kita lihat beberapa jawaban yang sering muncul:
  • Sebarin flyer lebih banyak
  • Pasang iklan di koran
  • Harus pake iklan TV biar banyak yang tahu
  • Buat seminar biar bisa diedukasi
  • Kerjasama dengan radio yang sama segmennya
hmm sekilas mungkin tidak ada yang salah yah dengan jawaban di atas? Tapi kalo anda berpikir hal yang sama tidak aneh promosi yang Anda lakukan kelak tidak efektif dan tidak memberikan impact apa-apa terhadap penjualan Anda mengapa? Karena kita tidak memahami antara Promotion Tactic dan Promotion Medium. Coba perhatikan lagi jawaban-jawaban di atas dan akan Anda temukan bahwa semua jawaban tersebut berfokus pada MEDIA APA, bukan Taktik & Content apa yang ditawarkan.

Berfokus pada media bukan hal yang salah tentu, namun jika kemudian kita melupakan Taktik dan Content yang justru jauh lebih penting dalam menggerakan konsumen untuk membeli produk kita ini yang salah. Menurut saya, media dibuat setelah kita mendevelop taktik yang ingin digunakan dan konten yang menunjang taktik tersebut sehingga terdeliver sesuai dengan tujuan kita ke konsumen melalui media yang tepat,

Sebagia contoh, ketika Anda ingin melaunching sebuah restaurant katakanlah, jika fokus Anda pada media apa dan membuat iklan seperti ini "Telah di Buka, Restaurant Seafood Terbesar di Bandung" kemudian digunakanlah billboard, radio, flyer dan semua media yang menghabiskan ratusan juga untuk melakukan promosi dan hasilnya? Loh kok sepi yah padahal promosi sudah jor jor an. Lah kalo terbesar terus kenapa? ---> Tidak Ada Alasan orang Untuk Datang (Reason to buy yang dikemas dengan taktik promosi yang tepat).


Feb 26, 2014

Telegram, Early Adopter dan Kunci Sukses

Siapa yang sudah install Telegram? Messenger berbasis mobile ini tiba-tiba saja jadi bahan obrolan di beberapa “tempat obrolan” di media Online. Kehadirannya yang pas banget berdekatan setelah berita Whatsapp dibeli oleh Facebook, membuat orang-orang ingin mencoba yang baru (entah karena image “Facebook” yang hobi buat spot iklan atau karena jenuh atau karena alasan lain).

UI yang mirip dengan Whatsapp yang menjadi keunggulan Whatsapp selama ini (sederhana) dipadukan dengan load yang lebih cepat (entah karena user nya masih sedikit yah..) dan multi sign in, artinya dengan 1 nomor HP sebagai ID Anda bisa gunakan di berbagai gadget yang berbeda di satu waktu yang sama. Selain itu solusi lainnya yang diungguli Telegram dibandingkan Whatsapp adalah dapat digunakan oleh para pengguna IPad.

Saya di sini tidak akan bahas tentang Telegram-nya, karena saya bukan buzzer nya juga ;)) tapi saya akan bahas apa kunci penting dari keberhasilan sebuah produk, dalam hal ini case Telegram menarik untuk dijadikan contoh.

Berhasil tidak berhasil kita belum tahu, karena baru sekali diluncurkan, namun bisa dibilang Telegram tanpa iklan berhasil untuk menarik sejumlah pengguna, bahkan jangan2 “grup” dari Whatsapp atau Line banyak yang coba hijrah ke Telegram. Kalo dalam waktu yang lama mereka puas dengan berbagai fitur yang ditawarkan, bisa jadi mereka akan selamanya meninggalkan grup di Messenger-messenger sebelumnya.

Beberapa waktu lalu saya mendengar sebuah sharing dari praktisi pengembang Start-Up (perusahaan-perusahaan pemula) yang pernah berkiprah di Asia maupun di Silicon Valley (Amerika). Mereka menyebutkan beberapa sebab mengapa produk-produk/bisnis-bisnis Start Up di bidang teknologi cenderung lebih mudah/cepat sukses yang dari Amerika, bukan dari Asia. Salah satu penyebab yang mereka ungkapkan adalah perihal ekosistem.


Feb 25, 2014

Bisnis Kuliner, Riset dan Ilmu Marketing

Fenomena menjamurkan bisnis skala kecil di bandung saat ini menyajikan sesuatu yang sangat menarik bagi diri saya khususnya bila dilihat dari sisi marketing. Mungkin hampir setiap minggu ada ajah bisnis baru yang muncul untuk akhirnya tenggelam bahkan hanya dalam hitungan 3 bulan setelah bisnisnya berjalan, yah entah ditutup karena ownernya menyadari ada yang salah dengan bisnisnya ataupun memang secara operasional sudah tidak kuat lagi menanggungnya.

Sangat sering sejak beberapa tahun ke belakang saya mendatangin tempat makan baru entah itu dengan konsep cafe maupun restauran baik secara pribadi sukarela maupun dalam kapasitas di undang sebagai bagian dari komunitas cerita perut yang kami miliki di bandung (www.ceritaperut.com) yang pada akhirnya tempat makan tersebut hilang di telan persaingan atau bahkan ditelan oleh masalah tempatnya sendiri. Satu pertanyaan kok bisa?

Nah tulisan kali ini saya ingin sedikit sharing mengapa kebanyakan bisnis kuliner yang pada awalnya sangat menjanjikan bagi ownernya dengan mimpi-mimpi akan berkembang besar dan sebagainya akhirnya malah menjadi mimpi buruk, menyebabkan kerugian yang tidak sedikit (bahkan salah satu sahabat saya sampai miliaran).

1. Alergi/ Anti atau Ga Ngerti Riset
Saya perhatikan sebagian besar penyebab banyaknya tempat makan yang gagal adalah karena gagal memahami pasar dengan betul, lebih edannya lagi kebanyak tempat mungkin hanya melakukan riset-risetan atau bahkan tidak melakukan riset sama sekali dan berdasarkan "feeling" dengan beraninya tempat-tempat ini berinvestasi dengan "ide"nya.

Sebagai contoh, kalo keluarga (kakek, nenek, bapak, ibu, teman dan sahabat) udah bilang makanannya enak, eh langsung ajah yakin bahwa makannnya enak padahal bisa jadi mereka bertanya pada orang yang "salah", yah iyalah keluarga, mana mungkin memberikan insight yang tepat apalagi secara konsep tempat dan produk bukan merekalah target market kita.

Lebih parah kebanyakan memutuskan berinvestasi karena feeling "sepertinya besar marketnya" SEPERTINYA. Feeling adalah salah satu contoh pengambilan keputusan bisnis yang sangat besar resikonya apalagi Anda bukan pebisnis yang sudah makan asam garam di dunia bisnis dan bisnis kuliner khususnya.

Jadi? Lakukan RISET, jika perlu bayar konsultan riset sehingga memberikan gambaran jelas mengenai bisnis yang akan Anda jalankan, lebih baik nambah 50-100 juta untuk mendapatkan gambaran yang clear mengenai bisnis Anda daripada mempertaruhkan uang ratusan atau miliaran tanpa arah yang jelas. Apa jadinya jika hasil riset ternyata mengatakan "STOP jangan BUKA BISNIS INI, RUGI", yah paling hebat Anda cuma rugi 50 juta buat bayar konsultan risetnya that's it.


Feb 24, 2014

3 Karakter Baru Konsumen dan Cara Berjualan

Perubahan tren media Internet secara langsung mendorong perubahan karakter konsumen. Terutama apabila konsumen Anda adalah kelompok akses Internet dan Media Sosialnya cukup intens.

Dari berbagai sumber, berikut adalah 3 temuan karakter baru konsumen yang dapat mempengaruhi cara Anda berjualan saat ini :

a. Efisien
Perubahan besar terjadi dulu saat generasi internet 1.0, di mana Email mendominasi berbagai kegiatan para pengguna internet. Kemudian masuk Social Messenger yang membentuk cara berkomunikasi yang sama sekali baru, lalu Social Media dan sekarang adalah Mobile Application.

Setiap harinya berpuluh-puluh hingga berates-ratus Mobile Application baru muncul di Marketplace Apps sistem operasi manapun. Sepertinya semua masalah kian akan diselesaikan oleh kehadiran Mobile Application. Dari soal keuangan, kesehatan, makanan, cinta, hiburan, apa saja you name it!

Dengan hadirnya berbagai solusi tersebut, para konsumen terlatih untuk mengkonsumsi bahkan memilih sesuatu yang paling efisien. Sesuatu yang dapat memberi mereka solusi terhadap permasalahan yang mereka alami. Bukan hanya solusi biasa, tapi solusi yang paling efisien, yang paling cepat, paling mudah paling praktis paling nyaman untuk mereka gunakan.

Begitu jengan dengan produk Anda, semakin banyaknya pilihan, kompetisi antar produk yang menawarkan fungsi yang sama, konsumen kian mencari yang paling efisien, yang dapat membantu mereka memenuhi kebutuhan.


Feb 14, 2014

Perubahan vs Comfort Zone

Perubahan, sebuah kalimat yang menjadi mantra penting dalam bisnis apapun, bahkan dalam banyak kesempatan selalu didengungkan "Jika Anda tidak berubah maka Anda akan mati". Artikel kali ini biarpun saya tidak terlalu suka menulisnya karena sepertinya jadi serius sekali hehe, saya coba sharing bagaimana saya mengikuti sebuah proses perubahan yang baru dilakukan 1 tahun lebih ke belakang.

Ceritanya begini (seperti dongeng ajah), melihat kompetisi yang semakin sengit dari lokal maupun international company serta perubahan behavior konsumen dalam melakukan konsumsi media, sang owner mulai memikirkan untuk melakukan perubahan yang sangat mendasar pada strategi bisnisnya, istilah yang digunakan adalah "ini kita kapal Titanic, bukan mau berganti arah secara slow namun langsung berbelok 90 derajat" Yah bayangkan kapal sebesar Titanic melakukan manuver yang sangat berbahaya ditengah lautan luas seperti itu.

Yah pilihan melakukan perubahan strategi ini merupakan pilihan yang sangat tepat menurut saya, memang seharusnya sudah 1-2 tahun sebelumnya pernah saya sounding bahwa pasar akan bergerak berbeda 5-10 tahun kemudian, jika saat ini perusahaan tidak melakukannya maka tinggal tunggu waktu perusahaan lain yang akan melakukannya dan memang sudah tapi untungnya masih terbatas pada kompetitor luar negeri yang secara regulasi bersifat ilegal.

Nah ada beberapa point penting sejauh yang saya lihat berkenaan dengan perubahan strategi yang dijalankan ini, coba yah saya share beberapa hal yang memang secara internal terjadi yang mungkin kelak bisa bermanfaat ketika kita melakukan perubahan di dalam perusahaan

1. Penolakan internal
Pesimis dan skeptis, yah inilah yang terjadi di awal-awal ketika perubahan digulirkan oleh perusahaan, "ngapain berubah, dengan begini ajah kita udah sukses kok", "Masih lamalah apa yang dikatakan bos tersebut, metode sekarang sudah yang terbaik" dan berbagai komentar yang intinya mempertanyakan mengapa kita harus berubah padahal kita no.1.

Mainin Burung Yuk

Nah ini salah satu game paling kurang kerjaan yang cukup mewabah beberapa minggu kebelakang ini Flappy Bird, saya bukan penggemar games apalagi dimainkan di handphone, rasanya sudah lama sekali tidak nge games di handphone tapi anehnya Flappy Bird ini setelah di install bawaannya terus untuk mainkan, terus, terus dan terus sampe akhirnya bosan sendiri haha.

Ceritanya gamesnya sih sederhana, seekor burung yang terbang melewati berbagai ukuran pipa, intinya jangan sampai nabrak, nah ini masalahnya ternyata tidak semudah yang dibicarakan karena menerbangkan burung ini ternyata butuh respon jempol yang konsisten dan konsentrasi haha yang hasilnya bisa ditebak begitu nabrak pengen coba lagi sampe score berapapun yang bisa dicapai.

Fenomena merebaknya Flappy Bird ini walaupun menurut saya tidak akan lama bertahannya dari sisi marketing sesuatu yang cukup menarik untuk dibahas, begitu banyak applikasi yang bisa di download di google play namun mengapa ada yang mendorong penggunaan yang cukup massive ada juga yang berakhir cuma untuk jadi pajangan di google play, bagaimana bisa dan mengapa? Ini 1 hal, hal lainnya yang juga menarik untuk dicermati adalah bagaimana spreading Flappy Bird ini bisa cepat sekali menjadi viral dan menjadi talk of the town, rasanya ga apdol kalo ga ngomongin ini di sosmed dsb.

Nah berangkat dari 2 hal di atas, saya ingin sedikit sharing dari perspektif saya tentunya bagaimana sebuah games seperti Flappy Bird ini bisa cepat sekali menyebar, dibicarakan dan dimainkan oleh banyak orang dan bagaimana hal ini bisa dimanfaatkan oleh brand?

1. Hebatnya sosmed

Feb 3, 2014

Teori Lama vs Media Digital

Mark Krenn, founder dari Coastal Creative Reprographics di Amerika sempat mengangkat isu ini di salah satu tulisannya. Pada bahasan tersebut sangat menarik sekali, bagaimana ia mengingatkan kita bahwa sejak tahun 1960, ilmu Marketing mengajarkan kita untuk fokus pada 4P : Product, Price, Place dan Promotion.

Kemudian di era 1990an disambung dengan C’s area dengan fokus kepada para konsumen. Sedangkan sekarang memasuki era Digital? Apakah semua teori tersebut masih relevan? Atau ada teori baru yang harus diterapkan? Berikut ada 3 poin yang menarik untuk dibahas, untuk menjawab hal tersebut.

1. Ciptakan pengalaman Offline dan Online
Experience merupakan salah satu bentuk output dari semua perancangan konsep marketing tersebut. Mau media tradisional atau digital, experience merupakan suatu hal yang penting. Experience itu sendiri tidak hanya berkutat hanya di level “konteks” tapi juga “konten” yaitu elemen-elemen experience yang melekat pada produk secara langsung.

Di buku yang lagi saya baca (The Power of Habit by Charles Duhigg) menceritakan bahwa jika kita mengira Starbucks jualan kopi, sebenarnya Starbucks tidak hanya jualan kopi. Seperti yang diungkapkan Howard Behar (the former president of Starbucks) : “We’re not in the coffee business serving people, We’re in the people business serving coffee.” 


Jan 28, 2014

Value Added lewat Kupas Buah

Pernahkah Anda datang ke toko buah kemudian buah yang kita beli tersebut bisa di kupas tanpa tambahan biaya sama sekali? Kalo di Supermaket yang menjual segala jenih kebutuhan sih hampir ga mungkin ada jasa kupas buah, kalo di toko buah? Hmmm sebelumnya juga blom pernah menjumpai sampai suatu hari saya pergi ke sebuah toko buah baru bermama Apricot dan ketika membeli buah saya iseng bertanya"Buahnya bisa dikupasin mbak?" Dan si mbakpun menjawab "Oh bisa mas".

Wah ini kabar baik banget buat saya yang hobi beli buah tapi paling males ngupasin buahnya sehingga seringkali akhirnya membusuk di kulkas, sesuatu yang menjadi "demand" mungkin banyak orang tapi tidak pernah diungkap secara to the point jika belanja buah-buahan, kebeneran ajah iseng nanya.

Nah ini yang menarik kemudian, ini toko buah punya value added potong buah dan bahkan ada cafe buahnya kok ga pernah kedengeran di komunikasikan yah value addednya tersebut, atau sudah tapi saya dan banyak temen ajah yang ga pernah denger sehingga hanya kebetulan lewat dan lihat mampirlah saya ke toko buah tersebut?

Tapi yak kita lewat ajah bahasan soal dikomunikasikan atau tidaknya hehe, saya lebih tertarik membahas apa yang terjadi setelah saya membeli pertama kali di toko buah tersebut dan tahu ada jasa potong buah dan cafe buah. Sebelumnya saya adalah pelanggan toko buah A, namun sejak tahu toko buah Apricot memberikan layanan potong (value added) bahkan untuk pepaya yang berharga 11 ribu akhirnya saya memutuskan untuk menjadi pelanggan tetap di toko tersebut BERSAMA temen-teman kantor tentunya (power of rekomendasi). Kenapa pindah?

Value Added

Jan 27, 2014

Good Design = Good Omset

Mengikuti beberapa kali kurikulum di bidang bisnis, manajemen hingga marketing, selama ini saya nyaris tidak menemukan adanya pembekalan yang berhubungan dengan desain. Hampir seluruh materi yang terkandung di dalamnya bisa jadi hanya menyebutkan “desain” beberapa kali saja dan bisa dibilang hanya sekilas.

Desain kian dianggap sebagai elemen yang tidak menentukan, dalam keberhasilan sebuah bisnis. Padahal kenyataannya, desain menentukan pengaruh yang sangat signifikan.

Untuk bahasan ini ada dua makna desain. Yang pertama terkait desain produk. Sebuah produk yang akan menang di pasar adalah produk-produk yang terdesain dengan baik. Dalam hal ini desain tidak selalu terkait dengan estetika, namun sudah pasti terkait dengan menjawab kebutuhan target market kita. Ambil saja contoh untuk produk-produk manufaktur mesin, bisa jadi desain dalam arti estetika tidak mengambil peranan penting, tapi desain produk yang dapat menjawab kebutuhan target market lebih dari pesaingnya sudah pasti memiliki peluang untuk unggul lebih besar.

Berbeda dengan berbagai produk yang berdekatan dengan dunia “desain”, misalkan produk fashion. Sudah pasti desain produk yang dibicarakan berkaitan dengan estetika. Atau industry kuliner; jika dulu desain yang berhubungan dengan estetika tidak begitu penting, tapi sekarang nyaris sulit untuk unggul jika rasa yang enak tidak dikemas dengan desain yang juga menarik (baik desain kemasan, penyajian hingga tempat).

Apalagi sekarang ini dan generasi target market bisnis kita di masa depan akan dikuasai oleh Gen Z, yaitu mereka yang isi kepalanya sudah penuh sekali dengan referensi dari luar negeri, tentu yang mereka dapatkan dari internet. Tren desain dari Korea, Jepang atau Amerika kian mendominasi preferensi mereka. Lalu bagaimana bisnis kita selayaknya mengelola “desain” itu sendiri? Berikut beberapa tips yang bisa membantu meningkatkan penjualan, seluruhnya berhubungan dengan desain!

1. Design as part of Branding

Jan 26, 2014

ACTION ajah, Ajaran Sesat?

Kegemaran makan selalu mengantarkan saya dan temen-teman saya mencoba berbagai tempat makan baru yang kebetulan atau memang kita niatkan untuk disambangi, nah kebeneran kemarin siang ada satu tempat makan yang pas lewat sepertinya menarik untuk disinggahi jadilah akhirnya kita mampir untuk mencoba kopi dan makanan yang ada di tempat tersebut.

Ketika semua menu pesanan sudah datang, seperti biasa prosesi makan akan tertunda kurang lebih 5-10 menit tergantung banyaknya menu, bukan karena doa bersama tapi karena sibuk Photo pake Tustel hehe.Berbagai posisi photo harus dicoba sehingga dapatlah gambar terbaik yang kemudian diedit dulu dan akhirnya di post di path ataupun twitter (Seperti ini kha sehari-hari yang Anda alami?), baru deh habis itu bisa makan.

Nah di sini ada kejadian yang cukup menarik ketika salah seorang temen mau nge path kemudian dia nyeletuk "Ini nama cafe sama alamat twitternya apa yah" kita semua sibuk mencari di buku menu, akrilik meja dan sampai celingak celinguk sana sini untuk mendapatkan Brand Name cafe tersebut juga alamat twitter (secara jaman sosmed gitu) untuk di share yang hasilnya nihil dan akhirnya di post di sosmed tanpa mention twitter dan nama brand cafe tersebut.

"Masih ada yah tempat seperti ini" Pikir saya, sayang sekali padahal produknya bisa dikatakan #Rekomendasi sekali, selain harganya enak dari sisi harga juga sangat affordable, namun karena ketidaktahuan soal Marketing dengan baik owner cafe ini lupa bahwa Enak dan Murah saja kadang tidaklah cukup untuk membuat sales meningkatkan apalagi bila tidak didukung oleh lokasi cafe yang ramai.

10 tahun di industri Marketing serta berkutat dengan banyak pebisnis khususnya yang lokal dan pemula menyadarkan saya bahwa sebagian besar tidak betul-betul paham bahwa ilmu marketing adalah sangat penting dalam setiap bisnis, betul bahwa focus jualan, omset dan profit adalah utama, namun tanpa didukung oleh pengetahuan yang tepat soal Marketing hanya akan membuat rasio 1000 pengusaha baru hanya 1 persen yang berhasil menjadi terbukti dan semakin kuat kebenerannya.


Jan 22, 2014

Tingkatkan Omset dengan Google Adword

"Berapa budget yang lo habisin buat mencari calon klien bro?" Sekali waktu seorang temen bertanya bagaimana cara saya mencari klien di bidang konsultasi marketing dan branding dan berapa besar budget yang harus dihabiskan untuk mendapatkan prospek client. Wah bukan rahasia dapur dong nih haha dalam hati saya, tapi okelah saya bisa sharing mengenai salah satu taktik bagaimana mendatangkan prospek client dengan biaya yang sangat minim namun punya kualitas leads yang sangat prospektif.

Dulu, saya cerita sedikit, beberapa tahun ke belakang cara mencari klien yang saya lakukan masih sangat konvensional yaitu dengan melakukan telemarketing, buat appointment kemudian meeting dan juga ditambah dengan cetak ribuah proposal untuk dikirim ke semua database yang sudah berhasil dikumpulkan oleh karyawan khusus bagian database. Bisa terbayang tidak berapa karyawan dan biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem pemasaran seperti yang barusan saya utarakan.

Yuk coba kita hitung, 2 karyawaan telemarketing dengan gaji Rp. 2.5 juta (Gaji + Bonus) x 2 = 5 juta/ bulan yang artinya 70 juta per tahun (plus biaya THR). Cetak proposal 15 juta plus biaya pengiriman perbulan 1 juta artinya 5 juta + 12 juta = 17 pertahun, Biaya telepon kurang lebih 2.5 juta untuk follow up dan belom lagi biaya rekruitment setiap karyawan yang masuk dan keluar jadi total kurang lebih 1 tahun habis kurang lebih 120 juta plus biaya lain-lain. 

Sekarang, dengan prospek yang jauh lebih spesifik dan biaya yang hanya kurang 1 juta per bulan melalui Google Adword tim saya bisa menghasilkan pendapatan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan traditional approach (kalo boleh saya bilang demikian) yang dulu biasa dilakukan, 1 juta berbanding 10 juta, luar biasa bukan? Sampai-sampai saat ini karena cukup banyak prospek yang melakukan kontak, project marketing dan branding yang dihandling sangat dibatasi dan selektif

Btw yang belom tahu soal google adword izinkan saya menjelaskan sedikit, jika kita mengetikan sebuah kata di google misal "Investasi Forex : lihat contoh di samping< nah akan keluar iklan (adword) seperti yang ada di samping kanan dan atas (blog kuning), nah iklan seperti ini dinamakan Adword dimana kita beriklan berdasarkan KEYWORD yang diketikan di google (keren yan bisa begitu), untuk lebih jelas googling ajah hehe.

Bali lagi, Yah Google Adword (salah satu rahasia pemasaran yang saya ungkap) saat ini menjelma menjadi salah satu media paling efektif dalam memasarkan jasa (tentu tergantung bisnisnya yah) maupun barang apalagi jika target market kita menggunakan media yang sama untuk mencari informasi mengenai produk kita. Coba yuk kita lihat beberapa manfaat menggunakan Google Adword untuk pemasaran kita

1. Jauh lebih hematlah

Jan 16, 2014

Pedas, Trend dan Omset

"Kalo mau laku buka bisnis di bandung, jualah sesuatu yang pedas dan kalo bisa agak ekstrim" celetuk salah satu sahabat saya ketika sedang asik berdiskusi beberapa waktu lalu. Saya tidak bisa tidak setuju dengan peryataan ini karena memang secara pribadi sudah saya perhatikan beberapa tahun ke belakang begitu muncul yang pedas peluang untuk bisa terkenal dan salesnya bagus terbuka cukup lebar, sebut sajah Mie reman, Cekeran Midun, Ceker Setan dan terakhir yang lagi terkenal banget ni adalah nasi goreng mafia.

Fenomena pedas ini jika saya perhatikan muncul sejak Maicih memperkenalkan level pedas pada produk kripiknya, bukan sesuatu yang baru memang namun dengan kombinasi content, concept, konsumen dan media yang tepat (mulai boomingnya twitter di kalangan anak muda) melijitlah Maicih, bukan hanya di bandung bahkan di Indonesia. Dari sini muncullah trend "baru" makanan yaitu pedas dan berlevel.

Nah kali ini saya ingin membahas dua brand yang cukup fenomenal belakangan ini di bandung, di mana kedua brand ini bisa cukup melijit dikalangan kuliner di bandung yaitu Cekeran Midun dan Nasi Goreng Mafia. Jangan tanya bagaimana ramainya kedua brand ini apalagi di jam makan siang dan malam, waiting list untuk bisa mendapatkan produknya saja bisa 1 jam, nah ini tentu menjadi sangat menarik mengapa bisa demikian dan apakah bisnis ini akan bertahan ketika trendnya sudah tidak lagi menjadi luar biasa pada saatnya. Coba yuk kita lihat beberapa faktor yang membuat kedua brand ini melijit.

1. Sama-sama Pedas
Yak ini salah satu faktor yang membuat kedua brand ini cukup laris saat ini karena menjual unsur PEDAS. Seperti yang sudah saya bahas di atas, ini adalah Trend penting yang men drive target market untuk datang, mencoba dan merekomendasikan kedua brand tersebut. Kedua brand ini tahu betul bagaimana memanfaatkan Pedas untuk mendrive market mereka untuk datang dan mencoba produk mereka, walapun sebetulnya secara value produk seperti Nasgor Mafia lebih mengedepankan Nasi Goreng Rempah Pertama, namun momen PEDAS digunakan sebagai leverage untuk bisa mendatangkan traffic dan membuat produk mereka di coba dan di konsumsi.

PEDAS ini memang agak luar biasa, sebuah kata yang saat ini khususnya di Bandung berdasarkan pengalaman saya memiliki magnet yang cukup kuat untuk menarik crowd, atau mungkin malah di indonesia fenomena PEDAS ini mewabah menjadi salah satu selling point penting di bisnis makanan sampai trans tv pun perlu membuat sebuah acara khusus yang bernama Pedas Gila. So, silahkan dipertimbangkan jika Anda punya bisnis makanan apakah ingin memanfaatkan PEDAS sebagai leverage (daya ungkit) atau bahkan menjadi main product.

Jan 13, 2014

Sonny Angel, Bugil Tapi Gemesin

Beberapa minggu yang lalu teman saya sedang suka-suka nya mengupload foto sebuah boneka lucu yang dikondisikan sedang melakukan aktifitas di akun instagram nya. Keasyikan teman saya ini ternyata bukan hanya karena dia memang suka dengan boneka lucu ini, tapi ternyata karena ada kompetisi foto dengan boneka ini yang digelar oleh official akun nya di Instagram. Karena penasaran, maka saya pun langsung ke TeKaPe untuk sekedar kepo, pengen tau apa sih yang bisa membuat teman saya ini tergila-gila dengan si boneka satu ini, padahal nama boneka ini juga biasa saja (Sonny Angel), tidak terlalu lucu juga sih.

Sonny Angel ini berbentuk minifigure seorang anak laki-laki seperti bayi yang menggunakan topi dengan tema macam2, ada binatang, tumbuh2an, buah2an, dll. Hebatnya lagi di Indonesia Sonny Angel belum mempunyai toko resmi, sehingga boneka ini bisa dibeli lewat internet ataupun konsep store, itupun dengan varian yang terbatas, tidak terlalu banyak. Jadi untuk pecinta boneka ini jika ingin membeli boneka ini cukup sulit, dengan memesan ke OL Store yg official maupun yang tidak official, ataupun jika memang beruntung di beberapa konsep store bisa dijumpai si boneka Sonny Angel ini.

Hebatnya, si komunitas ini seperti nya cukup loyal, terbukti dengan harga mini figure senillai 70 ribu rupiah (menurut saya agak mahal sih), para kolektor ini memiliki lebih dari satu minifigure. Atau jika kita lihat ke OL Store official nya, harga nya bisa mencapai 472 yen (senilai 55 ribu rupiah) untuk koleksi yang umum, dan 525 yen (senilai 61 ribu rupiah) untuk special edition collection (misal seperti Christmas Collection & Chocolate Edition), masih belum ditambah ongkir (ongkos kirim).

Walaupun di negara asalnya (Jepang) boneka ini sudah berumur 10 tahun sejak tanggal diluncurkannya, tapi seperti nya di Indonesia boneka ini sudah cukup digemari, hanya saja mungkin karena distribusi nya yang masih jarang, maka minifigure ini hanya beredar di komunitas tertentu saja. Saya melihat ada beberapa hal unik yang bisa kita pelajari dari si Sonny Angel ini:

1. Series & collection

Jan 6, 2014

5 Prediksi Social Media di tahun 2014

Memasuki tahun yang baru tentu PR bagi para Marketer dan Business Owner adalah merancang strategi pemasaran yang dapat membawa kesuksesan di tahun yang baru. Lalu bagaimana dengan strategi memanfaatkan Social Media? Berikut adalah 5 Prediksi Social Media di tahun 2014 yang diambil dari berbagai sumber :

1. Beriklan di Social Media
Hah?? Sejak kapan Social Media buka space iklan? Namanya juga Social Media! Nah buat yang tahun lalu berpikir demikian, masih wajar. Kenapa? Karena sebelum 2014, banyak Social Media yang masih berada dalam tahap “mengumpulkan user”. Namun di akhir 2013 sudah banyak Social Media yang sudah mencapai pada taraf mature, alias sudah waktunya cari duit!

Seperti Facebook bisa jadi sudah lebih dulu melakukan berbagai aktivitas monetization. Dan di tahun 2013 pun Facebook semakin agresif menempatkan iklan untuk meningkatkan peluang pengguna melihat dan berinteraksi melalui iklan. Yang terbaru bahkan Facebook telah meluncurkan iklan video pada News Feed pengguna. Lalu sebut saja Twitter yang di tahun 2013 lalu telah resmi membuka penjualan iklan dan memasarkannya secara resmi di Indonesia.

Social Media popular di dunia, terutama di Indonesia telah membuka peluang beriklan begitu besar. Bagi kita brand yang memanfaatkannya is it good or is it bad?