Nov 11, 2010

Di Belakang SOP yang Hebat, Pasti Ada Manusia yang Lebih Hebat

Hari itu Senin pagi tanggal 22 Desember 2007, ketika saya dalam perjalanan menuju kota Solo. Terjadilah sebuah dialog yang mengalir di atas bus EKA jurusan Jogja-Surabaya via Solo, seperti berikut ini:
“Mas, ada uang pas ?”
“Ga ada, Pak”.
“Cari dulu dech”.
“Bener, ga ada”.
“Kalo gitu, Anda turun di Janti. Ikut bis belakangnya ini”
Saya ga bisa jawab apa-apa. Sampai di agen bus EKA di Janti, saya pun turun dengan perasaan sangat kecewa. Selain itu, saya jadi penasaran, bagaimana mungkin manajemen PO. EKA memiliki kebijakan sesadis ini, mengusir penumpang gara-gara tidak membayar dengan uang pas.

Saya pun duduk manis di ruang tunggu agen Janti, menunggu armada PO. EKA berikutnya yang datang jam setengah 8. Sesuai jadwal, akhirnya bus pun datang. Dari sisi waktu, boleh juga bis ini, on time. Tapi, saya masih belum habis pikir dengan kebijakan kondektur yang “membuang” saya di bus sebelumnya. Saya pun segera naik ke atas bus tersebut, dan duduk dengan manis di kursi yang tersedia. Tak lama kemudian, pak kondektur menghampiri saya.
“Turun mana, Mas?”
“Solo, Pak”. Uang 50 ribuan saya sodorkan ke pak kondektur.
“Waduuh, uang pas aja, Mas”.
“Ga ada, Pak”.
“Kembaliannya, nanti pas turun di terminal ya”.
Di balik tiket, kondektur menulis  angka 41.000. Artinya, saya masih punya piutang 41.000 yang bisa diambil nanti, pas turun di terminal. Saya pun menuruti solusi pak kondektur, daripada di usir lagi.

Dari kisah nyata yang saya alami di atas, saya belajar mengenai service atau layanan dalam sebuah bisnis. Untuk memastikan Service atau layanan bisnis berjalan baik, ternyata tidak cukup  dengan memiliki  Standard Operating Procedure (SOP) yang bagus. Lebih dari itu, sebuah layanan harus didukung oleh “orang” yang menjalankannya. Seperti kejadian saya dengan layanan PO. EKA, salah satu perusahaan bus yang kabarnya memiliki pelayanan terbaik. Saya kurang tahu SOP manajemen PO. EKA ketika tidak ada uang kembalian, tapi saya yakin, apapun yang kondektur lakukan adalah keputusan pribadinya dalam menerjemahkan SOP yang ada.
Bagaimana menurut anda?

(Smber Gambar: standardoperatingprocedure.org)

Berapa Rupiah yang Terbuang Sia-sia dari Biaya Iklan Anda?

Apakah Anda pernah mengeluarkan ratusan ribu bahkan jutaan rupiah untuk memasang iklan? Dan Anda tidak yakin berapa rupiah penjualan yang Anda peroleh dari iklan tersebut? Jangan teruskan kebiasaan buruk memasang iklan tanpa memperhitungkan hasilnya ini. Hanya dengan menguji dan mengukur efektivitas iklan, Anda bisa memaksimalkan hasil dari iklan yang Anda pasang.

Tes dan ujicoba iklan, bisa kita lakukan dengan menguji naskah iklannya, judul iklan, format iklan atau tempat dan media beriklan. Dengan melakukan tes iklan , kita bisa mengukur angka penjualan atau tingkat respon pembaca. Dan kita bisa mendapatkan format atau rumus iklan yang paling efektif. Dengan menggunakan format dan metode iklan yang sudah teruji keberhasilannya, akan meningkatkan kesuksesan iklan berikutnya.

Lalu, bagaimana caranya ya? Salah satunya, dengan menciptakan iklan yang memungkinkan respon langsung dari audience, atau biasa disebut Iklan Respon Langsung. Dengan melihat respon dari pembaca iklan, tentu sangat mudah menghitung berapa banyak iklan yang terbaca. Atau dari mana saja, datangnya respon iklan kita. Bahkan, kita bisa menciptakan beberapa versi iklan untuk menjual produk yang sama. Misal, iklan versi A dipasang di koran X. Iklan versi B dipasang di koran Y dan iklan versi C dipasang di koran Z. Kemudian, bandingkan tingkat respon dari 3 versi iklan yang kita buat. Dari hasil tes iklan ini, kita bisa mengetahui judul iklan seperti apa yang paling berhasil menarik minat pembaca. Gaya tulisan seperti apa yang paling tepat digunakan.

Kasus nyata yang pernah saya lakukan, yaitu program iklan sebuah toko buku Islam di Solo. Suatu waktu, toko buku menyelenggarakan program diskon selama 1 bulan. Untuk mengiklankan program ini, saya mengunakan brosur ¼ folio dan spanduk rentang. Saya memanfaatkan brosur sebagai media Iklan Respon Langsung. Pada brosur, ditulis “ GRATIS Souvenir Cantik untuk 10 Pengunjung Pertama, dengan Menukarkan Brosur ini “. Nah, saya bisa melihat efektivitas iklan dari pengunjung yang datang ke toko buku untuk menukarkan brosur dengan souvenir. Bahkan saya bisa tahu darimana pengunjung ini mendapatkan brosur tersebut, karena saya menulis kode untuk setiap tempat penyebaran brosur.

Masih mau buang-buang uang untuk mengiklankan produk Anda?

(Sumber Gambar: chrisandpammy.com)


10 Rahasia tentang Konsumen Anda

Sudah pernah nonton film What Women Whant-nya Mel Gibson? Film produksi tahun 2001 itu,mengisahkan seorang Creative Director di salah satu biro iklan di New York yang bisa “mendengar” kata hati wanita. Nah, setelah menonton film itu, saya jadi berpikir, pasti semua orang yang bekerja di dunia pemasaran ingin memiliki kemampuan itu.

Salah satu rahasia bagi seorang pemasar yang belum terungkap hingga saat ini adalah keinginan konsumen yang sebenarnya. Produk seperti apa yang mereka suka, apa yang tidak mereka sukai dari produk kita, berapa harga yang mereka harapkan dan banyak rahasia lain yang tersimpan rapat di benak mereka. Berikut ini beberapa hal yang bisa sedikit menguak tentang keinginan konsumen yang perlu Anda ketahui.

1. Kebanyakan orang menyukai kejutan, karena akan menciptakan perubahan pada rutinitas kehidupan mereka. Jadi, pastikan ada kejutan istimewa untuk pemesanan produk Anda.
2. Kebanyakan orang, ingin hidup lebih mudah. Jadi, sederhanakan cara pemesanan dan cara menggunakan produk Anda.
3. Kebanyakan orang menginginkan rasa aman. Beritahu konsumen, bahwa Anda memiliki sistem pemesanan yang aman dan terjamin.
4. Kebanyakan orang menyukai pujian terhadap prestasinya. Ucapkan sedikit pujian kepada calon konsumen Anda.
5. Kebanyakan orang, penasaran dengan hal yang akan merubah gaya hidupnya. Gunakan kata-kata yang membuat pembaca iklan Anda penasaran.
6. Kebanyakan orang, ingin berinventasi untuk masa depannya. Lebih baik menulis “ Investasikan uang Anda dengan produk ini…“ daripada “ Beli produk kami…”.
7. Kebanyakan orang menginginkan produk atau model terkini. Jelaskan kepada pembaca, bahwa produk Anda adalah produk terbaru di saat ini.
8. Setiap orang, pasti ingin mengatasi permasalahannya. Tuliskan masalah mereka dan tunjukkan bagaimana produk Anda bisa menyelesaikan masalah tersebut.
9. Kebanyakan orang, ingin membahagiakan orang di sekelilingnya. Tunjukkan bagaimana mereka akan membahagiakan orang di sekelilingnya dengan membeli produk Anda.
10. Kebanyakan orang, ingin mengatasi penghalang dalam mencapai tujuan hidupnya. Tunjukkan apa saja yang bisa mereka raih dengan produk Anda.

Nah, dengan mengetahui sedikit rahasia konsumen di atas, semoga Anda bisa memberikan program pemasaran yang tepat sasaran dan lebih mengena untuk konsumen Anda. 

(Sumber Gambar: http://radiotheater.blogspot.com)

Satu Ide, Beragam Warna

Bajak-membajak ide di dunia kreatif, itu sudah biasa. Praktek pembajakan ini tidak hanya di tataran ide, bahkan merambah ke brainware alias si pemilik otak pencetus ide. Ga heran, tingkat turn over karyawan di perusahaan kreatif, melonjak tajam. Contoh nyata, di dunia periklanan. Seorang Art Director atau Copywriter yang menangin award, namanya bakalan melejit. Jadilah, tawaran kerjaan datang dari mana-mana. Walhasil, dalam setahun bisa pindah 2 sampai 3 biro iklan.

Fenomena bajak membajak ide ini, terjadi pula di perusahaan yang dulu saya pernah bekerja di sana, dengan core bisnis penerbitan buku. Suatu waktu, perusahaan membuat katalog edisi 1 tahun yang buat secara serius dengan kemasan lumayan lux. Di cover, terpampang tagline Brand Lokal Rasa Global. Menurut saya pribadi, klise banget, karena sudah banyak yang menggunakan dan sedikit over promise. Tapi, secara eksekusi, keren juga siy...

Beberapa hari kemudian, rekan kerja bilang, ada penerbit buku pesaing yang niru tagline kita. Dipasang di katalog pula, jadi keliatan banget me too-nya. Meski sudah di utak-atik jadi Buku Global Serasa Lokal. Sayangnya, tampilan catalog tersebut, cukup jauh dibawah catalog yang ditiru. Jadilah, saya teringat adagium There is Nothing New Under the Sun. Intinya, ga ada yang baru di dunia ini, termasuk juga ide atau gagasan kreatif. Kalo hari ini kita menemukan sebuah ide brilian di benak kita, jangan kaget kalo suatu hari nemuin ide yang sama muncul dari belahan bumi lain. Ide kita telah dijiplak mentah-mentah? Belum tentu, Bos. Kok bisa ya, ada dua ide yang sama dalam satu waktu? Bisa banget lah. Namanya juga manusia yang serba terbatas. Termasuk kemampuan kreasi imajinasi otak kita.

Untuk menciptakan satu karya kreatif, ide saja, tidak cukup. Perlu keterampilan untuk mengolah ide tersebut menjadi sebuah produk akhir. Satu ide, bisa jadi macem-macem tampilannya. Semua orang bisa saja punya ide yang sama. Tapi, kemampuan masing-masing orang lah yang menentukan hasil akhirnya. Di dunia periiklanan, keterampilan ini biasa disebut crafting. Berbekal pondasi ide cerdas dan finishing dengan craftmanship handal, bakal menelurkan karya iklan yang luar biasa.

Pernah ikut kuliahnya dosen yang membosankan banget sampai kita tertidur pulas di kelas ? Trus, di lain waktu, mendengar isi kuliah yang sama di bawakan dosen favorit dan kita menikmatinya? Satu ide, beda cara penyampaian, ternyata beda juga hasilnya ya.

Jadi, ide boleh sama, tapi sangat mungkin menghasilkan karya yang berbeda. Kalo harus jadi nomor dua, percantik eksekusinya, harus lebih keren dari yang kita tiru. Sudah niru, ancur pula hasil akhirnya? Mending, ke laut aja...

(Sumber Gambar: http://onyeandina.tumblr.com)