Apr 29, 2008

Service is Love


Jadi perlakukanlah pelanggan layaknya teman anda, agar iapun menganggap anda temannya. “Dengarkanlah” apa yang dia ceritakan, niscaya iapun akan bercerita hal-hal yang baik tentang anda.

Begitulah kira-kira apa yang disampaikan Hermawan Kertajaya berkaitan dengan Service. Service menjadi pembahasan tersendiri yang selalu menarik. Bayangkan saja perusahaan yang begitu established nya bisa saja hancur karena servis yang buruk, dan juga sebaliknya, perusahaan yang masih kecil bisa cepat menjadi besar dan terkenal dikarenakan servis yang baik.

Apa sebenarnya yang disebut sebagai servis? Dengan berkembangnya jaman, makna servis pun kian berubah. Seperti halnya jaman baheula, pas jaman kuda gigit besi, dan begitulah pola pikir para pebisnis, bahwa servis adalah “tambahan” pelayanan dari produk yang telah kita beli. Servis dianggap sebagai nilai plus dalam menjual sebuah produk. Pola pikir seperti inilah yang membuat para pemasar atau owner kian kali terjebak dalam “stagnansi” bisnis, di mana sepertinya apa yang ia lakukan sudah maksimal, tapi konsumen terasa tidak bertambah atau malah berkurang. Mungkin saja tidak ada yang salah dengan produknya, tetapi mereka harus melihat ke dunia luar, ke para pesaing, servis seperti apa yang mereka berikan.

Perkembangan jaman membuat servis yang kita pahami tidak lagi menjadi tambahan tapi sebuah komoditas, dikarenakan semua, baik kita ataupun kompetitor melakukan hal yang sama. Atau malah kita ketinggalan jauh dibelakang mereka. Dalam keadaan seperti sekarang, masyarakat atau konsumen yang memiliki begitu banyak pilihan selalu berpikir tentang value! Siapa yang mampu memberikan value yang sesuai dengan keinginan mereka, sesuai atau bahkan lebih dari pada ekspektasi mereka, itulah yang akan mereka pilih. Dan kondisi penawaran yang sudah sangat crowded memberi keuntungan bagi perusahaan, jika para konsumen sudah jatuh hati, maka mereka akan setia karena sudah terlalu letih untuk memilih.

Hal inilah yang harus dimanfaatkan oleh para pebisnis. Berkaitan dengan konteks servis yang kian berkembang, jangan “stuck” di pemahaman bahwa servis adalah nilai lebih, karena ke”komoditasannya” sekarang ini, maka kita harus memberikan sesuatu yang lebih dari para kompetitor berikan. Pola umum yang terjadi dalam menghadapi pesaing, adalah mengamati apa yang pesaing lakukan dengan seksama, lalu mencoba mengembangkan lebih dari mereka sehingga bisa mencuri hati konsumen. Seperti apa yang sedang terjadi di dunia industri selular sekarang ini, semua berteriak banting harga dan siapa yang lebih murah pasti menang... eits.. siapa bilang?!?! Nampaknya para konsumen sudah terlalu pusing membedakan tarif mana yang lebih murah, dan mereka tinggal menikmati saja iklan-iklan keluaran para pelaku industri yang kian kreatif dan malah jadi hiburan. “Winning in business today is not about being number one –it’s about who gets the future first!”. Jangan sampai kita meniru apa yang sudah terjadi di dunia persaingan selular tersebut, seperti kalimat barusan, janganlah kita terfokus untuk menjadi nomor satu, tapi fokuslah apa yang bisa kita ciptakan untuk masa depan. Invoasi adalah satu gebrakan tersendiri di pasar, di mana konsumen sudah pasti akan menengok dan mencoba. Dalam hal ini inovasi dalam servis adalah sesuatu yang mutlak.

Kalau anda pencinta game, pernah main serial Dinner Dash? Atau Burger Rush? Atau Jane’s Hotel? Atauuuu... Carie Playground? Inti dari game tersebut adalah satu! Memuaskan konsumen! Di game-game tersebut, konsumen digambarkan sebagai sosok yang banyak maunya, dan jika pelayanan kita lama mereka akan lama dan pergi. Kepergian mereka tentu saja mengurangi score kita secara signifikan dan bahkan menggagalkan kita masuk ke level berikutnya. Dari game tersebut sudah sangat jelas di mana posisi konsumen. Konsumen adalah posisi teratas, lebih atas dari top management atau owner sekalipun. Jadi jika anda ingin memuaskan seseorang dalam suatu lingkup bisnis, konsumen adalah orangnya! Bukan bos anda atau direksi! Coba bayangkan jika perusahaan anda tidak memiliki konsumen (tapi tetap memiliki bos) pasti akan bangkrut! Dari situlah posisi servis harus ditempatkan. Jangan jadikan servis sebuah kewajiban, tapi servis adalah ungkapan cinta perusahaan kepada konsumen. Jangan terpatok pada servis adalah customer service, service adalah tersenyum, service adalah kecepatan bekerja... semua itu salah! Hal-hal tersebut adalah mutlak! Service lebih dari kemutlakan yang harus anda berikan kepada konsumen. Service adalah sesuatu yang bisa mengungkapkan perasaan perusahaan “Saya butuh kamu!”, service adalah ungkapan cinta.

Di dalam game tersebut juga, terdapat nilai “service” yang sebenarnya. Seperti contohnya di Dinner Dash. Di level tertentu, service bagi para konsumen meningkat. Dari yang awalnya tersedia extra free drink bagi konsumen, hingga extra free cakes, di mana kita memberi mereka cuma-cuma supaya apa? Supaya “hati” mereka bertambah, dan ga cepet bt! Lalu bertambah lagi di area antrian terdapat meja di mana waitress bisa menemani mereka ngobrol selagi menunggu, dan hasilnya? “Hati” mereka bertambah terus... seperti itu lah makna servis yang sebenarnya, bagaimana kita menambah “hati” konsumen terus menerus.

Contoh kongkritnya? Salah satu klien kami adalah perusahaan nomor satu di industri. Setiap tahunnya jumlah konsumen bertambah, dan bahkan dengan kapasitas yang mereka miliki sekarang bisa dikategorikan “membludak”. Sekarang ini kami sebagai konsultannya malahan sedang merasa “tegang”, “khawatir” dan stresss!!! Kenapa kami tidak bersenang-senang dengan kesuksesan mereka? Karena kami tahu bertambahnya jumlah konsumen adalah beban yang jauh lebih berat yang harus ditanggung dibandingkan dengan “menambah konsumen”. Bayangkan saja apa yang akan terjadi jika 5% nya saja kecewa terhadap servis klien kami? 5% akan berkembang menjadi 10%, 10 menjadi 20, 20 menjadi 40, dan seterusnya... Itulah alasan mengapa di tahun ini, proporsi perbaikan servis melalui internal branding menjadi fokus utama. Salah satunya dengan melakukan brain wash terus menerus kepada para karyawan dan menyebarkan virus Cinta Konsumen. Dalam aplikasi lapangan menciptakan service yang excellence (apalagi experential!) adalah sesuatu yang sangaattttttttttt sulitttttttttt... mengapa bisa dikatakan demikian? Karena kita bekerja dengan SDM Indonesia yang memiliki mental dan pola pikir yang sangat identik : nrimo, cepat puas, dan memiliki pemahaman ambisius adalah sombong. Karena PR yang harus dikerjakan oleh kita semua tidak hanya membangun rasa cinta mereka terhadap konsumen, tapi yang paling utama adalah merubah pola pikir mereka.

Kunci nya tetap satu, yaitu komitmen yang kuat dari pemimpin perusahaan dan para owner, untuk menetapkan bahwa perusahaan mereka adalah perusahaan yang cinta konsumen dan karena itu servis adalah segala-galanya. Semakin personalized servis anda kepada tiap konsumen, semakin tersentuh hati mereka. Jadi jangan lagi memilah-milah yang mana servis yang mana yang bukan, karena semua hal yang berkaitan dengan “menambah hati konsumen” adalah servis. Termasuk juga menenangkan anak kecil yang nangis kehilangan orang tuanya di toko anda. Share the love to the customer...

Kerennya ABG jaman sekarang...


Karakteristik kelompok ABG memang sangat menarik untuk diperhatikin, bukan hanya keinginan mereka yang beragam, tapi juga karena kelompok ini tergolong “baru” terbentuk dan memiliki pengaruh yang sangat besar sekali terhadap konsumsi merek secara keseluruhan.

Mengapa dikategorikan baru? Istilah dan kelompok ABG itu sendiri terbentuk sejak arus informasi terasa lebih terbuka luas, dibandingkan era sebelumnya. Di mana online seperti membuka mata di pagi hari dan mencari arti kata yang dulu dilakukan di kamus menjadi tinggal beberapa detik saja. ABG menjadi kelompok yang sangat sulit dipahami sekaligus yang sangat dicari oleh pemasar.

Mengapa sangat besar pengaruhnya terhadap konsumsi merek? Mereka terletak pada peralihan antara anak kecil dan remaja, di mana posisi mereka sebagai anak-anak sangat didengarkan oleh orang tua mereka, di mana konsumsi merk rumah tangga ditentukan oleh anak-anak (dan iklan yang mereka lihat di TV). Di sisi lain, mereka sudah mulai memiliki pengaruh yang besar dalam mempengaruhi tidak hanya orang tua mereka, tetapi teman sebaya mereka dan bayangkan berapa keluarga yang terpengaruh berikutnya?!!

Kemarin sewaktu saya berjalan-jalan di supermarket (seperti biasa saya senang memperhatikan gelagat konsumen terhadap merk), banyak keluarga yang sedang berbelanja, dan tidak sedikit dari yang saya lihat, yang memasukkan barang ke keranjang adalah anak mereka dengan usia ABG, dari menentukan sereal pagi yang mereka makan untuk diri mereka sendiri “Nga.. saya nyarinya Simba Poppies bukan yang itu!” atau sampai kecap untuk ibunya “Mahh.. sedap aja mahh.. sedaaapppp!” Coba saja kalau anda iseng ke supermarket perhatikan gejala tersebut.

Siapa sebenarnya para ABG ini dan seperti apa karakter mereka? Selama bertahun-tahun belakangan ini, sepertinya kelompok ABG tidak asing lagi bagi kami, karena salah satu klien kami yang memegang awareness nomor satu di produk retail fashion ABG, membuat kami mempelajari karakteristik mereka dengan tidak main-main. Hanya saja selama kami sering melakukan interaksi yang sangat dekat dengan mereka, perubahan cukup signifikan pun terjadi. Dulu para usia ABG ini memiliki pola pikir yang sederhana, tidak sekompleks sekarang, dan tentu saja arus informasi yang sangat deras itu membuat mereka semakin “pintar”. Saya sempat kaget beberapa hari yang lalu sewaktu membuat janji dengan salah seorang ABG untuk diinterview mengisi rubrik bulanan klien kami, dan saya menjelaskan prosedur pengisian rubrik tersebut, yaitu salah satunya mereka akan kami interview untuk menjawab beberapa pertanyaan. Dengan santainya ABG tersebut menjawab “Wah... pertanyaan apa dulu nih, bisa kasih petunjuk ga? Kalau susah-susah saya ga mau ah!” walahhh.. kontan saya agak kaget mendengarnya.. buset ABG jaman sekarang, keren amat jawabnya kayak artis kondang! Haha lucu juga yah... tapi hal tersebut membuat saya sadar, bahwa ABG jaman sekarang memang jauh lebih kritis.

Berkaitan pula dengan pengetahuan mereka terhadap merk. Mereka sudah sangat aware dengan yang namanya promosi, mereka dengan sigap (tidak usah diminta orang tua) sudah bisa memilah-milah mana yang benar dan mana yang buruk. Merk mana yang terpercaya dan patut mereka konsumsi dan merk mana yang beriklan bohong-bohongan belaka. Itulah sebabnya juga pelaku selular di kalangan ABG cukup kewalahan melakukan berbagai kampanye iklan, lantaran konsumennya tidak bergerak kemana-mana.

Bicara mengenai hirarki sosial, ABG terbagi menjadi beberapa golongan :

Trendsetter
Sudah sering dengar istilah ini kan pastinya. Yup! Trendsetter adalah mereka yang cenderung memiliki kemamuan keras, tidak mengikuti tren dan ingin menjadi lebih berbeda dari orang lain. Mereka adalah orang-orang yang berhati keras, cuek dan sedikit atau bahkan nakal sekali. Mereka memiliki nyali yang tinggi untuk keluar dari kemajemukan teman-teman sebaya mereka. Trendsetter inilah yang dicari media dan siap untuk mengatakan pada dunia siapa mereka dan apa yang mereka sukai atau tidak sukai. Tapi trendsetter memiliki kecenderungan tidak berkelompok atau terkesan terpisah dari kelompok kebanyakan. Mereka memilih bersikap individualis didukung karakteristik mereka yang keras.

Pembujuk
Pembujuk adalah kelompok yang mengambil keuntungan dari trendsetter. Para pembujuk ini mengikuti apa yang menarik dari para trendsetter dan menularkannya kepada banyak orang. Sebenarnya siapa yang biasa kita anggap sebagai trendsetter di masyarakat adalah sebenarnya para pembujuk ini. Seperti contohnya adalah para selebriti atau kelompok gaul di satu sekolah, mereka adalah para pembujuk. Para pembujuk bersifat jauh lebih sosial dibanding trendsetter, sehingga mereka banyak ditiru oleh orang-orang. Tapi Pembujuk tidak pernah menjadi orang yang melakukan pertama kali, karena mereka tidak memiliki nyali untuk mencoba hal yang baru.

Follower
Adanya pembujuk, tentu saja didukung dengan banyaknya follower. Jika anda sering menonton serial atau film ABG, pasti di sekelompok gank remaja putri ada yang perannya menjadi follower, dan pasti jumlah nya lebih banyak dari Pembujuk. Follower ini adalah yang jumlah nya paling banyak di antara kelompok hirarki sosial lainnya. Follower ini adalah orang kebanyakan yang ada di mana-mana. Terutama di mal! Follower ini adalah orang-orang yang memakai rompi warna warni dan short pendek (walaupun kaki mereka pendek), karena para pembujuk melakukannya. Follower tidak pernah mencoba hal yang baru, mereka sangat mencintai tren dan senang menjadi identik dengan yang lainnya.

Refleksif
Orang-orang di kategori ini adalah yang sering diejek “freak” di sekolah. Mereka mati-matian ingin bergabung dengan kelompok, tapi ternyata tidak. Mereka jarang mengikuti tren fashion dan jarang keluar rumah. Seperti Follower mereka tidak pernah melakukan gebrakan baru, dan sibuk mencari penerimaan sosial.

Dari penjabaran hirarki sosial yang ada di kelompok ABG tersebut, anda bisa memilah-milah di mana produk anda tepat untuk ditempatkan. Ada banyak produk yang diciptakan bagi para trendsetter, ada bagi Pembujuk, Follower dan Refleksif. Jangan sampai anda salah menempatkan produk, dan anda juga perlu sangat berhati-hati dalam menyampaikan bentuk komunikasinya, karena bahasa antar kelompok tersebut berbeda. Jangan berbicara sesuatu yang inovatif kepada para follower, tapi berbicaralah sesuatu yang trendi kepada mereka. Jangan beriklan tentang produk yang dipakai di mana-mana kepada para trendsetter, karena mereka tidak akan mau memakainya karena so not original!

Sama seperti yang kami lakukan terhadap brand ABG yang selama ini kami tangani, kami selalu fokus pada kelompok Pembujuk untuk memasarkan produk baru, dan kelompok Follower pada regular items. Seru kan mempelajari para ABG jaman sekarang ini? Selain seru pastinya juga membuka peluang pasar yang sangat besar. Dengan karakteristik mereka yang memiliki lebih banyak kekuatan personal, lebih banyak uang dan lebih banyak perhatian tercurah pada mereka dibanding generasi manapun sebelumnya, mempengaruhi pembelanjaan uang sampai 600 milyar dolar per tahun dan mempengaruhi 60% dari semua keputusan pemilihan merek oleh orangtua mereka. Bukan hal yang mengejutkan jika mereka diterpa sekitar 4.000 iklan per tahun. Angka yang membuat para pebisnis semakin bersemangat untuk menggarap mereka. Bagaimana dengan anda?

Strategi Meningkatkan Profit


Surat Pembaca

Dear creasion brand,
senangnya melihat artikel artikel yang begitu mencerahkan dari creasion brand. pengen nanya nih, gimana sih caranya meningkatkan profit tanpa embel2 diskon dan sebagainya? actually aku sedang bikin artikel tentang hal itu dan perlu sedikit pencerahan dan pemahaman lagi.

Halo

Pertanyaan yang menarik sekali mbak, memang kadang dan seringkali malah brand manager, marketing manager atau siapapun yang sering bertanggung jawab terhadap masalah profit perusahaan ini memikirkan jalan tersingkat untuk menaikan profit adalah diskon. Padahal harus dikaji lagi bahwa kenaikan penjualan dengan adanya diskon mungkin akan menaikan revenue tapi belum tentu menaikan profit perusahaan karena tergantung dari economic of scalenya dan beberapa faktor lainnya. Makanya harusnya di dalam diskon terkandung unsur promosi untuk meningkatkan market share dari sebuah produk bukan semata-mata ditujukan untuk meningkatkan profit perusahaan.

Lantas strategi meningkatkan profit tanpa embel2 diskon ini bagimana? Ok secara singkat ada beberapa skenario yang dapat digunakan untuk meningkatkan profit perusahaan :

Cost Reduction
Ini scenario yang cukup banyak digunakan oleh perusahaan dalam meningkatkan profitnya, cost reduction ini bisa meiliputi macam-macam tentunya baik itu yang berhubungan dengan proses produksi produk tersebut, distribusinya, tenaga kerjanya dan sebagainya. Dalam beberapa kasus yang sering kita lihat, cost reduction ini kadang bisa menimbulkan konflik di dalam perusahaan, apalagi bila yang menjadi target adalah pekerja di perusahaan sehingga diperlukan sebuah skema khusus dalam penerapannya agar tidak menimbulkan onflik internal tadi.

Price Increase
Nah sebenernya ini pilihan yang paling enak he...he tapi paling beresiko karena berhubungan langsung dengan konsumen perusahaan. Apalagi jika produk yang dijual memilki segmen market yang sangat sensitif terhadap harga, bisa bisa brabe nih dan ditinggal konsumennya. Penaikan harga ini memerlukan suatu perencanaan strategi yang sangat matang meliputi riset konsumen dan reaksinya terhadap kenaikan harga, penetapan scenario kenaikan harga dan uji lapangan, evaluasi dan kemudian persiapan eksekusi kenaikan harga.

Membuka pasar baru
Hal ini bisa dilakukan jika memang penetrasi marketnya sudah demikian tinggi sehingga produk mengalami kesulitan dalam meningkatkan profit perusahaan dan pada saat yang bersamaan produk yang dijual juga sudah maksimum menjangkau market sharenya. Dengan kondisi yang demikian, marketing manager mencoba membuka ceruk pasar baru untuk menjual produknya. Nah ini bisa dilakukan misalnya dengan melakukan segmentasi secara geographis, misalnya jika dulu pasarnya hanya di daerah jawa sekarang mulai dipikirkan untuk membuka pasar di Irian Jaya.

Memperbanyak frekwensi pemakaian
Nah pernah liat iklan yang bilang “sebaiknya di konsumsi 3 kali sehari”, dahulu pertama kali keluar produk ini tidak mengatakan demikian, namun mungkin dengan pertimbangan untuk meningkatkan sales dan profit perusahaan mereka mencoba melakukan behavior construction dengan membuat kebiasaan baru mengkonsumsi tiga kali sehari atau dengan kata lain memperbanyak frekwensi pemakaian.

Menciptakan manfaat pemakaian lain
Misalnya nih odol selain berfungsi sebagai pasta gigi juga dikomunikasikan sebagai obat luka bakar, nah ini khan membuat pembelian odol meningkat karena manfaat penggunaan lain, tapi hati hati juga sih karena bisa berbahaya buat image si brand itu sendiri.

Mengeluarkan Varian dan Kemasan yang lebih Ekonomis
Sampo nih misalnya, dengan mengeluarkan varian dan kemasan yang lebih ekonomis, segmen market yang grab akan semakin besar tentunya dan ini juga berujung pada peningkatan profit.

Nah kira-kira penjelasan singkat diatas bisa bermanfaat untuk meningkatkan profit perusahaan, tentu setiap strategi yang dipilih memerlukan perencanaan lebih lanjut apakah nanti bila diterapkan di pasar akan berhasil atau tidak dan setiap strategi yang dipilih juga harus didasarkan pada data dan fakta lapangan.

Apr 9, 2008

Data...Apa Pentingnya?


Sejauh mana menurut pandangan Anda pentingnya sebuah data? Bagi banyak orang, data hanyalah angin lalu yang mungkin hanya merepotkan untuk mendapatkan dan mengelolahnya. Tapi jauh di atas fungsi tersebut, data adalah modal mutlak keberhasilan strategi sebuah bisnis.

Dan hebatnya ternyata banyak sekali perusahaan yang berjalan tanpa data, baik yang bersifat “past“, “present” atau “future”. Jadi hampir bisa dikatakan perusahaan selama ini berjalan BUTA!! Ya.. setidaknya begitulah yang kami temukan dari beberapa klien yang kami tangani, baik dalam skala lokal maupun nasional. Bagi beberapa (atau banyak) perusahaan data menjadi sesuatu yang asing dan tidak menjadi prioritas (bahkan tak terpikirkan sama sekali). Ada pula yang hampir seluruh periode kerjasama, yang kami lakukan adalah meyakinkan bahwa data itu penting dan terus menerus merributkan hal ini (dan kami belum berhasil!)

Dengan data, Anda bisa menaklukan pasar apapun yang Anda masuki, Anda bisa mengalahkan siapapun pesaing Anda, setidaknya itulah yang kami yakinin, yah tentu dengan asumsi bahwa produk dan strategi Anda tepat di pasar tersebut. Sampai-sampai kalo tidak salah dahulu Unilever dan P&G harus perperang sampai dipengadilan gara-gara hal ini.

Menurut salah satu pasar pemakaran, data adalah bentukan paling sederhana dari informasi Dan dari informasi ini lah yang menjadi point penting dalam menentukan dan menjalankan strategi bisnis. Data bisa didapatkan dari mana saja, dan terkait dengan bisnis yang kita jalani, terutama adalah mengenai perusahaan itu sendiri, pesaing, pasar dan konsumen. Atau lingkup yang sering kita bahas adalah berkisar pada 4C (costumer, competitor, company dan change). 4 lingkup yang mutlak ini harus dimiliki sebuah perusahaan, selayaknya didukung dengan sistem yang kompeten dalam mengumpulkan data akurat, baik yang mengukur masa lalu, sekarang dan masa depan. Hal ini tentu saja untuk mengetahui seberapa jauh perusahaan/produk telah berjalan, bagaimana kondisi perusahaan/produk dibandingkan dengan pesaing, bagaimana produk di mata konsumen dan peluang apa yang bisa digarap produk di masa yang akan datang. Seluruh informasi tersebut adalah sebuah tambang emas bagi perusahaan.

Jai sekali lagi, berkerjalah berdasarkan data karena dari sinilah semua inpormasi akan muncul yang kemudian menjadi fakta-fakta bisnis yang bisa anda manfaatkan untuk mengatur langkah strategis perusahaan ke depannya dan dari sinilah pula anda akan mempu menghadapi perubahan dan memprediksi masa depan bisnis perusahaan. Hal ini sepertinya terlihat sulit, padahal jika dilakukan sebagai rutinitas "strategis", proses pencarian dan pengolahan data ini tidak terlalu sulit untuk dilakukan, Anda hanya perlu tahu bagaimana cara memulainya, ketika sudah berjalan semua akan menjadi lebih mudah untuk dilakukan tentunya.

Misalnya dengan skala kecil mengukur kepuasan konsumen melalui kuisioner; atau mengukur loyalitas pegawai; atau yang paling sederhana adalah merapihkan laporan keuangan anda dan mulai membuat chart dari bulan ke bulan sejauh mana penjualan anda berkembang? Atau malah menurun? Nah jika anda menjalankan ini sebagai rutinitas strategis, Anda akan menemukan bahwa hal-hal tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan membantu Anda menyelesaikan dan menyusun rencana berikutnya untuk terus mempertahankan atau melakukan perbaikan terhadap proses-prose tersebut di atas, dan jangan Anda kita pesaing Anda melakukan hal ini karena hal ini sangat sederhana dan kadang dilupakan. Mereka mungkin lebih sibuk melihat rating iklan dan harus beriklan di mana, membaca data-data nasional dari lembaga riset dan sibuk dengan urusan-urusan yang "besar-besar" he....he, yah tentu ini juga sangat perlu sekali tapi mengapa tidak memulai dari urusan yang sederha tapi impacfull?

kemudian dari sana diharapkan langkah-langkah kecil tersebut bisa menjadi jalan untuk sistem informasi yang lebih luas dan bermanfaat bagi perkembangan bisnis anda. Maka dari sekarang... jangan lengah terhadap informasi, karena informasi adalah kuncinya...

Building Corporate Brand


Dalam membangun sebuah brand, banyak faktor yang harus diperhatikan, dan tentu saja tidak mudah melainkan membutuhkan proses yang melibatkan berbagai elemen termasuk di dalamnya faktor waktu. Membangun brand sama halnya seperti mendidik seorang anak, Brand sebagai orang tua, dan masyarakat sebagai anaknya. Sebagai orang tua, Brand harus sabar dan menanamkan nilai-nilai yang dianggapnya penting bagi anak-anak mereka. Dan tentu saja, bertumbuhnya pola pikir anak akan sangat dipengaruhi oleh hal-hal yang ditanamkan oleh orang tua (timbulnya persepsi).

Membangun Brand dipengaruhi juga faktor seberapa luasnya posisi sebuah Brand. Menurut beberapa pakar, brand dapat dikategorikan menjadi 3 hal : Product Brand, Service Brand dan Corporate Brand. Product Brand adalah yang selama ini paling sering kita ketahui dan kita lihat iklannya, mis. Pepsodent, Sunsilk, Lux, dll. Sedangkan Corporate Brand dari Product-Product Brand tersebut adalah Unilever. Ada pula yang disebut dengan Service Brand, yang produknya berupa jasa, seperti Singapore Airlines, FedEx, dll.

Product Brand dan Service Brand seperti nya sudah sangat akrab dengan keseharian, dikarenakan banyaknya kasus yang sering dikupas. Dalam pembahasan berikut akan lebih digali mengenai hal-hal yang dapat menjadi supporting elements yang juga menjadi syarat utama pembangunan Corporate Brand. Adapun andil supporting elements tersebut adalah membangun suatu positioning yang sangat kuat berkaitan dengan Corporate Brand.




Ke-5 supporting elements tersebut adalah :

Corporate Soul&Vision
Seperti kita tahu, Visi sebuah perusahaan adalah inti dari semua pengembangan yang dilakukan. Visi sebagai jiwa (soul) yang menggerakkan seluruh perusahaan. Visi perusahaan ini harus terdeliver dengan baik dan terkandung dalam positioning yang terpersepsi di benak masyarakat

Infrastructure
Kredibilitas suatu perusahaan sangat ditentukan oleh kesempurnaan infrastruktur yang dimiliki. Kesempurnaan infrstruktur membangun persepsi tersendiri bagi masyarakat, dan kepercayaan diri konsumen, bahwa mereke memilih corporate yang tepat dan terpercaya.

Service
Konsumen tidak pernah lepas dari keinginannya untuk dilayani sebaik mungkin. Kenyamanan konsumen dan persepsi kenyamanan dalam masyarakat diwujudkan melalui tingkat service yang diberikan. Apakah sebatas service biasa atau mencapai experential service, yang dapat membuat konsumen berkesan, memasukkan brand dalam hidup mereka, dan yang terpenting adalah menjadikan nya WOM ke kelompok masyarakat lainnya. Seunggul apapun produk anda, untuk membuat nya lebih bernilai dan unggul dari kompetitor adalah faktor service yang dipersembahkan untuk konsumen dengan tingkat customazation yang tinggi.

Product Quality
Kualitas produk adalah cerminan kredibilitas corporate. Ke depannya tren sebuah produk adalah solution. Produk yang akan dicari adalah produk dengan tingkat fungsional dan kualitas yang menjadi solusi bagi mereka.

CSR
Corporate Social Responsibility atau yang biasa kita kenal dengan CSR awalnya hanya menjadi sarana untuk kegiatan sosial bagi sebuah perusahaan. Tapi dikarenakan CSR sudah menjadi suatu tren, maka kredibilitas suatu corporate juga dinilai dari segi tanggung jawabnya terhadap masyarakat secara luas.

Contoh kasus yang masih hangat untuk dibahas adalah perayaan 13 tahun Telkomsel. Simbol kupu-kupu di tahun ke-13 ini menjadi sangat senada dengan pertumbuhan corporate Telkomsel di tengah masyarakat, di mana tahap metamorfosa yang dialami Telkomsel sudah pada tahap kedewasaan dan siap untuk menebarkan keindahannya. Corporate review yang ditayangkan di stasiun-stasiun TV menjadi salah satu media komunikasi pertumbuhan Brand Telkomsel, dan dapat anda nilai, di dalamnya terdapat ke-5 elemen tersebut, di mulai dengan Corporate Soul&Vision Telkomsel yang bertujuan membantu Pemerintah Indonesia dalam mengembangkan bidang telekomunikasi di Indonesia.

Dilanjutkan dengan penjelasan peluasan distribusi pemancar utama di berbagai pelosok negeri sebagai simbol kredibiltas perusahaan melalui jaringan infrastruktur yang sempurna. Dari segi service dan produk, dari setiap brand produk yang dimiliki (Simpati, Halo, As, dll) mengeluarkan tarif baru untuk mendukung pemerintah dalam menurunkan tarif komunikasi di Indonesia.

Dan tentu saja yang terakhir adalah berbagai program CSR disebar di seluruh kelompok masyarakat, dari mulai beasiswa di bidang pendidikan, pembiayaan wirausaha hingga peran sertanya dalam pelestarian lingkungan. Telkomsel menjadi satu contoh Corporate Brand yang telah tumbuh dan memiliki positioning yang positif dan kuat di benak masyarakat.