Mar 31, 2008

Film Nasional, Buble atau Sustainable


Jika kita mau sedikit mengamati perkembangan perfilman Indonesia saat ini tentu kita harus angkat topi dan memberikan kredit plustersendiri. Bagaimana tidak, hampir setiap beberapa bulan bahkan bulan film-film karya anak negeri ini menjadi raja di rumahnya sendiri, jutaan penonton dan selalu penuhnya kursi-kursi di bioskop-bioskop seantero negeri memberikan gambaran yang sangat jelas bahwa film nasional sudah menjadi raja di negeri sendiri. Terkahir yang paling fenomenal tentunya Ayat- Ayat Cinta yang sampai saat ini kabarnya sudah mencetak 3 juta penonton lebih di Bioskop-bioskop se Indonesia, ini baru angka pengunjung resmi, yang menonton bajakannya saya yakin bisa lebih banyak lagi. Says sendiri sampai dua minggu lebih sedikit malas untuk mencoba menonton film ini karena selalu harus mengantri dengan antrian yang selalu seperti ular ngantri beras, panjannnng sekali antriannya.

Jujur saja ide menulis artikel ini karena kemarin saya kaget luar biasa, seperti biasa setiap hari sabtu saya memberikan diri saya kesempatan untuk menikmati film-film bioskop, yah sekedar mengistirahatkan pikiran yang sudah 5 hari njelimet dengan pekerjaan dan pekerjaan. Seperti biasa juga sebelum pergi menonton ke bioskop favorit, saya menyempatkan diri untuk membuka internet dan website bioskop tersebut untuk mengecek kira-kira film apa yang akan saya tonton dan saat itu saya benabenar kaget, dari tujuh studio yang ada, enam studio menampilkan film karya anak bangsa, oh my God, mungkin ini Cuma reakasi saya saja yang berlebihan dan ketidaktahuan saya mungkin, namun ini baru pertama kalinya di bioskop kesayangan saya tersebut yang memiliki tujuh studio tersebut menayangkan enam film nasional secara bersamaan dan hanya satu film asing, dan ternyara ini tidak jauh dengan studion-studio lainnya di lokasi yang berbeda. Singkat cerita saya tidak jadi nonton ha....ha bukan tidak cinta dengan produk dan karya anak negeri tapi masalahnya saya memang kurang berselerah menonton film-film tersebut, yah katakanlah bukan segmen saya deh beres.

Mengapa film karya anak negeri saat ini sangat di gandrungi? Dalam perspectif marketing saya melihat ada beberapa alasan yang membuat film-film tersebut kemudian bisa merajai industri perfilman Indonesia. Pertama, kemampuan dalam membaca market insight dan menyesuaikan produk perfliman dengan segmen marketnya. Seperti halnya sinetron yang mengerti sekali bagaimana marketnya, film-film nasional saat ini cukup mempu membaca needs and want masyarakat Indonesia saat ini dan menterjemahkannya lewat film-film yang mereka sukai. Maka munculnya film-film dengan tema-tema komedi dan cinta yang dikemas dengan pendekatan sehari-hari yang ceritanya ringan dan mudah dimengerti, menampilakn artis-artis yang memang mewakili segmen market yang tepat dan dikomunikasikan dengan pendekatan yang sesuai dengan segmen market tersebut.

Segmen market pada dasarnya merupakan hal yang sangat basic yang harus bisa dimengerti oleh pebisnis pada saat ingin menjual produknya, apapun itu bisnisnya. Bayangkan saja jika kita mengetahui kepada siapa produk yang kita miliki untuk di jual, ha...ha kalo bukan karena beruntung, saya jamin produk tersebut tidak akan laku dipasaran, bukan karena tidak ada yang membutuhkannya tapi disebabkan di yang empunya produk tidak mengetahui untuk siapa produk tersebut dijual sehingga bisa jadi produk tersebut disampai atau tidak terdengar di telinga segmen yang memerlukannya. Begitupun juga film nasioanal saat ini, mereka pintar membaca segmen market yang ada, selain cukup besar untuk digarap, behavior dari segmen market yang ada juga secara cermat mampu diterjemahkan ke dalam produk film yang tepat sehingga segemen tersebut merasa bahwa iniah produk yang sesuai dengan gaya dan kehidupan gua and that’s why i nedd to see this movie.

Kedua the produk it self, sudah dibahas cukup singkat di atas bahwa pada akhirnya produk yang bagus pasti dicari orang apalagi produk tersebut sesuai dengan kebutuhan dan harapan dari si pencari dan dikomunikasi dengan tepat. Film nasioanl saat ini merupakan contoh produk yang bagus dan menyasar serta di komunikasi dengan bagus pula. Tema-tema film yang diangkat sedikit banyak memiliki differensiasi yang cukup unik yang tidak bisa didapatkan oleh film-film keluaran asing. Quikie Xpress, Jelangkang, Kuntilanak, Ayat-Ayat Cinta, Arisan jelas sekali mengangkat unsur budaya atau kehidupan orang Indonesia pada umumnya dan ini tentu hal cukup sulit didapatkan dari film-film keluaran luar negeri.

Apa jadinya jika produknya tidak diminati namun si pembuat film tetap ingin karyanya di pasarkan dengan alasan idealismen? Dua kemungkina saja, buang-buang duit atau berharaplah pertolongan Tuhan. Saya tidak bilang tidak akan ada yang menonton tentunya, pasti ada saja segmen market penikmat idealismen, namun di sini kita juga sedang melakukan penjualan dan salah satu syarat dalam melakukan penjualan adalah pasarnya cukup besar untuk digarap sehingga produk yang kita keluarkan tidak merugi tentunya. Yah sebenarnya repot jika memperdebatkan masalah idealisme ini Cuma mari kita sederhanakan sajahlah, tetapkan saja dulu tujuannya, memenuhi kubutuhan pasar dan meningalkan idealisme atau penuhi idealisme dengan mengorbankan kebutuhan pasar? Bagus kalo bisa dua-duanya Cuma khan jarang-jarang neh yang beginian.

Ketiga komunikasi. Setuju atau tidak setuju dan benar atau tidak benar, tiga juta lebih penoton film Ayat-Ayat Cinta menonton film tersebut mungkin karena “omongan”. Publikasi dan promosi yang dilakukan baik itu lewat-media-media eletronik, cetak, event-event dan word of mouth baik disengaja atau tidak memberikan peran yang sangat besar terhadap lakuknya dan meladaknya film tersebut. Rasanya mustahil tanpa komunikasi film ini dapat menjadi demikian, saya pikir kekuatan komunikasilah yang meledakannya selain tentunya produknya itu sendiri. Jika diperhatikan bentuk-bentuk komunikasi yang dilakukan pihak produser film akhir-akhir ini cukup kreatif dan inovatif sehingga film-film yang tadinya biasa menjadi sangat luar biasa. Yang paling berhasil tentunya word of mouth yang diciptakan dalam promosi film-film yang ditanyangkan, mulai dari aktris atau aktor yang kesurupan dan melihat mahluk halus, kursi bisokop tertentu yang harus dikosongkan, perjuangan produsernya untuk film tersebut bisa tanyang dan sebagainya yang di susun sedemikian rupa sehingga menjadi konsumsi masyarakat. Belum lagi dukungan pihak pertelevisian lewat acara-acara infotaiment atupun liputan khusus terhadap film tersebut.

Ok ketiga hal diatas mungkin secara umum saja mewakili rahasian sukses perfilman Indonesia saat ini, tentu banyak lagi variabel pendukung suksesnya film-film nasional saat ini, yang justru menarik untuk dibahas kemudian adalah pertanyaan yang sangat penting bagi kita seorang marketer, apakah kisah sukses perfilman saat ini akan continue atau hanya sukses sesaat?

Sebagai seorang pemasar, pertanyaan buble atau sustainable ini merupakan pertanyaan yang paling sulit untuk dijawab, selain karena memang belum terjadi, dinamika dan perkembangan pasar dan pesaing selain kondisi perusahaan sendiri tentunya menjadi PR yang harus terus menerus dikerjakan untuk memastikan pertumbuhan perusahaan yang kontinue. Kembali lagi ke perfilman nasional, saya sendiri terus terang kurang bisa memprediksi bagaimana masa depannya karena tidak berkecimpung di dalam industri ini namun menurut saya diperlukan sebuah terobosan kreatif dan inovatif secara terus menurus untuk terus menggali ide-ide film maupun teknis perfilman yang disuguhkan ke masyarakat.

Budaya ikut-ikutan seperti menjamurnya film-film bertemahkan mahluk halus menurut saya malah akan merusak perfilman Indonesia itu sendiri, mencari kesempatan lewat tema-tema film yang sebelumnya laku keras sering kali dilakoni oleh insan perfilman Indonesia, jika sudah begini tentu differensiasi produknya tidak akan unik lagi sehingga dengan demikian akan membuat pasar menjadi jemuh dan beralih mencara alternatif lain, yah syukur0syukur beralih ke film Indonesia lainnya jika beralihnya ke film-film produksi negara lain khan tentu sangat disayangkan. Seperti halnya sinetron bertemah religi yang dua tahunan kemarin meledak ndak karu karuan, sekarang sudah berkurang signifikan penayangannya. Mungkin faktor-faktor differensasi dan positioning yang uniklah yang membuat Ayat-Ayat Cinta menjadi demikian hebatnya sampai lebih dari tiga juta orang yang menontonnya, film yang cukup berani mengangkat tema yang sedikit berbeda dari trand film saat ini yang lebih banyak di isi oleh film cinta komedi dan mahluk halus, terlepas dari kontroversinya tetap saja kita harus ancungkan dua jempol untuk film ini. Inilah contoh tepat untuk produk yang tepat, dijual ke segmen yang tepat. Memiliki positionig dan differensiasi yang tepat dan dikomunikasi secara tepat pulah, hasilnya? Yah anda sendiri bisa menilai dan membacanya di koran-koran, sampai-sampai presiden dan wakil presiden merasa perlu untuk menonton film tersebut, gile bener.

Bicara apa di atas barusan? Dalam perspective perusahaan diperlukan creative destrution untuk membreak situasi yang comport yang terjadi di dalam sebuah perusahaan sehingga komponen-komponen di dalam perusahaan akan di drive untuk selalu kreatif dan inovatif dalam segala hal dan tidak cepat puas untuk selalu memcoba lebih baik lagi dalam menciptakan dan melayani kebutuhan pasar. Rasa puas merupakan musuh yang sangat berbahaya di dalam sebuah perusahaan karena rasa puas akan membuat proses kreatif dan inovatif akan terlupakan dan tidak menjadi urgensi tersendiri, dalam jangka pendek mungkin tidak akan bengaruh yang berarti bagi perusahaan, namun percayalah, menurut saya semua perusahaan yang gagal di arena perang bisnis pada mulanya pasti berawal dari kurangnya proses kreatif dan inovatif yang dilakukannya dalam semua hal diperusahaan tersebut.

Tugas siapa ini? Jika bicara film tentunya ini menjadi tugas isan-isan film baik itu sutradara, badan perfilman, atris dan aktornya dan semua yang terlibt untuk melakukan creative destruction terhadap film-film yang ditanyangkan maupun teknik-teknik dan cara-cara penayangannya. Jika di dalam perusahaan, yah jika tidak semua orang, bentuklah agen pelaku creative destrution ini yang pekerjaannya terus menerus melakukan proses kreatif dan inovatif bagi perusahaan, terlepas hasil yang dibuat belum terpakai oleh perusahaan namun biarkanlah team ini terus-menerus berkerja karena bisa jadi lewat team inilah masa depan perusahaan anda mungkin kelak ditentukan. Nah sudahkah anda menonton Ayat-Ayat Cinta? Ha.....ha kok ga nyambung yah.

Launching New Product


Surat Pembaca

Saya ingin sharing dengan Bapak bagaimana cara Launching New Product yang menarik , hemat , dan efektif ? kalau tidak merepotkan mohon saran dan input dari Bapak, terima kasih...

(Creasionbrand) Nah pertanyaan ini menarik sekali karena sebelum mengadakan event apapun apalagi untuk sebuah produk yang baru kita tentu sama sekali tidak mengetahui apakah launching yang akan kita lakukan akan menarik target market kita untuk melihat dan bertindak untuk mencoba produk tersebut. Ok, sebelumnya kita harus menetapkan dahulu, launching yang sedang kita bahas adalah launching yang menggunakan media activation atau event, karena jika bicara launching tentu medianya sangat beragam dan masing-masing media memiliki strenght dan weeknessnya masing-masing tentunya.

Secara umum bagaimana membuat sebuah launching yang manarik adalah dengan cara mengerti dengan benar Tujuan dan market insight. Tujuan dari event harus tercantum, tertulis dan dimengerti dengan benar oleh semua pihak yang terkait baik itu penyelengara event maupun yang punya merek, dari awal mas harus tegaskan ke bos anda tujuan event ini apa dan apa konsekuensinya. misalnya tujuan event adalah memperkenalkan produk baru, maka ukurannya adalah berapa banyak orang yang akan mengenal produk tersebut, bukan berapa banyak sales yang terjadi, ini repot nih, si bos menurut pengalaman saya sering kali mencampur adukan tujuan event yang dilakukan padahal sudah jelas-jelas hal yang paling penting adalah memperkenal produk tersebut terlebih dahulu bukan mempush penjualan dalam jangka pendek. Atau bisa saja kedua tujuan tersebut ingin dicapai.

Market insight ini kurang lebih berhubungan dengan 3c, customer, competitor dan change. Sedikit kita bahas, untuk customer hal yang paling sederhana untuk kita ketahui adalah profile mereka yang bisa kita bagi dari sisi Geographis, demography dan psikography, atau lebih sederhananya kita harus mengetahui apa yang menjadi needs. wants dan expectation mereka tentang sebuah event produk launching dan yang terpenting tentu produknya itu sendiri. Kebanyakan event yang gagal saya perhatikan tidak bisa membaca insight dari target market mereka sehingga event mereka menjadi gagal, mereka terlalu berfokus pada kreatif eventnnya padahal pertanyaan paling mendasarnya mereka lupakan, siapa target marketnya.Jika kita mengerti insight dari target market event perusahaan maka sudah tentu segala bentuk acara, promosi, detail dan hal lainnya akan disesuaikan dengan keinginan dan ekpektasi dari target mereka, bukan asumsi pribadi si event organizer. Kedua, competitor, sederhana saja, anda harus tahu dengan pasti event-event apa dan bentuknya seperti apa yang sudah dilakukan oleh competitor anda, apa kelebihan eventnya, apa nilai-nilai yang disampaikan produknya lewat event tersebut, ramaikah dan hal-hal lainnya. Ini sangat penting untuk memastikan anda tidak membuat event yang kelak sama dengan event pesaing karena persepsi yang akan terbentuk bagi produk anda jelas tidak akan menguntungkan. Change, mencakup cukup banyak hal di dalamnya seperti budaya dan culture masyarakat setempat, hukum dan politik di daerah tempat target market dan event kita berada, tapi intinya hal ini jangan lolos dari perhatian Anda, sebagai contoh misalanya Playboy mau mengadakan launching di Aceh, wah bisa bahaya ini, mungkin saja ada target marketnya di sana namun dari sisi budaya dan culture khan ga pas, bisa bisa di garuk sama masyarakat tuh majalah he.........he.

Setelah 3c data, fakta dan insgiht di dapat barulah unsur kreatifitas bicara, event seperti apa yang ingin kita buat? ini tergantung dengan tim yang anda miliki apakah punya pemikiran-pemikiran yang out of the box untuk mencreate sebuah event. eit tapi ingat proses ini harus di dasarkan pada informasi di atas dan sudah barang tentu Tujuan dari Event Produk Launching ini tentunya, jangan sampe melenceng.

Proses creativitas pemciptaan event yang menarik dan bisa mencapai tujuan yang sudah ditetapkan ini adalah saat-saat yang menarik tentunya, biarkan semua ide terbang melayang-layang dan memenuhi langit-langit kantor kita, setelah itu data dan tinggalkan barang satu hari ajah ide-ide itu untuk dibawa pulang dan kemudian bahas kembali kesokan harinya, dan sekali lagi jangan lupa guidelinesnya adalah Insight dari 3C, Objectives dari event dan produknya itu sendiri tentunya. Oh yah, sometimes ide-ide yang in the Box juga it's ok kok asal dikemas dengan creative.

Setalah bentukan ide event di dapat baru kemudian semua detail kita jabarkan, detail ini bisa di bagi dalam tiga hal detail yaitu pertama dari sisi teknis acara (waktu promosi dan komunikasi ke target market, rundown, isi acara, izin, perlengkapan, pembawa acara, waktu acara, biaya acara dan sebagainya), kedua dari sisi brand (design, packaging, promosi di tempat, price bundling untuk event, brand character) dan ketiga dari sisi non teknis doa dan berpasrah, saya tidak ingin terlihat seperti sufi mas, namun saya selalu percaya semuanya kembali lagi kepada yang di Atas akan berhasil dan kurang berhasikah event yang kita lakukan, yang terpenting siapakn segala sesuatunya secara detail, kreatif dan sesuai dengan proses yang sudah kita sepakati, sisanya berpasrah ajah.

Yah setelah itu selamat ber event dan semoga berhasil.

Alergi Promosi


Surat Pembaca

Saya termasuk orang yang sangat tertarik dengan artikel2 yang anda buat di blogspot nya. ada satu permasalahan yang menimpa diri saya , kebetulan saya sebagai orang yang paling bertanggung jawab terhadap promosi produk kami ( promotion area ) , tentunya sebagai orang promosi / marcomm saya termasuk orang yg cukup berambisi bahwa produk kami ingin sekali banyak dikenal di masyarakat dan ujung2nya sales jadi naik , yang jadi masalah adalah selama ini banyak ide2 baik itu activity ATL maupun BTL yang big bos tidak setuju dalam arti alergi sekali oleh kegiatan promosi , bahkan cenderung koservatif dan konvensional , mereka hanya ingin memakai budget promosi pada media yang dia sukai , dan mereka tidak setuju dengan bentuk event2 yang sifatnya lebih ke seremonial dan beranggapan event tersebut hanya hura - hura saja tanpa ada hasilnya. seperti kita ketahui bahwa banyak sekali segala macam bentuk promosi yang dapat kita lakukan , akan tetapi itu sebaliknya mereka ( management ) hanya mementingkan dan berfikir bagaimana cara menjual yg banyak terbukti disetiap meeting jarang sekali dibahas tentang pentingnya promosi, mereka hanya berkutat kenapa penjualan jeblok , kenapa kualitas konsumen menurun , dll .terus terang saya sebagai orang promosi merasa bahwa saya ini tidak ada andilnya di dalam company ini.

Pertanyaan saya , mohon pencerahan dari anda bagaimana menyakinkan bos saya untuk lebih mengakui dan terbuka bahwa selling tidak akan berarti apa2 kalo tidak didukung bentuk kegiatan promosi yang tepat dan efektif ?

(Creasionbrand) Sebelumnya saya mau cerita dulu kalau Anda bukan satu-satunya yang bernasib demikian, maksudnya dari banyak pengalaman kami terjun langsung dengan para pihak owner, rata-rata mereka memang punya pemikiran yang cukup atau bahkan sangat konservatif berhadapan dengan hal-hal seperti promosi. Tapi selama ini kami mencoba mendalami pemikiran mereka, sebenarnya mereka bukannya anti promosi tapi lebih ke arah mereka sama sekali tidak mengerti makna promosi dan apa manfaatnya bagi perusahaan dalam jangka pendek maupun jangka panjang sehingga memunculkan bahwa promosi merupakan kegiatan yang costly bukan investasi. Hal ini juga dikarenakan mungkin mereka memiliki latar belakang yang sama, yaitu pengusaha yang memulai dari bisnis keluarga, dengan modal kecil dan menjadi besar dengan basic utama instinct, bukan teori pemasaran atau marketing yang sekarang ini sering kita pelajari dari banyak literatur dan buku-buku bisnis.

Jadi, ya.. menurut kami wajar saja.. jadi anda jangan berkecil hati terlebih dahulu :), Secara perlahan sebaiknya anda harus memberi pemahaman yang menyeluruh tentang sebuah pemasaran atau marketing jangan hanya dari sisi promosi. Bahwa sebenarnya seluruh aktivitas yang dibuat dalam proses pemasaran/marketing tetap ujung-ujung nya pemasukan buat perusahaan termasuk juga promosi. Jadi pihak owner ga usah khawatir kita akan buang-buang uang perusahaan, karena tetap tujuan nya adalah income, baik jangka pendek atau panjang (mungkin kalau jangka panjang termasuk juga proses building brand). Nah proses ini kadang menuntut anda untuk mengambil sedikit atau cukup banyak resiko dengan “menantang” atau meyakinkan pemiliki perusahaan untuk menjalankan program yang Anda usulkan, kenapa beresiko?

Karena anda harus berani mengambil tanggung jawab terhadap kegagalan kegiatan anda dalam bentuk yang disepakati misalnya dipotong bonus dan sebagainya. Sebagai contoh saya pernah “menantang” klien saya untuk bertaruh sebuah motor jika memang program yang saya usulkan gagal, pada akhirnya program tersebut berhasil dan kemudian bisa ditebak, tidak susah lagi meyakinkan beliau bahwa program-program yang kami usulkan sudah pasti untuk kepentingan dan kemajuan perusahaannya dan selanjutnya hampir setiap program yang diusulkan disetujui dan dapat dilaksanakan. Yah tentu dalam membuat program Anda harus yakin dan didukung oleh data dan informasi yang tepat bahwa program ini tepat dan memiliki implikasi ke depannya, jangan pernah sekali-sekali menggunakan insting dan asumsi yang tidak mendasar dalam membuat sebuat program promosi.

Mungkin Anda tidak akan berhasil dalam jangka waktu pendek, karena pola pikir orang tidak akan berubah dalam waktu singkat, apalagi rata-rata pihak owner sudah memiliki tingkat kepercayaan diri yang sangat tinggi dalam waktu yang sudah lama dapat membangun perusahaan hingga sekarang, pastinya beliau memiliki ego yang sangat besar. Dan sebaiknya Anda sedikit-sedikit harus sering memuji kehebatannya. Di luar itu, beri pandangan mengenai kondisi pasar sekarang yang (pastinya anda lebih tahu dibandingkan dengan nya), mis. dengan banyak nya pesaing sekarang yang menggunakan strategi yang lebih canggih/kompleks (mis tidak hanya mementingkan functional benefit customer tapi juga dari sisi emotional), maka dari itu kita kalah dari mereka, customer berpindah, dll. Atau munculnya produk substitusi, dll (produknya apa ya kalo boleh tau?) Intinya sajikah data dan fakta lapangan secara rutin sehingga efek penurunan penjualan yang terjadi misalnya akan sedikit banyak terjawan oleh data dan fakta tersebut.

Jadi beliau mungkin bisa lebih kebayang kondisi persaingan dan pasar sekarang berbeda jauh dengan jaman dahulu. Lalu di mana letak fungsi strategi marketing? yaitu menganalisa kondisi pasar sekarang untuk menentukan strategi apa yang mau kita lakukan. Strategi ini tentu saja gunanya untuk meningkatkan penjualan, dan strategi ini meliputi banyak bidang, di antaranya : Price, Place, Product, Promotion.

Dan juga saran yang terakhir, pada saat mengajukan program, jangan lupa untuk mencantumkan target pendapatan dan target non moneter yang akan diraih setelah program dilakukan, biasanya yang diraihdari target pendapatan adalah 3-5 kali lipat dari cost program , angka ini pasti membuat owner berpikir 2kali untuk menolaknya, yah kecuali program Anda lebih menekankan pada pengenalan produk yang kegiatan di dalamnya kurang mem push dari sisi penjualan, untuk itu Anda harus lakukan survey (setidaknya) kecil-kecilan ketarget market Anda, dari situ akan terlihat apakah objectives yang ingin dicapai berhasil atau tidak.

Mungkin sekian yang bisa kami coba jabarkan, tapi tentu saja banyak jalan lain untuk mencoba meyakinkan pimpinan Anda, intinya sebagai elemen pemasaran promosi merupakan bagian yang sangat-sangat penting dalam membangun ekuitas merek dan penjualan dan mungkin yang perlu diingat dituntut kreativitas yang terus menerus dalam membangun kegiatan promosi yang kadang kreativitas yang dituntut harus menghasilkan efek yang besar dengan dana yang sekecil-kecilnnya.

Oh yah mas, saya pernah sesekali iseng memberi sebuah buku dan menganjurkan klien saya membaca blog dan website yang membahas masalah bisnis, dan ini cukup berhasil, akhirnya beliau tercerahkan dan sangat percaya bahwa promosi merupakan salah satu jalan penting yang harus ditempuhnya, dari kegiatan promosi yang bisa di bilang nol baik dari sisi kegiatan dan alokasi dana sekarang sudah miliaran rupiah yang kegelontorkan untuk kegiatan promosinya, dan saat ini perusahannya merupakan salah satu perusahaan terbesar di indonesia. Dahulu, sama seperti mas, sepertinya promosi itu tidak dianggap dan hanya pelengkap di perusahaan, yah kalo lagi butuh2 disain baru deh orang promosi ha.....ha padahal kalo Cuma butuh disainn mah hire ajah orang disain jangan orang promosi. salam

Mar 19, 2008

Coba Ajah Kalo Ga Percaya


Jika Anda seorang pimpinan sebuah perusahaan, baik itu kecil maupun besar atau katakanlah anda seorang yang peduli dengan kemajuan perusahaan anda, sekali waktu coba membuat sebuah kuisioner kecil yang dibagikan ke seluruh karyawan perusahaan anda atau jikapun karyawan anda sangat banyak bagikan saja dengan proporsi yang cukup antara level ata dan level bawah, anda cukup tulis dua pertanyaan di dalam kuisioner tersebut: pertama, menurut anda, apa yang pimpinan anda inginkan terhadap perusahaan 5 dan 10 tahun ke depan?, kedua, apa yang sebenarnya Anda lakukan di perusahaan ini?

Saya berani bertaruh pertanyaan pertama hampir sebagian besar tidak akan dapat dijawab dengan benar oleh karyawan Anda, yah mungkin saja ada satu dua yang bisa menjawabnya dan itu hampir mungkin adalah orang yang memang dekat dan sering berkomunikasi dengan Anda di perusahaan. Atau anda sendiri tidak tahu jawaban dari pertanyaan tersebut ha.....ha, jika begitu rasanya Anda perlu memikirkan ulang dan menyepi sekali waktu karena ketidak tahuan Anda terhadap jawaban tersebut jelas mengirimkan sinyal ketidakpastian bisnis Anda di masa yang akan datang. Pertanyaan kedua, jika jawaban yang sebenar-benarnya yang muncul saya yakin sebagian besar jawaban adalah berkerja untuk kepentingan diri sendiri pada akhirnya. Ngapain repot-repot mikirin perusahaan 5 apalagi 10 tahun ke depan? yang penting kerjaan beres, gaji dibayar tepat waktu, bonus diberikan sesuai dengan kinerja dan cuti sesuai dengan aturan pemerintah titik. Daripada memusingkan urusan perusahaan 5 sampai 10 tahun ke depan lebih baik memikirkan bagaimana bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik mungkin, bagaimana rencana membangun rumah dan sebagainya.

Pengalaman saya berkerja dengan klien-klien corporate mengatakan dengan jelas begitulah potret karyawan atau orang yang berkerja bagi sebuah perusahaan, kebanyakan dari mereka tidak mengetahui visi dan misi dari perusahaan dan kebanyakan mereka pada dasarnya tidak peduli dengan hal tersebut, tempelan visi dan misi di dinding, di company profile dan diberbagai area kantor lama kelamaan hanya berupa pajangan yang seringnya mungkin malah di baca oleh tamu-tamu perusahaan atau cicak di dinding. Yang hapal dengan visi dan misi tersebut mungkin bagian design yang berhari-hari mengerjakan layout untuk diprint sehingga mau tidak mau sering membaca kata-kata tersebut dan beberapa orang yang terlibat dalam pembuatan visi dan misi tersebut tentunya. Yang mengerti dan menyiapkan tindakan untuk mencapai visi dan misi tersebut lebih sedikit lagi tentunya mungkin hanya setingkat manajer keatas dan kadang dalam beberapa perusahaan saya temukan hanya CEOnya yang tahu mau ke mana sebenarnya perusahaan tersebut dan bagaimana cara mencapainya dan berhubung pekerjaan sudah sangat banyak sehari-hari tentunya saja bicara masa depan menjadi terlupakan untuk sesaat dan terlupakan juga untuk sesering mungkin dikomunikasikan ke jajawan manajemen lainnya guna diambil sebuah langkah untuk melangkah mencapai visi dan misi tersebut.

Salahkah karyawan anda? Dalam militer tidak ada istilah salah prajurit, yang ada adalah salah komandan lapangan, salah jendral dan tingkatan tertinggi lainnya. Prajurit hanya menerima perintah dan memang otak dan kemampuannya disetting untuk mencapai tujuan-tujuan yang sudah diperintahkan karena itulah, kita sebagai pimpinan harus sering memberikan "perintah" dengan kata lain sering terjun ke lapangan dengan berdiskusi, memberikan contoh prilaku yang sesuai, mememberikan bimbingan-bimbingan informal maupun formal. Jenral harus mau "turun" kelapangan menjelaskan perintah-perintah dan strateginya guna mencapai tujuan yang sudah dibuat dan untuk ini diperlukan.

Menumbuhkan kepedulian karyawan terhadap tujuan perusahaan dalam jangka panjang khususnya dan jangka pendek pada umumnya memang bukan pekerjaan yang mudah, membutuhkan banyak waktu dan mungkin juga banyak biaya untuk mencapainya. Tidak mudah mengajak orang untuk berpikir 5 sampai 10 tahun mendatang apalagi bila saat ini orang tersebut hanya merupakan karyawan dari level bawah yang kadang kala sudah sibuk dengan urusan priuk nasi mereka sendiri, mungkin jika karyawan tersebut bertanggung jawab dia tetap memiliki dedikasi berkerja dengan baik, namun jika tidak , ini lebih parah lagi bisa-bisa pekerjaannya hanya memikirkan bagaimana dia bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan lebih baik lagi. Intinya tipe karyawan yang manapun tetap sajaj sulit untuk diajak berpikir jangka panjang. Dengan demikian perusahaan yang dalam hal ini pimpinannya penting sekali menemukan cara-cara yang tepat menanamkan pemikiran dan visinya ke seluruh lapisan karyawan di perusahaannya sehingga segenap komponen perusahaan mampu di drive untuk memberikan dedikasi dan komitmen tertingginya dalam mencapai visi dan misi yang sudah dibuat.

Apa saja yang perlu dilakukan untuk mendrive seluruh tingkatan karyawan di perusahaan Anda? Banyak sekali tentunya cara yang dapat dilakukan, namun dari sisi brand consultant seperti saya internal branding dan budaya perusahaan (kita bahas lain kali) merupakan kunci untuk membuat seluruh lapisan karyawan tahu dan peduli dengan visi dan misi dan kemudian merepleksikan sikap tersebut dengan tindakan yang tepat.

Coba ajah kalo tidak percaya.

Kapal Perang


Jika saja kopi kapal api tidak ada sejak jaman kakek kita, pokoknya tidak pernah ada kopi yang bermerak kapal api dan tiba-tiba di TV di jaman kita sekarang keluar sebuah merek kopi dengan nama kapal api, apa kira-kira yang terbayang di benak anda? Atau gini deh bagaimana tiba-tiba muncul merek baru di industri kopi dengan merek kapal perang, nah ada yang terpikir oleh anda?

Ha...ha tentu saja terdengar aeh dan menggelikan, mungkin banyak orang akan berkomentar kok namanya ga relevan yah buat nama sebuah merek kopi, kok namanya aneh yah, kok namanya ga komersil banget yah dan kok kok lainnya. Inilah sulitnya membangun sebuah merek di jaman sekarang ini, dahulu ketika ilmu mengenai branding belum banyak diaplikasikan oleh pemasar-pemasar dahulu, memberi nama untuk sebuah produk sepertinya jauh lebih mudah asal konsistensi iklan dan eksistensi produknya bisa bertahan dalam waktu yang cukup lama di pasar, coba saja perhatikan kopi kapal api, gudang garam, cap lang dan sebagainya. Bayangkan gudang garam baru dimunculkan sekarang, atau muncul nama baru dengan dalam industri rokok dengan merek gudang peluru, ha.......ha saya tidak bisa membayangkan bagaimana tanggapan masyarakat mengenai merek tersebut, merek club bola arsenal kali yah he.....he.

Ada beberapa hal yang penting dalam melakukan pemilihan nama sebuah merek ktetika kita ingin memberikan sebuah nama pada produk kita, pertama mudah diingat dan cukup singkat untuk diucapkan. Sony, Canon, Microsoft, Matahari, Kijang merupakan contoh-contoh nama yang gampang diingat dan singkat untuk diucapkan oleh semua orang. Pemilihan nama yang njelimet, ribet ataupun terkesan cangih malah serta panjang dan memerlukan effort untuk diingat akan membuat nama merek tersebut dapat dilupakan atau malas untuk diingat. Apa impilikasinya? salah satu yang terpenting adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperkenalkan merek tersebut di target market perusahaan, dengan nama yang mudah diingat dan gampang diucapkan akan membuat merek tersebut tidak perlu mengeluarkan biaya yang banyak untuk membangun awareness merek tersebut. coba saja bayangkan nama merek Holajulu huluholu misalnya? baca satu kali atau beberapa kali, kemudian besok ketika anda bangun tidur coba ingat dan ucapkan kembali merek tersebut? saya jamin anda pasti lupa.Yah kecuali tingkat iq kita memang sangat tinggi, ini sih lain cerita.

Kedua, relevan. Pemilihan nama merek saat ini seperti yang sudah saya ceritakan diatas tidaklah semuda jaman kemerdekaan dan kakek kita dahulu dimana merek-merek yang ada masih terhitung cukup sedikit dan media promosi yang tersedia juga masih terbatas. Namun sekarang, dimana ratusan bahkan ribuan merek yang beredar dan mengisi ratusan jenis media yang tersedia dengan tingkat kuantitas dan kualitas yang sangat tinggi, memilih nama yang tidak relevan dengan indsutri yang dimasuki jelas merupakan tindakan yang tidak strategis. Anda akan mengeluarkan extra waktu dan extra biaya untuk membangun awareness merek Anda, yah jika produk Anda memang memiliki product value dan differensiasi yang unik sehingga banyak dicari dan dibeli, jika tidak? sudah jatuh tertimpa tangga pula.

ketiga, komersil. sekarang bayangkan kita ingin membuka toko bunga, nama mana yang lebih komersil dan laku untuk dijual, anastasia atau juminten? Nah sekarang mau bukan warung tegal di dekat kampus, kantin bu juminten atau kantin bu anastasia yang lebih komersil untuk warung tegal? ha....ha tentu saja kita mengetahui jawabnnya, di sini kita bisa mengambil kesimpulan dengan kata komersil ini bahwa sifat katanya (komersil) adalah relatif tergantung pasar mana yang kita ingin masuki. Kantin bu anastasia jelas-jelas tidak akan komersil dipilih sebagai nama warung tegal karena perseps masyarakat yang terbentuk jika warung yah namanya mbok yah "warung".

keempat, tidak punya makna, jikapun ada memiliki korelasi yang positif dengan maknanya. Sebetulnya hal ini cukup tergantung dengan budget dan komitmen perusahaan dalam mengembangkan mereknya. Nama Sony sebelum ditemukan oleh akio moritta tidaklah berarti apa-apa dan bahkan tidak ada di dalam kamus bahasa jepang maupun inggris jika tidak salah. Kemudian akio moriita memakai nama tersebut, membangun nama tersebut, memberinya makna dan nilai lewat produk-produknya, inovasi dan sebagainya sehingga jadilah nama Sony demikian besarnya saat ini. Ini Sony, namun jika perusahaan masih ragu dengan komitmen jangka panjangnya, memiliki dana yang kecil dan kapabilitas yang kurang dan atau ingin cepat-cepat melakukan penetrasi pasar sebaiknya memiliki nama merek yang punya relevansi dengan pasar yang dimasuki, misalnya Bakso Malang Karapitan, Ayam Goreng Suharti dan sebagainya, jangan sekali-kali memiliki nama seperti kopi kapal api. Nama-nama tersebut, jelas langsung memiliki asosiasi yang tepat dan sesuai dengan industrinya masing-masing dan perusahaan tidak perlu bersusah payah menghabiskan tenaga dan biayanya untuk membangun mereknya dalam waktu lama. yah tetap sajah diperlukan komunikasi untuk memperkenalkan merek tersebut namun khan simple Ayam Goreng Suharti, oh jual ayam, Bakso Malang karapitan, oh jual bakso bukan jual mobil gitu. Jika Anda sekarang bisa mengasosiakan kapal api dengan kopi, yah itu tadi karena komitmen membangun mereknya sudah sangat lama, coba kalo saya sebut kapal perang atau gudang peluru. apa yang Anda pikirkan?

Kelima, menarik dan membuat orang penasaran. Hal ini berhubugan dengan pemiliha kosakata dalam membuat sebuah nama merek. Teknik-teknik penggabungan kata atau pemilihan kosakata yang kurang lazim tapi menarik sangat penting ketika kita membuat sebuah nama merek. Creasion misalnya, nama ini merupakan penggabungan dua kata yaitu creativity dan vision, tidak memiliki aturan kosakata yang lazim dan tidak terdapat di kamus sehingga cukup banyak yang bertanya mengenai makna dari nama tersebut namun masih relevan dengan industri branding dan kreatif, He...he promosi nama sendiri, hanya memberi contoh ajah kok.
Ada banyak lagi tentunya yang harus diperhatikan dalam memberi sebuah nama bagi produk perusahaan, namun intinya perusahaan harus mempelajari dulu competitive setting pasar dan industrinya sehingga dengan data dan informasi tersebut perusahaan dapat membuat sebuah nama yang memiliki nilai baik itu dari namanya maupun hasil yang kelak akan dicapai oleh nama tersebut.

Mar 10, 2008

The Flower of Service


Pada masa sekarang ini, persyaratan service dalam sebuah bisnis seperti dielu-elukan sebagai sesuatu yang diharuskan. Berbagai pakar manajemen mengatakan bahwa sekarang ini sudah tidak bisa lagi bersaing hanya mengandalkan produk, tetapi elemen servis sangatlah penting.

Seperti apa yang dikemukakan oleh Christopher Lovelock elemen servis seperti sebuah bunga : The Flower of Services, yang terdiri dari 8 helai : Information, Consultation, Order taking, Hospitality, Safe keeping, Expectations, Billing, dan payment. Beliau juga menyebutkan bahwa service dalam sebuah bisnis sudah bukan lagi sebagai pelengkap tetapi menjadi elemen penting yang harus dimasukkan dalam strategi keseluruhan.

Seluruh teori Lovelock tersebut benar, dan tidak ada satupun yang salah. Permasalahannya! Dari sekian banyak pengalaman perusahaan kami bekerja sama membangun merk dan perusahaan dengan klien-klien kami, masalah terbesar berada dalam tahap servis. Mengapa demikian? Karena membangun servis di Indonesia tidaklah semudah itu! Secara langsung servis berhubungan dengan kualitas SDM, dan tidak dapat disangkal bahwa Indonesia termasuk dalam negara yang memiliki kualitas SDM rendah. Jika dibandingkan dengan Thailand, Cina dan berbagai negara di Asia, perusahaan multinasional bahkan mungkin tidak ingin membuka cabang nya di Indonesia karena mereka tidak ingin berurusan dengan SDM yang bermasalah. Dan ini merupakan sebuah kenyataan, karena perusahaan kami, terjun langsung untuk mengurusnya.

Sepertinya saran Lovelock yang mengagung-agungkan servis terasa sangat jauh diawang-awang. Teorinya sih seperti ini : servis dimasukkan dalam strategi bisnis secara keseluruhan, servis menjadi salah satu core competency sekaligus diferensiasi, karena servis bisa menjadi sangat customized dan pribadi, sangat sulit ditiru oleh pesaing. Lalu setelah perumusan strategi, konsep servis diturunkan pada operasional lalu terakhir pada personal. Rasanya anda pun sudah dapat menebak masalah akan terjadi di mana. Tahap operasional rasanya masih bisa di handle, karena orang-orang di tahap manajemen adalah sudah pasti orang-orang pilihan, alias orang-orang kelas 1 di perusahaan. Mental dan cara kerja mereka sudah dapat dibuktikan, kalau tidak mereka tidak akan ada di jajaran tersebut. Permasalahan akan muncul di tahap ini, tetapi dengan sistem yang benar dan terlaksana dengan baik, permasalahan dengan mudah diselesaikan.

Beda halnya dengan tahap personal, di mana berkaitan dengan individu kelas 2 di setiap perusahaan. Pada lini terbawah (sekaligus terpenting) dalam pemenuhan konsep servis ini, permasalahan terbesar muncul. SDM front liner/staff sangat rentan dengan permasalahan yang kita sebut dengan mental. Mental yang buruk adalah inti dari permasalahan semua klien kami. Bayangkan saja, bagaimana mungkin perusahaan akan memberikan gaji yang berlipat-lipat, kalau kinerja nya jangankan bertambah baik, tapi berlipat-lipat malasnya, terlebih belagunya. Jika anda adalah pemilik perusahaan, pasti sudah tidak asing menghadapi masalah SDM seperti ini. Jadi kalau masalahnya sudah di mental, bagaimana sebaiknya menjalankan teori prof Lovelock yang serba sempurna tersebut? Perusahaan Indonesia memang tidak bisa disamakan dengan perusahaan di luar negri. Kualitas dan sejarah masyarakatnya pun berbeda. Mungkin saja di luar negri sana, servis menjadi sesuatu yang menentukan, karena hampir semua perusahaan memberikan servis yang memuaskan. Lha di Indonesia? Jangan heran kalau anda sedang bertanya produk, lalu SPG nya malah asik bergosip dengan temannya. Ya begitulah kondisinya. Tapi jangan putus asa! Anda tidak harus dalam sekejap mata merubah mental masyarakat kebanyakan (karena malas dan tidak mau berkembang sudah seperti virus di Indonesia). Yang harus anda lakukan adalah memiliki segelintir orang-orang hebat untuk menjadi penyebar virus positif dalam perusahaan anda. Jika anda memiliki beberapa karyawan yang bekerja dengan baik dan punya bakat memotivasi, pertahankan mereka dan berilah pengertian yang berlimpah tentang makna pelayanan. Posisikan mereka di tempat-tempat strategis yang dapat dengan mudah menyebarkan pola pikir positif mereka. Sama seperti kondisi masyarakat Indonesia secara menyeluruh, secara individu pun mereka sebenarnya hanya butuh seorang figur pemimpin yang bisa menggiring mereka bagai anak bebek yang baru pulang dari sawah. Jika segala sesuatunya nampak baik, maka mereka akan mengikuti hingga menjadi sebuah kebiasaan.

Jadi saran saya, jangan putus asa melihat teori sempurna dari luar negri, yang belum tentu juga aplikatif di perusahaan anda. Amati kondisi yang ada dan perbaikilah servis dalam perusahaan anda dari ujung permasalahannya. Langkahkan kaki solusi anda pada masalah generik utama : yaitu tidak adanya leadership dalam organisasi! Leadership menjadi elemen terpenting dalam membangun servis, terlebih menciptakan mental yang positif untuk membangun servis di perusahaan anda.

Ayo.. jangan biarkan The Flower of Service anda layu!

Mar 3, 2008

Event dengan Budjet Kecil


Brand activation atau event merupakan salah satu langkah aktivitas komunikasi below the line yang efektif. Bagaimana tidak dalam aktivitas itu secara langsung brand dapat berinteraksi dengan target marketnya. Di sisi lain event ini bisa menjadi sebuah ladang uang apabila tahu memanfaatkan titik kelemahan target market dan tentu saja jeli memanfaatkan kesempatan tersebut.

Jangan mudah tergoda dengan berbagai brand activation kelas kakap yang dilakukan berbagai brand raksasa. Event yang bisa menghabiskan berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus juta, dan jujur saja memang spektakuler… tapi anda tidak harus melakukan hal itu, karena anda harus realistis dan menyesuaikan dengan skala brand dan tentu saja budget promosi anda.

Siapa bilang budget kecil ga bisa buat Brand Activation? Tepat sekali pernyataan itu ! karena dalam 3 bulan terakhir, kami (saya dan perusahaan) sedang senang-senangnya berfokus padahal tersebut. Mendampingi beberapa klien kami yang belum menjadi pemimpin pasar untuk terus eksis meningkatkan awareness tanpa melupakan kondisi kantong perusahaan mereka. Pada awalnya kami memang sempat stuck menganalisa untuk membuat strategi merk mereka, karena jujur saja budget berperan sebagai major. Berbeda dari klien kami yang lain yang sudah mapan dengan pemasukan, tinggal mengolah persepsi brand. Back to the low cost activation, akhirnya kami menemukan bahwa untuk menangani klien-klien low cost malahan dibutuhkan kreativitas yang lebih hebat lagi. Beberapa aktivitas brand activation kami adakan dan tentu saja, berbagai pertimbangan dimunculkan, salah satu nya adalah mengedepankan sisi profit yang dihasilkan dari event. Segi awareness kami push sedemikian rupa hingga maksimal, dan sisanya berorientasi pada sebanyak mungkin profit yang dihasilkan.

Berikut di bawah ini beberapa langkah yang bisa diambil untuk memperbesar profit dan menekan cost dalam sebuah BA :

Menciptakan konsep alur aktivitas pengunjung untu membeli sebanyak mungkin
Apabila konsep acara bukan merupakan aktivitas jual beli, maka area jual beli mutlak harus tersedia, dan diarahkan bisa melalui sesi khusus atau promo yang menarik, supaya pengunjung bisa mengarahkan perhatian mereka

Kerjasama dengan beberapa pihak ke-3 yang bisa memanfaatkan peluang serupa
Hal ini tentu untuk menekan cost, karena bisa jadi karena hal ini kita bisa mendatangkan profit tertentu; jangan lupa! Jangan mengajak pihak ke-3 dari industri yang sama atau yang mungkin bisa menjadi substitute competitor

Fokus pada mengajak sebanyak mungkin pengunjung datang
mengamati berbagai pola yang dilakukan beberapa EO, terkadang mereka terlalu fokus pada konsep acaranya, tetapi tidak berfokus pada mendatangkan sebanyak mungkin orang ke acara tersebut; karena berdasarkan pengalaman konsep acara yang sederhana pun bisa menjadi sangat berhasil apabila eksekusinya maksimal, dan yang paling penting adalah ramai didatangi pengunjung; jangan lupakan animo yang satu itu! Pengunjung adalah elemen lain dari sebuah event yang berperan 70% dalam keberhasilan acara; sedangkan konsep? Hanya 10% dan sisanya adalah eksekusi

Cermat memilih line untuk publikasi
masih berkaitan dengan nomor poin sebelumnya, jangan terpatok pula dengan menarik orang sebanyak-banyaknya adalah dengan membuat flyer, umbul-umbul, poster sebanyak-banyaknya pula; ingat! Kita apabila anda bukan brand rokok atau sabun mandi yang punya budget promosi trilyunan.. maka lupakanlah soal baliho dan umbul-umbul yang hanya akan menguras kantong anda… beralihlah pada publikasi kreatif lainnya, seperti mendekatkan diri secara langsung pada komunitas yang menjadi target pengunjung, minta sesi presentasi atau lobi salah satu orang pentingnya, straight to the point, low cost, dan apabila anda tepat mengenai orang yang berpengaruh, dijamin seluruh komunitas akan hadir

Beberapa waktu yang lalu saya sempat mengunjungi BA di salah satu mal terbesar di Bandung, yang diadakan oleh salah satu merk pembersih wajah cewe yang akhir-akhir ini gencar melakukan event. Pada waktu dalam perjalanan jujur saya sangat excited, karena saya yakin ini adalah event besar, karena berbagai media luar ruang dari 2 minggu sebelumnya sudah tersiar di mana-mana. Tapi pada saat datang ke sana (walaupun bintang tamu nya terkenal tapi kok event nya terasa garing.. alias sepi pengunjung.. pas saya ke sana itu adalah jam puncaknya.. tapi stand-stand yang buka sepi pengunjung, banyak sih orang yang lalu lalang tapi mereka bukan dari target market dan tentu saja tidak tertarik untuk mengunjungi stand. Saya tidak tahu kenapa, tapi saya hanya ingin memaparkan bahwa pemasangan media luar ruang yang gila-gilaan ga menjamin BA akan berhasil. Tapi mungkin mereka memiliki tujuan lain selain yang tersembunyi, who knows?!??

Jadi…. Siap buat brand activation untuk brand anda kan?

Liat Ajah Ntar


Ada yang menarik ketika saya sedang iseng berkunjung ke sebuah pusat perbelanjaan eletronik terkenal di kota bandung, saat itu ketika sedang mengarah ke foodcourt untuk sekedar melepas dahaga dengan es buah saya melihat ada toko accecories tepat di sebelah elevator turun.” Wah, gile juga nih toko” guman sahabat saya yang sedang bersama saya saat itu, “kenapa emang” tanya saya? Sahabat saya kemudian melanjutkan kekagetannya dengan mengatakan kok accecories buka di tempat elektronik, apa ga salah. Hampir semua orang yang datang ke tempat perbelanjaan eletronik khan pasti bermaksud membeli barang-barang eletronik, nah ini orang malah jualan accecires wanita, mending kalo accecories handphone, lanjut sahabat saya tersebut.

Memang jika cukup menarik untuk membahas strategi pemilik toko ini dimana pemilik toko tersebut memutuskan untuk membuka tokonya di pusat perbelanjaan eletronik. Dari sisi segmentasi, secara kasat mata jelas terlihat bahwa target market dari toko tersebut sangat sedikit yang datang ke sana, memang sih ada pusat perbelanjaan HP di lantai bawah, namun berapa banyak anak-anak tenegeer yang berbelanja HP memangnya? Dan berapa banyak yang merencanakan untuk membeli accecories di tempat eletronik, ok lah bila kita berkilah bawah bisa terjadi impul buying, namun sekali lagi berapa banyak? Kedua dari sisi prilaku pembelian, jika pergi ke tempat elektronik yah belanja elektronik, jika pergi ke carefour yang belanja kebutuhan sehari-hari, dari sini bisa kita simpulkan bahwa ketika memilih sebuah lokasi untuk sebuah counter kita harus benar-benar memahami prilaku pembelian konsumen yang datang ke tempat tersebut.

Bicara soal pemilihan lokasi perusahaan, ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan, oleh para pemilik bisnis agar lokasi yang dipilihnya mampu meningkatkan penjualan atau dengan kata lain banyak yang akan membeli merek dan produk yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut. Tentu hal ini tidak bisa digeneraslisasi karena cukup banyak juga produk atau jasa yang ditawarkan bertempat di tempat yang mungkin kurang strategis, sulit dicapai, jauh dari tempat kelompok pelanggannya tinggal, membutuhkan biaya yang cukup tinggi untuk di capai dan sulit ditemukan, namun tetap saja pelanggannya datang dan membeli produk atau jasa tersebut. Banyak hal juga tentunya yang menyebabkan produk atau jasa tersebut tetap banyak pelanggannya mulai dari differensiasi produk atau jasanya yang memang unik dan inovatif, harga yang murah, pelayanan yang ramah ataupun produk atau jasa tersebut memang tidak bisa didapatkan di mana-mana lagi.

Namun secara umum beberapa hal dibawah ini mungkin bisa dijadikan pertimbangan untuk memilih lokasi bagi perusahaan dalam memasarkan produk atau jasanya, khususnya jenis usaha retail accecories. Pertama dan yang terpenting adalah ukuran pelanggan yang datang dan pergi di disekita tempat tersebut katakanlah sebuah Mall atau pusat perbelanjaan. Mengapa hal ini sangat penting, karena dari data yang dikumpulkan oleh departmen riset creasiobrand (kebetulan salah satu klien kami merupakan salah satu pemain terbesar di industri ini di Indonesia) menunjukan bahwa prilaku pembelian produk accecories ini lebih cenderung mengarah ke impulse buying. Konsumen yang membeli produk ini lebih dari 70 persen memutuskan pembelian ketika berkunjung ke sebuah Mall dan melihat ada counter atau tokoh accecories, jadi memang tidak diniatkan sejak awal. Karena itulah jumlah pelanggan khussunya target market yang berkunjung ke tampat tersebut harus besar sehingga besar pula kemungkinan produknya akan dibeli. Kembali ke contoh di atas, apakah pusat perbelanjaan elektronik ramai, betul tapi apakah yang datang tersebut segmen market toko accecories tersebut?

Kedua. Komitmen dari pemilik tempat dimana perusahaan membuka atau menyewa counter harus diperhatikandan dipelajari dengan baik. Selain yang paling penting berhubungan dengan lokasi dimana mall tersebut berada, komitmen pemilik/ pengelolah mall terhadap kegiatan-kegiatan yang bersifat komunikasi untuk mendatangkan konsumen lebih banyak ke mallnya harus diperhatikan dengan cermat, program komunikasi ini bisa berupa program-program diskon bersama, event-event yang menarik konsumen untuk datang ke mall tersebut ataupun bentuk-bentuk komunikasi lainnya.

Ketiga, yang juga perlu diperhatikan adalah tenant-tenant lain yang membuka counternya di mall tersebut. Sebetulnya ini salah satu jurus ampuh jika perusahaan anda tidak memiliki kapabilitas dalam menganalis sebuah lokasi mall akan ramai atau tidak ke depannya. Perusahaan-perusahaan besar semacam Mc Donald dan Pizza Hut misalnya memiliki kapabilitas dan ukuran yang jelas mengenai jumlah target market yang akan datang ke sebuah mall di mana mereka memutuskan untuk membuka cabangnya, nah jika anda mengetahui salah satu atau keduanya membuka cabang di mall tersebut, yah sudah jangan pusing-pusing buka ajah karena analisis kunjungan dari kedua perusahaan tersebut pasti memberikan data yang cukup baik untuk membuka cabang di sana. Yah memang, anda juga harus perhatikan segmen market produk anda, jika menyasar segmen market yang sama dengan kedua tempat tersebut jelas sudah tepat keputusan anda, namun jika tidak harus dperhatikan juga hal-hal lain yang penting mengenei profile konsumen yang datang ke mall tersebut.

Terakhir tentu saja biaya. Ini sih hitung-hitungan anda sendiri sebagai pemilik bisnis yang ingin membuka cabang di mall, sederhananya proyeksi kunjungan dan trafic konsumen di mall tersebut harus bisa anda prediksi dengan baik karena ini berhubungan dengan pendapatan Anda ketika sudah membuka counter di mall. Prediksi ini tentu bukan hal yang gampang dilakukan, paling sederhana Anda bisa meminta data dari pengelolah mall mengenai prediksi jumlah kunjungan dan profile customernya, namun buat saya hal ini tentu tidak cukup karena pihak pengelolah sebagai pihak penjual tentu akan memaparkan data sesuai denga kepentingan mereka, wajar sih karena tentu mereka mau mallnya laku karena itulah anda sebagai pihak pengusaha harus melakukan pengukuran-pengkuran sendiri mengenai prospek mall tersebut semisal analis daerah sekitar mall, apakah daya beli masyarakatnya bagus, analisis transportasi yang datang dan pergi melewati mall tersebut apakah ramai dan sebagainya, kecuali Anda pengusaha yang banyak uang sehingga tidak meresa perlu melakukan hal tersebut. Yah kalo sudah begitu seperti tagline Nike, just do it, mau rugi mau untung kita liat ajah ntar.

Melayani Manusia-Manusia Pemalas

Bagi para pebisnis dewasa ini, mencari peluang dari budaya masyarakat adalah sesuatu yang mutlak. Berbagai produk baru diciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia jaman sekarang (dan mengeruk uang mereka tentunya). Lantaran di sisi lain, dari sudut pandang masyarakat malah berterima kasih kepada berbagai produk inovatif, karena dengan adanya mereka, solusi dari masalah dan kesulitan mereka ditemukan.

Sebut saja produk penghilang stres yang dikeluarkan oleh Group Kalbe, berupa minuman coklat yang mengandung berbagai zat yang bisa menurunkan kadar stres dalam diri seseorang. Adapun produk-produk seperti ini muncul dari pengamatan detil dari gejala yang terjadi di masyarakat sekarang ini. Begitu banyaknya tekanan yang terjadi, membuat sebagian besar manusia pada jaman sekarang mengalami stres (baik dalam tingkatan ringan maupun tinggi). Dan produk tersebut hadir sebagai solusi untuk meringankan permasalahan yang diderita. Pemilihan segmen target marketpun menjadi hal yang penting, karena pertimbangan kemampuan mereka mendapatkan produk dan apakah produk layak mereka pertimbangkan sebagai sebuah solusi. Dan produk coklat yang diberi brand Nutreve tersebut telah secara jitu membidik kelompok B+ dan A untuk mengurangi stres, dan menciptakan lifestyle tersendiri.

Beda lagi dengan strategi yang dijalankan oleh Om Bob Sadino dengan proyek besar-besarannya : The Mansion. Siapa yang tidak kenal daerah Kemang? Siapa juga yang tidak tahu Kem-Chick? Kemang sudang dikenal sebagai daerah prestige yang tidak main-main. Berbagai komunikasi dan masyarakat yang ada di sana membentuk sebuah komunitas tersendiri dengan level yang sangat tinggi, dengan segala kemewahan dan gaya hidup yang memang diakui sangat menggiurkan. Mungkin bisa jadi impian semua orang untuk menjadi bagian ke”Kemang”an itu sendiri. Kem-Chick pun telah menjadi icon daerah tersebut dan menciptakan sebuah lifestyle di kalangan para socialite. Satu lagi ide brilian pebisnis Bob Sadino bekerja sama dengan berbagai investor lain, baik lokal maupun luar negri untuk menciptakan The Mansion, sebuah icon istimewa daerah Kemang. The Mansion didirikan sebagai sebuah service apartment dan berbagai retail facilities, yang salah satunya tentu saja adalah Kem-Chick. Yang lebih mengejutkan saya, The Mansion ini tidak hanya sekedar mendirikan sebuah hunian yang “generic” di mana, ya apartemen yah seperti itulah.. walaupun dia telah memiliki selling values yang begitu banyak. Tetapi konsep The Mansion ini dikembangkan hingga tidak adanya celah kebutuhan penghuninya yang tidak terpenuhi.

Berangkat dari berbagai permasalahan masyarakat menengah atas, para pekerja dan ekspatriat adalah kesulitan mereka dalam merawat hunian alias housekeeping. Di The Mansion ini, tersedia layanan housekeeping selama 24 jam, dan tentu saja layanan delivery order, tidak hanya untuk makanan (breakfast, lunch dan dinner) tetapi juga untuk keperluan groceries (dan menunya tinggal ada click di remote control dan tersedia di layar flat screen apartemen anda!). Hal ini berangkat dari kecenderungan sempitnya waktu yang dimiliki para pekerja dalam memenuhi kebutuhan mereka dalam hal keperluan sehari-hari, seperti memasak, membersihkan rumah dan berbelanja. Dan lebih spesialnya lagi seluruh layanan ini (order list belanja dan masakan) dilayani langsung oleh Kem-Chick. Dan rasanya bagi segmen market yang dituju harga 800juta hingga 1,6 milyar per unitnya bukan menjadi masalah. Ditambah lagi ada fasilitas kreditnya yang tanpa DP dan bunga 0%! Tambang emas siap dikeruk!

Satu hal yang dapat kita pelajari di sini, adalah bagaimana caranya memanfaatkan segala kebutuhan dan permasalahan menjadi sebuah solusi dan peluang bisnis. Masyarakat terus berkembang, dan masing-masing kelompok menciptakan berbagai kebutuhan. Permasalahannya adalah sejauh mana kita peka untuk memanfaatkannya, seperti The Mansion yang telah memanfaatkan sempitnya waktu atau “kemalasan” orang-orang menengah atas?