Dec 24, 2008



Hello semua, kami semua dari creasionbrand mengucapkan selamat Hari Raya Natal dan Tahun baru 2009 bagi yang merayakannya. Artikel terbaru bisa Anda nikmati mulai tanggal 3 januari 2009, itung-itung istirahat dan cuti guys, cape juga menulis selama satu tahun ini. Salam hangat.

Dec 17, 2008

SAATNYA TURNAROUND!


Ada saja saat di mana perusahaan Anda mengalami kolaps atau masalah. Baik besar atau kecil, pastinya mempengaruhi performance secara finansial. Hal ini merupakan salah satu proses yang pasti dialami seluruh perusahaan baik besar, kecil, lokal ataupun global. Tetapi janganlah berharap bahwa situasi tersebut bisa kembali dengan sendirinya, karena saat-saat tersebut adalah saat genting dalam keselamatan perusahaan. Apakah perusahaan tersebut bisa survive atau mati!

Jangankan perusahaan Anda, perusahaan berskala dunia seperti IBM, mengalami masa krisis dan mengharuskan para pemegang saham serta manajemen atas mereka berpikir keras untuk menyelematkan perusahaan. Berikut di bawah ini merupakan langkah-langkah yang dikemukakan Michael Teng dalam bukunya Corporate Turnaround, untuk membantu Anda menyelematkan perusahaan.

Secara garis besar, tujuan pembaharuan ini dibagi menjadi 3 bagian beserta masing-masing langkah mencapai tujuan tersebut.

1. Mengumpulkan informasi

a. Menegaskan tujuan perusahaan
Setelah adanya krisis perusahaan, perlu dilakukan penegasan kembali kepada seluruh badan perusahaan kemana perusahaan akan bergerak dan apa yang akan dicapai dalam jangka waktu pendek dan panjang. Komunikasi tujuan perusahaan ini dilakukan secara menyeluruh tidak hanya kepada jajaran direksi, tetapi seluruh manajerial dan operasional perusahaan. Hal ini dengan tujuan agar semua mengetahui arah yang akan dituju bersama-sama.

b. Tetap bertahan/menggunakan konsultan
Peran serta konsultan dalam hal ini adalah menyampaikan berbagai informasi/analisa yang objektif. Di mana konsultan umumnya memiliki akses informasi yang lebih luas terhadap perkembangan pasar, dan memiliki pola pikir yang lebih netral terhadap suatu masalah. Dalam hal ini sangat diharamkan CEO melepas tangan dalam menjalani pembaharuan, karena peran konsultan adalah sebagai pemberi informasi, sedangkan CEO lah yang mengambil keputusan pembaharuan itu sendiri.

c. Memusatkan informasi pada pesaing dan konsumen
Informasi yang juga harus dianalisa lebih lanjut adalah mengenai pesaing dan konsumen, karena keberlangsungan perusahaan bergantung pada penetapan strategi dalam menghadapi pesaing dan menjawab kebutuhan konsumen.

2. Strategi jangka pendek

a. Mengembangkan harga dan produk yang tepat
Dalam memperbesar market share jangka pendek, dibutuhkan penetapan harga dan benefit produk yang tepat, di mana informasi pesaing dan konsumen yang telah didapat diproses sebelumnya menjadi tolok ukur penetapan harga dan produk ini. Barang yang tepat dengan harga yang terjangkau menjadi peluang terbesar yang dimanfaatkan oleh konsumen. Jangan lupakan mengenai posisi pesaing mengenai harga dan produk serupa.

b. Menerapkan strategi pemasaran yang agresif
Setelah memiliki harga dan produk yang tepat langkah berikutnya adalah memasarkannya dengan gencar. 2 langkah dalam strategi jangka pendek inilah yang sering digunakan oleh produk-produk dengan lifecycle pendek. Dalam jangka waktu tertentu, konsumen akan mengkonsumsi produk dengan pertimbangan 3 poin tersebut : harga, produk dan pemasaran yang luas. Tetapi jika Anda ingin produk anda bertahan di pasaran, silakan masuk ke tujuan jangka panjang berikut ini.

3. Strategi Jangka Panjang

a. Membuat perbedaan dengan kualitas pelayanan
Jika produk dan harga menjadi hal yang kian generik dewasa ini, lakukanlah diferensiasi dalam hal servis. Servis dikatakan tidak akan pernah generik, dikarenakan servis berkaitan dengan emosional dan hubungan antar manusia yang selalu memiliki faktor X. Bangunlah sistem servis bagi konsumen yang sinergis, sehingga konsumen mengetahui value servis dari awal akan mengkonsumsi produk hingga pada saat mereka sudah mengkonsumsinya. Servis dapat menjadi poin konsumen melakukan repeat buying, dan tentu saja WOM kepada kerabatnya.

b. Memperkuat merk
Pembangunan brand merupakan suatu langkah jangka panjang yang menjadi suatu investasi yang besar. Lihat saja brand-brand garapan Unilever yang siap mengalahkan pesaing-pesaingnya, dikarenakan dalam proses bisnisnya, pembangunan brand menjadi poin utama yang menjadi tujuan. Brand memiliki peran serta yang besar dalam menciptakan Loyal Customers yang berimpact pada sales yang berkelanjutan.

c. Investasi dalam ekspansi masa depan
Dalam membangun bisnis, investasi merupakan factor penting untuk diperhitungkan. Melalui investasi bisnis Anda dapat bertumbuh sekian persen. Lakukanlah perencanaan ekspansi masa depan yang terintegrasi dengan tidak menutup hal-hal baru seperti para new stockholders, kerjasama dengan perusahaan/bahkan pesaing dalam mengembangkan produk baru, atau sekedar investasi dalam pengembangan internal perusahaan Anda. Sertakan perencanaan investasi dengan perhitungan yang matang dan analisa yang relevan dengan pertumbuhan pasar riil.

DUH, HARUS RISET?
TAK ADA AKAR,
ROTANPUN JADI LAH


“Bekerja berdasarkan data dan fakta, bukan hanya asumsi semata.”. Itu adalah jawaban andalan kami kalau klien atau calon klien bertanya kenapa harus ada riset di awal proses kerja kami. Riset internal dan eksternal yang dijawantahkan dalam 4C Diamond Research (Markplus) merupakan ‘modal & aset’ bagi kami untuk menyusun dan mengeksekusi segala jenis program branding, mulai dari strategi, komunikasi, design, hingga activation.

4C Diamond Research sendiri seperti kita pahami dilakukan untuk mengetahui lebih dalam mengenai Customer, Company, Competitor, dan Change. Hal ini akan membuat perusahaan memperlakukan brand dan lingkungannya dengan sangat tepat. Seperti pacaran lah, setelah kita tahu kalau pacar kita itu karakternya macho banget, hobinya naik gunung, suka apapun yang “cowok banget”, maka kita tidak akan pernah kasih dia kado berupa kaos berwarna pink dengan tulisan “So Sweet” di depan dada atau ngajak dia nyalon bareng kan? (boleh sih kalau mau diputusin saat itu juga!). Hal itu berlaku juga berlaku di perusahaan dengan konsumen, pesaing dan perubahan/ tren yang ada di sekitar industrinya.

Tidak selalu berarti bahwa perusahan tidak tahu seberapa penting melakukan riset saat mereka terlihat sedikit ‘males’ sih. Kebanyakan dari mereka sebenarnya mengerti kok manfaat riset itu sendiri bagi perusahaan mereka. Kalau riset tidak penting, kenapa juga coba lembaga-lembaga riset masih laku dan tumbuh besar di Indonesia. Yah, tapi jika saya memposisikan diri sebagai mereka sih bukan hal yang cukup mengherankan memang kalau mereka agak ‘males’ sama riset-risetan. Biasanya alasan mereka bisa terbaca jelas.

Pertama, Lama.
Tidak peduli dimana pun lokasinya, kita bisa mendatangkan pacar di hadapan kita hanya dalam hitungan menit (dibawah ancaman talak 3 tentu saja! Hehe!), melakukan riset memang tidak bisa berlangsung secepat itu. Mulai dari penentuan responden atau objek penelitian, penyusunan materi riset, pelaksanaan riset, pengumpulan hasil riset, hingga pengolahan hasil riset untuk mengeluarkan sebuah hasil, kesimpulan, dan rekomendasi, semuanya membutuhkan waktu, kesabaran dan ketekunan. Perusahaan, biasanya menjadi berpikir ulang karena lamanya waktu tersebut. Buang-buang waktu mungkin dipikirnya.

Kedua, Mahal.
Nah kalau masalah yang satu ini sih klasik sekali ya! Namun ya mau gimana lagi, pelaksanaan riset (terutama yang komprehensif) pasti memerlukan dana yang tidak bisa dibilang murah. Biaya operasional mulai dari fee dan akomodasi periset, biaya fotocopy materi, dan sebagainya tidak mungkin terelakkan jika kita mengingkan sebuah riset yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan kevalidannya. Mendengar angka jutaan bahkan puluhan juta yang harus dikeluarkan biasanya juga membuat perusahaan ‘stroke’ mendadak. Buang-buang duit mungkin dipikirnya.

Sebagai orang yang paham sepenting apa melakukan riset dalam bentuk apapun, kami selalu memberikan gambaran hingga alternative lain dari pelaksanaan riset. Bagaimana pun juga ya itu tadi, kita tidak boleh bekerja hanya berdasarkan asumsi semata kan. Data dan fakta memang bisa didapatkan dengan riset, tapi bukan berarti harus selalu riset besar-besaran yang justru menimbulkan dua ketakutan seperti di atas. Jika kita mau sedikit ‘kreatif’, maka perusahaan sesungguhnya bisa melakukan riset tanpa harus mengeluarkan biaya sebanyak riset dengan jumlah responden yang besar atau saat meng-hire biro riset eksternal.

1. Berdayakan orang yang ada
Perusahaan sering mengeluh, tidak mau meng-hire orang ketiga tapi juga tidak mempunyai SDM untuk melakukan riset internal. Masa sih? Masa iya di sebuah perusahaan tidak ada personil, apapun jabatannya, yang bisa diberdayakan sebentar saja? Bohong ah! Hehee!;p Kalau perusahaan tidak mungkin melepaskan karyawannya ‘ke dunia luar’, ya gunakan para mananger yang bisa lebih dipercaya saja donk. Kalau perusahaan bergerak di bidang garment, jangan pernah ragu untuk meminta para manager terjun langsung ke toko pesaing dan membeli beberapa sample produk terbaik pesaing untuk diteliti lebih lanjut keunggulan dan kelemahannya. Jika perusahaan butuh riset konsumen, minta saja para karyawan dan manager untuk menginterview keluarga atau teman-temannya yang pernah menggunakan produk perusahaan maupun produk pesaing.

2. Maksimalkan teknologi
Jangan ngaku hi-tech deh kalau perusahaan tidak punya computer yang berfasilitas internet sih. Kalau perusahaan belum bisa memaksimalkan teknologi, khususnya teknologi komunikasi dan informasi, untuk melakukan riset sendiri, sayang sekali tuh! Melalui penggunaan intenet, kita bisa ‘memantau’ pergerakan pesaing, trend yang sedang berkembang di lingkungan industri, hingga pandangan konsumen terhadap produka tau perusahaan itu sendiri. Tinggal menuliskan apa yang kita mau ketahui di account google atau situs lainnya, dengan sekali klik kita bisa mendapatkan banyak sekali informasi.

Jangan lupa juga gunakan jalur website, e-mail, chat, milis, blogs, Friendster, Multiply, dan lain sebagainya sebagai ‘sumber’ informasi. Selain itu tetap gunakan juga teknologi umum seperti telepon, fax, sms, bahkan brik-brik-an kalau ada (Hahaa..Keliatan ya dari jaman kapan saya eksis!;p). Apapun bentuknya, teknologi komunikasi dan informasi itu diciptakan untuk untuk mempermudah manusia dalam “berinteraksi”, jadi riset melalui teknologi semestinya sih sudah bukan merupakan hal yang terabaikan.

3. Incar “Amatiran”
Meng-hire biro atau consultant riset itu memang mahal sih (toh kita juga tahu betul tentang itu! Hehee!). Terus gimana donk kalau tidak sanggup meng-hire mereka tapi juga tidak mempunyai SDM yang memadai dan hasil riset dengan menggunakan teknologi dirasa belum terlalu mencukupi? Naah..cara lain bisa dengan mengincar “amatiran”. Amatiran disini maksudnya bukan praktisi ataupun professional khusus. Perusahaan bisa menjalin kerjasama dengan fakultas statistic sebuah universitas untuk bersama-sama melakukan sebuah riset. Perusahaan dan mahasiswa & dosen bisa saling berkolaborasi dengan keahlian dan kelebihannya masing-masing untuk menghasilkan hasil riset yang sempurna. Simbiosis mutualime. Mahasiswa dan dosen mendapatkan ‘kerja praktek’ yang berharga dan perusahaan tentu saja menhemat pengeluran kan.

4. PeDe mode on
Yah kalau semua jalan diatas masih dirasa ‘memberatkan’, satu-satunya cara ya mengandalkan pengamatan sendiri (owner in case). Owner atau manager yang memerlukan riset tersebut bisa menilai sendiri dari kaca matanya mengenai pesaing, konsumen, maupun trend yang sedang berlangsung. Yakin dan memang merasa mampu menghasilkan data & fakta tanpa bantuan orang lain, namun tetap dibuktikan dengan data & fakta yang ok lho. Pebe benerr! ;p Tapi jika saya sarankan sih jalan ini dilakukan jika benar-benar sudah tidak memungkinkan lagi melakukan cara-cara riset lainnya. Jalan ini memang terkesan lebih subjective, tapi daripada tidak peduli dan tidaka ada “peneropongan” sama sekali, mungkin inbi masih jauh lebih baik. Hehee!

Masih banyak pasti cara-cara kreatif lain yang bisa digunakan untuk melakukan riset dengan waktu yang tidak terlalu lama dan biaya yang tidak terlalu besar. Yah kreatif-kreatifnya perusahaan saja lah kalau sudah begitu sih, yang penting, riset tetap ada yak! =)

ANGGARAN IKLAN,
COBA LIHAT
PERTIMBANGANNYA


Pagi ini saya menyempatkan diri membaca koran Pikiran Rakyat yang tersedia di kantor. Baru membaca halaman pertama, perhatian saya tercuri ke iklan di bagian bawah, ukurannya hanya menghabiskan sekitar 1/8 halaman. Selewat mirip juga dengan iklan beberapa provider telepon selular, tapi dari tag line-nya yang tertulis “TIDAK!”, saya sudah dapat mengetahui bahwa iklan tersebut adalah iklan politik dari salah satu partai politik besar di negeri kita tercinta ini. Ah alangkah terkejutnya saya ketika membalikkan halaman, karena saya langsung dihadapkan dengan lanjutan iklan tersebut FULL satu halaman penuh! Wuiiihh…!! Iklan provider telepon selular di belakangnya saja kalah telak jadinya walaupun telah menghabiskan ½ halaman penuh. Komentar yang pertama keluar dari mulut saya adalah “Edhuuunn!! Bayar berapa nih ke PR?! Abis-abisan gini!”. Yah lepas dari kenyataan bahwa sebagai parpol besar ia pasti memiliki dana yang sangat cukup untuk membayar iklan dengan space sebesar apapun, tapi yang menjadi pernyataan saya “Nggak sayang ya?”.

Saya jadi teringat salah satu department store kalangan atas juga pernah melakukan begitu banyak iklan di berbagai bentuk media massa hanya untuk memberitahukan bahwa department storenya sedang mengadakan diskon besar-besaran (tapi mengeluarkan biaya iklan besar-besaran juga kan!). Belum lagi sampai sekarang saya tidak mengerti kenapa salah satu brand rokok nasional memasang neon box di sepanjang jalan Soekarno-Hatta. Saya tahu pasti itu mengeluarkan biaya yang sangat-sangat-sangat besar! Tapi bos saya pernah bilang, tidak mungkin perusahaan rokok berani menghajar berbagai media iklan jika itu tidak ada manfaatnya bagi mereka! Tidak mungkin mereka Cuma buang-buang duit saja. Walaupun anggaran iklan itu ajigilemahale, tapi jika memberikan feed back yang bagus ya worthed sekali kan.

Mungkin yang harus diperhatikan disini selain media yang tepat tapi juga hal-hal yang harus menjadi perhatian dan pertimbangkan sebelum perusahaan memutuskan akan mengeluarkan anggaran seberapa besar untuk iklannya. Kalau menurut Kotler & Keller sih ada sekitar lima hal khusus nih yang harus dipertimbangkan.

• Tahap dalam siklus hidup produk
Pernah kepikiran tidak kok rasanya waktu kecil kita sering sekali diajak main mengetahui dunia luar dan dikenalkan ke banyak komunitas oleh orang tua kita, kok sekarang setelah besar hal-hal seperti itu jarang sekali ya? Itulah tahapan siklus hidup. Sama seperti brand atau produk, mereka juga mempunyai siklus hidup dan tahapan-tahapannya. Perlakuan perusahaan terhadap produk atau brand yang baru dikeluarkan tentu saja akan berbeda dengan brand atau produk yang sudah lama eksis di pasar.

Brand atau produk yang baru secara logika tentu belum dikenal target market kan, maka dari itu harus ada usaha keras untuk ‘mengenalkannya’ pada khalayak, ujung-ujungnya pasti butuh anggaran yang lebih besar juga. Apa sih yang paling mudah dilakukan? Ya iklan! Tapi jika melihat efek brand awareness yang tinggi di target market rasa-rasanya budget sebesar apapun ‘terbayar’ sudah (apalagi kalau penjualan meningkat tajam!Hehee!). Jadi untuk brand atau produk yang lebih dulu ‘lahir’, mbo ya jangan ngiri kalau budget iklannya tidak sebesar ‘adik’nya.

• Pangsa pasar dan basis konsumen
Di dunia bisnis, setiap brand mempunyai pangsa pasar tertentu, ‘berbagi’ dengan brand-brand lain di kategori produk yang sama. Ini jelas berhubungan dengan seberapa besar anggaran iklan yang harus dikeluarkan perusahaan. Karena semakin tinggi pangsa pasar brand perusahaan, semakin sedikit pula pengeluaran untuk iklan. Lho kok? Ya iya lah. Kalau brand perusahaan sudah sangat dikenal dan produknya dipakai banyak orang, usaha reminder lewat iklan juga ya jadi tidak perlu banyak-banyak lagi kan. Lain halnya dengan brand yang cuma punya pangsa pasar kecil, untuk memperbesarnya ya harus bikin iklan besar-besaran, sebesar pangsa pasar yang ingin dicurinya lah.

Dulu kecap Bango harus mati-matian berjuang merebut memperbesar pangsa pasar yang sebagian besar dikuasai oleh kecap ABC. Iklan pun gencar dilakukan (dibarengi juga dengan brand activation memang). Hasilnya, walaupun saya tidak tahu pasti seberapa besar kue pasar berhasil ‘dicuri’, tapi dari riset kecil-kecilan yang pernah kami buat mengenai kategori kecap, Kecap Bango lebih unggul dibandingkan Kecap ABC di target market ibu-ibu.

• Persaingan dan gangguan
Bukan sirik bukan dengki kalau perusahaan selalu ‘siaga’ dengan pergerakan pesaingnya. Boro-boro gangguan dari pesaing head to head / potensial, iklan pesaing subtitusi atau laten sekalipun bisa menjadi gangguan yang harus diantisipasi. Ever wonder why kok bisa-bisanya sepanjang jalan Wastukencana sampai Purnawarman dipenuhi dengan iklan provider telepon selular yang berbeda? Mulai dari Simpati, Axis, XL, dsb saling berjejer berdekatan. Lepas dari daerah itu dekat dengan Bandung Electronic Center, itulah yang memang harus dilakukan saat brand atau produk kamu memiliki jumlah pesaing yang sangat banyak dan agresif.

Saya masih ingat dulu cuma ada iklan XL disana (karena memang dekat dengan gedung XL Center), tiba-tiba muncul billboard Telkomsel yang diikuti juga dengan Axis. XL mungkin merasa itu adalah gangguan bagi brandnya, maka dari itu XL pun membuat baligo besar di depan gedungnya. Sah? Ya sah-saja donk! Tidak peduli sehebat apapun kulaitas dan fasilitas produk kamu, kalau tidak mampu menyaingi ‘sounding’ pesaing sih ya percuma. Lain lagi jika situasi persaingan dan gangguannya tidak sebesar itu, ya anggaran iklan juga tidak perlu dibuat besar-besar.

• Frekuensi iklan
Trust me, sama sekali nggak worthed kalau perusahaan bikin iklan yang bagus dengan anggaran pembuatan yang tinggi tapi cuma ditayangkan sesekali saja di media massa. Tidak mungkin tidak tahu kan kalau perkembangan dunia bisnis sekarang ini pesat sekali. Target market dijejali dengan banyaaaak sekali iklan berbagai macam produk yang sekategori maupun yang lain kategori. Terlalu banyak rangsangan yang masuk membuat mereka sulit mengingat iklan produk atau brand satu perusahaan. Kecualiiii…jika iklan tersebut sangat ‘mengena’ di hati dan sering ditayangkan.

Apalagi ada beberapa iklan yang atas nama kreatifitas memiliki alur cerita yang agak sulit dimengerti secara gamblang oleh khalayak. Teman sekantor saya pernah bertanya “maksudnya teh apa sih Bu?” ketika kami melihat iklan Citra Body Foam Aroma Therapy. Sempat amaze juga sih kok dia bisa tidak mengerti kalau maksud iklan itu saat si cewek sedih karena kue tart untuk ulang tahun ibu mertuanya jatuh di jalan tapi kemudian setelah mandi dengan sabun Citra yang memiliki aroma therapy yang bisa membuat pikiran dan hati merasa tenang, si cewek jadi punya ide untuk memberikan “hadiah” lain yang membuat si ibu mertua senang. Tanpa memberikan jawaban, saya menyuruh dia untuk memperhatikan baik-baik jika iklan tersebut muncul lagi, dan setelah kesekian kalinya melihat iklan itu dia baru bisa bilang “Ooohh…gitu maksudnya!” (Ya ampuunn…temannya siapa siiiih?? Heheee! ;p ).

Bagaimanapun juga, pengulangan akan membuat ingatan kita makin ter-up grade. Kalau mau brand perusahaan lebih diingat atau dikenal sama khalayak ya silakan perbesar frekuensi iklannya, kecuali kalau berpikir “ah cuma perlu reminder aja kok sesekali”, itu sih lain soal ya! =)

• Daya subtitusi produk
Maksudnya disini jika brand perusahaan ingin membangun citra atau positioning tertentu di target marketnya, maka perusahaan jelas memerlukan iklan secara besar-besaran. Apalagi jika brand yang perusahaan miliki mempunyai feature atau fasilitas baru yang berbeda dari yang sebelumnya dan ingin menginformasikannya kepada target market, iklan jelas dibutuhkan lebih banyak. Produk Hand Phone lebih banyak melakukakan hal ini karena memang inovasi mereka juga cukup tinggi frekuensinya.

Lihat saja Nokia yang kencang di inovasi, iklannya jelas-jelas lebih banyak dan lebih sering dibandingkan iklan Samsung. Ingin membangun citra sebagai rokok yang mengedepankan persahabatan, Sampoerna Hijau memasang iklan yang cukup agresif beberapa waktu yang lalu dengan menampilkan iklan seri gank Ijo. Efeknya, siapa sih yang tidak tahu gank Ijo dan Sampoerna Hijaunya? Saya saja yang waktu itu tidak tahu ada rokok Sampoerna Hijau jadi tahu. Semakin banyak yang ingin ‘disampaikan’ atau ingin ‘dibentuk’ pada target market mengenai produk atau brand perusahaan, ya logikanya memang semakin besar juga ya anggaran yang harus disisihkan untuk iklan.

Mungkin pada intinya perusahaan bukan mempermasalahkan besar-kecilnya anggaran iklan yang harus dikeluarkan, tapi mengapa iklan itu harus dibuat besar atau kecil. Cara terbaik ya itu tadi, mengkaji dengan lebih baik hal-hal khusus yang telah saya bahas di atas. Jika hal-hal itu telah dipertimbangkan, akan keluar anggaran iklan sebesar apa yang logis dikeluarkan kan. Nah, semoga dengan itu perusahaan tidak sia-sia ya dalam menganggarkan budget untuk iklan brandnya. Jangan sampai mau untung malah buntung! Hehee! =)

KREATIF?
IT A MUST MAN


“Temukan kejutan di dalam bakso anda..” itu tulisan yang saya baca di sebuah warung bakso di daerah Karang Tinggal Sukajadi. Pertama kali melihat warung tersebut saya ibu saya langsung komentar, “Ih, ada-ada aja yah orang teh, jadi bikin penasaran…musti dicobain itu mah baksonya. Kayanya enak yah..” Padahal kita cuma liat frontlitnya saja, warungnya sih belum buka karena masih pagi. Tapi frontlitnya lucu banget, karena ada gambar bakso dalam bentuk animasi lucu. Tiap pilihan rasa, ada animasinya, misalnya “Bakso Isi Daging Sapi” di pinggirnya ada gambar animasi bakso dengan gambar sapi animasi juga, lalu ada juga “Bakso Isi Jagung” dengan gambar animasi bakso yang sedang nyengir dan giginya bentuk jagung. Ada juga animasi bakso yang pake topi perang sambil pegang granat, lalu ada gambar cabe dicoret, tulisan dibawahnya “daerah aman”, ada lagi gambar cabe, tulisan dibawahnya “Hot”. Sebenarnya bakso dengan isi yang bermacam-macam sudah tidak aneh lagi, seperti bakso isi keju, bakso isi daging, dan lain-lain. Nah, yang jualan bakso semacam ini di penjuru kota Bandung juga sudah banyak banget. Kalau tidak pintar-pintar jualan, waaah bisa kesalip sama competitor bakso yang lain.

Seperti warung bakso yang saya lihat, karena punya keunikan, membuat kita jadi tertarik untuk mencobanya. Bahkan Ibu saya mengatakan kalau warung tersebut sangat kreatif…hmmm, bisa dibilang begitu sih…saat hampir semua tukang bakso jualan di gerobak atau mangkal, punya kedai bakso, bahkan punya restoran dengan banyak menu salah satunya adalah bakso, sepertinya itu sudah merupakan hal yang biasa. Coba deh tanya, siapa orang yang tidak suka bakso??sepertinya di Indonesia bakso sudah jadi makanan yang sangat amat membumi. Nah, karena sudah banyak orang yang jualan bakso ini, mereka berlomba-lomba membuat perbedaan/diferensiasi. Ada yang namanya unik, ada yang cara jualannya unik, ada yang pake ketokan bakso yang suaranya aneh, dan lain-lain.

Contoh diatas tadi merupakan salah satu contoh kecil saja, bagaimana sebuah usaha atau bisnis membuat sisi yang unik untuk menarik pelanggan dan membuat dagangannya laku. Nah, gimana dengan perusahaan???Sebuah perusahaan harus mampu mengembangkan produk mereka agar bisa diterima dengan baik oleh konsumen. Itu adalah hal yang mutlak. Tapi di tengah persaingan yang semakin ketat sekarang ini, perusahaan harus mampu memanfaatkan peluang agar tidak tenggelam di pasar. Seperti contoh warung bakso tersebut, membuat sesuatu yang unik dan penasaran sehingga mendorong orang untuk mau membeli produk kita. Hal-hal apa saja ya yang perlu diperhatikan?Mari kita bahas satu persatu.

Be Creative!!!
Ya, jadilah kreatif. Carilah inspirasi dari mana saja yang mampu memberikan ide brilian dalam memasarkan produk kita. Banyak contoh perusahaan atau bisnis yang tadinya kecil kemudian berkembang menjadi besar karena terinspirasi dari hal-hal kecil. Contoh kecil saja, Cireng Isi Bandung. Seperti kita ketahui, cireng (aci di goreng), biasanya isinya oncom atau bahkan polos. Tapi Cireng Isi Bandung ini punya cireng yang isinya bermacam-macam, seperti ayam, bakso, keju, dan sebagainya Sederhana tapi unik kan?Bisa dikatakan kreatif, karena mampu memunculkan sesuatu yang tidak biasa, dan pastinya mengikuti perkembangan pasar. Coba kalau kita flashback, beli cireng isinya hanya oncom melulu, dimana-mana tukang cireng jualan cireng berjenis demikian. Sebagai konsumen, kita akan merasa jenuh. Nah, supaya konsumen tidak jenuh maka jadilah tukang cireng yang kreatif dan jeli dalam melihat potensi pasar. Yaa Cireng Isi Bandung hasilnya….

Punya Diferensiasi
Ini juga hal yang harus diperhatikan, karena diferensiasi adalah yang membuat kita berbeda dengan yang lain, terutama dengan usaha yang menjual produk sejenis, misalnya bakso. Menurut Hermawan Kartadjaya ada tiga dimensi dalam diferensiasi, yaitu content (what to offer), context (how to offer), dan infrastructure (enabler). Content adalah apa yang ditawarkan kepada konsumen, yang pasti punya nilai/value. Misalnya bakso, nah kita menawarkan bakso yang rasanya enak dan pasti punya nilai bagi orang-orang yang lapar atau sangat doyan makan bakso, atau menganggap bahwa bakso adalah makanan pokoknya. Context adalah bagaimana kita menawarkan produk kita kepada konsumen. Ini berhubungan dengan cara kita menawarkan produk dengan sesuatu atau cara yang berbeda (dibandingkan tawaran pesaing), bisa berupa pelayanan, packaging, dan sebagainya.

Contoh kecil lagi, tukang bakso yang sering lewat di komplek perumahan tempat saya tinggal. Nah, abang bakso yang satu ini punya cara yang unik untuk menunjukkan pada orang-orang komplek bahwa dia adalah seorang tukang bakso…yang beda dengan yang lain tentunya. Abang bakso ini mengetok kentongan baksonya dengan irama yang unik, tidak hanya sekedar “Tok..Tok..Tok..Bakso..Bakso..”, tapi dengan ketokan yang iramanya seperti sebuah lagu. Nah, ini membuat si Abang Bakso jadi terkenal dan pastinya ditunggu-tunggu oleh para penggemarnya eh..pelanggannya. Yang terakhir adalah infrastructure, menunjuk pada teknologi (technology), SDM (people), dan fasilitas (facility) yang digunakan unutk menciptakan diferensiasi content dan context di atas. Contoh kecil lagi, saya pernah mengulas tentang penjual nasi goreng di komplek rumah saya, yang memanfaatkan teknologi sms untuk menarik pelanggannya. JAdi bagi pelanggan yang malas keluar rumah untuk beli makanan (biasanya anak-anak kost nih..) bisa sms saja, tunggu beberapa menit..abrakadabraa..langsung datang…dengan catatan abang nasi gorengnya lagi tidak banyak orderan. Ini juga merupakan salah satu contoh pemanfaatan teknologi untuk membedakan dengan pesaingnya.

Naah..contoh-contoh kecil di atas merupakan contoh yang sedrhana. Beberapa perusahaan besar pasti sudah banyak yang menerapkannya, tinggal bagaimana kita focus dan serius menggarap dua hal ini. Bagaimanapun sebuah perusahaan harus mampu mempertahankan eksistensinya di pasar dan membuat pelanggan terus membeli produknya. Dengan usaha, kerja keras, dan taktik yang jitu, bersiaplah untuk memenangkan persaingan.

JANGAN BIARKAN BRAND
ANDA TUA DAN TERLUPAKAN


Saya suka iseng-iseng memperhatikan sesuatu kalau sedang ada di dalam mobil, seperti yang saya lakukan pagi ini, ketika dalamm perjalanan menuju kantor. Kebetulan taxi yang saya tumpangi rutenya melewati sebuah area pertokoan yang bisa dibilang cukup ramai. Nah, yang jadi perhatian saya adalah toko-toko tua yang berjajar di daerah tersebut. Mungkin ketika masa-masanya Kota Bandung beberapa puluh tahun yang lalu, daerah tersebut merupakan salah satu pusat bisnis di Bandung. Saya teringat dulu waktu kecil, ibu saya sering sekali belanja di daerah tersebut. Tapi sekarang, setelah dibangun mall yang megah, toko-toko tersebut seakan tenggelam. Yang saya perhatikan adalah plang deretan toko-toko tersebut. Mungkin karena sudah terpampang sekian tahun lamanya, warnanya sudah pudar. Selain itu, di depan toko-toko tersebut banyak sekali pedagang kaki lima yang hampir menutupi trotoar dan otomatis pintu toko.

Menurut saya sih, daerah itu sudah tidak semenarik dulu lagi, dimana orang berdatangan dari segala penjuru kota Bandung untuk sekedar mencari sesuatu. Bahkan ada juga toko pakaian yang dulu namanya tenar sebagai toko fashion, dan berdiri paling megah diantara toko-toko lain sekarang kondisinya bisa dibilang hampir sama dengan yang lain. Saya sendiri sering kepikiran, sayang sekali kalau daerah ini tidak dipertahankan kembali sebagai salah satu pusat perbelanjaan di Bandung. Kenapa juga toko-toko tersebut tidak berusaha untuk “mempercantik” dirinya, mempertahankan keberadaannya, karena kondisi toko-toko tersebut seakan hidup segan mati pun tak mau. Padahal daerah tersebut merupakan daerah yang tingkat kemacetannya bisa dibilang tinggi, ramai dilewati kendaraan, dan merupakan salah satu jalan utama di kota Bandung. Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, di daerah tersebut telah berdiri sebuah mall megah yang menadi salah satu kunjungan utama masyarakat, baik yang berasal dari dalam maupun luar kota dan daerah tersebut merupakan akses utama menuju ke mall itu.

Kalau dihubungkan dengan masalah branding, sepertinya toko-toko tersebut memang perlu mem-brandingkan dirinya. Katakanlah ada satu toko yang menjual berbagai macam jam, mulai dari jam dinding, jam tangan, jam weker, dan sebagainya. Beberapa tahun yang lalu, toko ini merupakan tujuan orang-orang untuk membeli jam. Tapi sekarang, setelah berdirinya mall megah yang merupakan pusat perbelanjaan, toko tersebut tidak lagi menjadi tujuan orang-orang untuk mencari jam. Apalagi toko tersebut juga tidak berupaya untuk “mempercantik” penampilannya, memaintain pelanggannya, dan sebagainya. Sehingga lama-kelamaan toko tersebut seakan terlupakan, masih bertahan sih, tapi mau sampai kapan kalau dia tidak berubah??

Kita ibaratkan saja, nama toko adalah sebuah brand. Walaupun dia menjual berbagai macam barang bermerek, tapi tetap saja nama tokonya yang diingat. Contoh Indomaret, Alfamaret, Circle K, dan sebagainya. Tiap toko tersebut punya diferensiasi masing-masing, walaupun dari segi jenis dan karakterstik hampir sama, tapi mereka punya positioning yang berbeda-beda di benak konsumennya. Contoh kecil juga, di dekat rumah saya, ada sebuah minimarket “MAKMUR”, sampai sekarang mini market tersebut masih bertahan di tengah gempuran mini market seperti Alfamart, Indomart dan Circle K. Kenapa? Karena toko “Makmur” sudah punya langganan loyal. Jauh sebelum minimarket lain berdiri, dia sudah menjadi minimarket paling komplit diantara yang lain, sehingga banyak orang lebih senang belanja ke “MAKMUR”, karena merupakan toko one stop shopping. Tapi perlu diingat juga, pelanggannya yang loyal adalah pelanggan yang dari dulu sudah belanja disitu, sedangkan sekarang makin banyak penduduk bertambah, banyak pendatang dari manapun, nah, ini yang harus diantisipasi. Bahwa perkembangan zaman bisa berpengaruh pada bertahan/tidak suatu brand. Paling tidak ada beberapa hal yang harus diperhatikan :

Pertama.
Setiap produk pasti punya life cycle/siklus hidup. Seperti halnya manusia, ada empat tahapan dalam siklus hidup produk, yaitu (1) introduction /perkenalan;(2) growth/pertumbuhan; (3) mature/kedewasaan; dan (4) penurunan. Nah, dengan mengingat siklus tersebut, paling tidak kita tahu pada tahap mana mulai melakukan aktivitas mempertahankan brand. Apakah dengan melakukan perluasan produk, perluasan pasar, dan sebagainya. Alex Mulya Brand and Communication Specialist dari MarkPlus Inc, dalam tulisannya “Brand Rejuvenation” yang terdapat dalam buku “MarkPlus on Marketing:The Second Generation”, menyatakan perlunya rejuvenation (peremajaan) brand yang bisa dilakukan pada tahap growth, mature,atau bahkan pada saat produk kita sudah decline. Tujuannya adalah untuk menjaga momentum produk kita tetap berada pada posisi merek yang kuat.

Kedua.
Suatu brand menempati posisi istimewa dalam benak customer berdasarkan pengalaman masa lalu, pergaulan dan ekspektasi masa depan. Setidaknya itulah yang diungkapkan oleh Phillip Kotler dalam bukunya yang berjudul “Brand B2B Management”. Jika suatu brand sudah melekat dalam benak customer, maka tugas perusahaan untuk terus melakukan pengembangan brand tersebut sehingga benar-benar mampu memenuhi need, want, dan expectation dari customernya. Ingatlah, jangan terjebak dengan anggapan bahwa brand adalah milik perusahaan, karena sesungguhnya brand itu adalah milik customer.

Ketiga.
Jangan terlena jika sudah di posisi teratas. Ibarat roda yang selalu berputar, tidak selamanya kita berada dalam kondisi teratas, tidak selamanya pula kita berada dalam posisi yang stabil. Pasti akan selalu ada guncangan, baik yang berasal dari dalam perusahaan sendiri maupun yang berasal dari luar perusahaan. Seperti yang terjadi sekarang ini, ketika terjadi resesi , kondisi perekonomian seluruh dunia terguncang dan pasti mengimbas pada dunia usaha. Ini merupakan kondisi global yang mau tidak mau harus dihadapi oleh setiap perusahaan. Disinilah perlunya pengambilan keputusan yang cepat, apalagi jika perusahaan berada dalam kondisi permodalan yang sulit. Mau tetap bertahan atau menutup usahanya sekalian. Dalam keadaan krisis, setiap perusahaan dihadapi dengan kenyataan bahwa daya beli konsumen pasti akan menurun. Maka disinilah pentingnya melakukan aktivitas yang mampu mambuat customer setia pada brand kita, sehingga ketika terjadi krisis sekalipun tidak mengubah persepsi mereka pada brand kita, asalkan kita benar-benar focus pada peningkatan brand value yang ditawarkan kepada customer.

Jadi, bagi para pemilik brand, jangan selalu puas dengan apa yang sudah diraih. Jangan sampai akhirnya bernasib hidup segan mati pun tak mau.

Dec 9, 2008

PACKAGING PRODUCT,
PENTING NGGAK PENTING…
YA PENTINGLAH!



“Saya yang ke Jakarta? Emang temanya apaan Mas?”, tanya saya begitu big boss memberitahukan bahwa saya yang akan mewakili Creasionbrand mengikuti seminar yang diadakan oleh sebuah agensi di Jakarta. “Packaging!”, ujar beliau santai. Hhhmmm…sempat terlintas di kepala saya perasaan unextited mendengar tema seminar yang akan saya ikuti tersebut (Well, sebenarnya istilah ‘seminar’-nya itu sih yang bikin saya ilfeel, kenapa panitia tidak bikin istilah lain yang tidak langsung membentuk persepsi ‘boring’ sih?).

Saya berpikir lgi, untuk apa saya mengikuti seminar mengenai packaging ya? Is it worthed enough for me? Ah tapi langsung terngiang rasanya pesan para bos setiap briefing, “Brand Associate itu harus jadi orang paling pinter di kantor, harus tahu banyak tentang banyak hal!”. Yah, terpaksa deh ikut! (Hehee, sebenarnya saya juga ingin tahu sih sebagus apa materi seminarnya). Mengikuti sebuah seminar memang tidak mungkin useless, pengetahuan dan pemikiran saya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan packaging produk jadi semakin berkembang.

Mungkin masih banyak orang yang berpikir kenapa sih perusahaan harus repot-repot mengurusi masalah packaging, yang penting kan kualitas produknya! Yup! Mereka benar, kualitas produk tentu menjadi hal terpenting dari semua hal dalam sebuah produk, tapi jangan pernah beranggapan jika packaging itu hal keseratus yang harus dipikirkan lho! Memangnya mereka pikir kenapa Starbuck menempatkan kopinya di gelas plastic dan kertas selucu itu, dengan pemilihan bahan dan design yang keren, bukannya cukup di gelas plastik biasa saja? Kok mau-maunya Cireng Keraton bikin box sebagus itu untuk cirengnya, kenapa tidak pakai box seperti nasi dus yang biasa saya dapat kalau ada selametan? Cuma cireng getho loookkhh! (*anak gaul mode on! ;p).

Kalau kita bicara jaman penjajahan sih boleh-boleh saja berpikiran kalau semua usaha pembentukan packaging itu tidak worthed. Kalau bicara jaman sekarang sih jangan berani-berani deh! Cireng Keraton, Starbuck, J Co dan banyak perusahaan lain yang ‘serius’ dengan packaging produknya pasti merasakan betul pentingnya sebuah packaging. Terus memang kenapa packaging jadi penting?

1. Persaingan itu kejam!
Yah siapa yang tidak tahu kalau sekarang ini persaingan di dunia bisnis, khususnya retail, semakin tajam? Sebutkan ada berapa banyak merek soft drink, kosmetik, snack, vitamin, sabun, parfum atau kategori produk lain di pasaran? Wah kalau saya sih pasti tidak bisa menjawab dengan tepat. Banyak banget kan! Terus prakteknya berbagai merek itu semua disimpan di satu rak di warung, toko atau supermarket, nah bagaimana merek A bisa lebih menarik dari produk B, C, atau D di mata konsumen? Percaya deh, tidak banyak orang yang punya waktu lebih untuk memperhatikan semua merek tersebut. Biasanya, mata konsumen akan langsung tertuju pada produk yang packagingnya menarik dan beda dari yang lain. Kesan pertama begitu menggoda. Istilah itu 100% benar!

2. ‘Harga diri’ perusahaan dipertaruhkan
Sampai perang urat saya dengan mama ketika kami memutuskan akan menggunakan dus nasi seperti apa untuk selametan wisudaan saya beberapo tahun yang lalu. Saya yang bersikukuh untuk menggunakan dus nasi dari karton seperti biasa saja untuk menghemat, dan mama yang bersikukuh juga untuk menggunakan dus nasi dari bahan sterofoam. “Biar keliatan lebih bagus,Teh! Malu atuh kalau cuma pake dus karton gituh. Nanti diomongin tetangga kaya yang nggak modal! Malu ah!”. –Malu-. Kalau mama saya saja sudah punya pikiran seperti itu, apalagi perusahaan donk? Perusahaan kecil saja banyak yang concern memperhatikan packaging produknya biar kelihatan ‘wah’. Masa perusahaan besar yang punya banyak produk terkenal tapi packaging produknya jelek atau biasa saja? Apa kata duniaaaa?? (*diucapkan seperti iklan pajak di tv-tv yak! ;p)

3. Konsumen makin “belagu”
Selain brand, yang bisa memberikan pride pada konsumen yang membeli produk tersebut ya packaging-nya. Contohnya yang tadi itu, konsumen tidak akan malu menenteng-nenteng kotak Cireng Keraton walau yang dibelinya cuma cireng. Konsumen Mc Donalds tidak merasa ‘ribet’ atau ‘risih’ saat membeli Mc Flurry untuk dimakan sambil dibawa-bawa karena packagingnya. Pertama, packagingnya menarik dan jelas memberitahukan kalau itu adalah produknya Mc. Donalds (gengsi naik kan?). Kedua, packagingnya ‘save’ dengan tutup gelas yang sedikit tertutup (‘aman’ dibawa dan higienis karena meminimalisir debu yang masuk kan?). Itu lah kenyataannya sekarang, orang tidak terlalu masalah lagi jika harus membayar ‘lebih’ asalkan gengsi terjaga, higienis, keren, dan aman. Belagu yah? Ember! Tapi mau gimana lagi? Hehee..!

4. Meninggikan value produk
Balik lagi ke cireng ya (duh lama-lama saya mabok cireng nih, kamu nggak kan! ;p). Ada cireng yang sama yang dimasukkan ke dalam dua box. Box yang satu berbahan art papper 260 gram, berbentuk segi enam bisa dijinjing (seperti box Dunkin Donuts) dengan desain yang keren, box kedua berbahan karton biasa berbentuk kotak seperti dus nasi tanpa desain sama sekali. Nah, menurut kamu cireng di kotak mana yang bisa dihargai mahal dan bergengsi? Box pertama donk pasti? Itu dia, packaging bagaimana pun juga berpengaruh besar terhadap tinggi-rendahnya value sebuah produk. Orang dengan sendirinya membentuk persepsi tersendiri begitu melihat packaging produk. Semakin bagus dan keren packagingnya, semakin tinggi value yang bisa didapatkan produk tersebut.

Naaahh…sekarang kebayang jelas kan seberapa besar peran packaging untuk produk, perusahaan, bahkan konsumen sekalipun. Nampak sepele padahal penting. Kaya panu di kulit deh, kaya sepele tapi penting untuk dibasmi demi penampilan, harga diri, dan kesehatan! (Heheee…kalimat penutup yang garing ya? Abaikan saja! ;p)

AXIS YANG BAIK &
ENAM KUNCI SUKSES


Kemarin saya seharian di rumah, dan kesempatan saya gunakan untuk menonton televisi. Lagi asyik-asyiknya menonton program di salah satu televisi swasta, tiba-tiba muncul iklan yang menarik bagi saya. Iklan salah satu provider yaitu AXIS yang menceritakan kisah seorang anak yang berasal dari daerah di Jawa Tengah. Dia digambarkan sebagai seorang anak yang hobi membuat layang-layang. Dan dalam usahanya itu, dia tidak pantang menyerah supaya bisa membuat satu layangan. Walaupun dia harus lari-lari mengejar layang-layang sampai naik-naik ke atas pohon. Sang provider menggambarkan anak itu sebagai cerminan perusahaan dalam menjalani usahanya sebagai salah satu provider yang layak bersaing.

Hari gini, dimana persaingan antar provider begitu ketat, provider yang satu ini memang layak untuk diperhitungkan. Apalagi para provider lagi gencar-gencarnya perang harga, setiap iklan yang ditampilkan menyuguhkan persaingan dan saling menjatuhkan satu sama lain, baik itu provider GSM maupun CDMA. Kalau sudah begini, tampaknya persaingan antar provider sudah mulai tidak sehat dong…padahal setiap konsumen bisa jadi sudah merasa jenuh dijejali iklan yang penuh dengan kata-kata saling menjatuhkan. Ujung-ujungnya banyak yang menjadi korban iklan dan malah akhirnya kecewa karena kenyataan tidak sesuai dengan janji yang diberikan (apa ini berarti pembodohan konsumen ya????).

Okey, balik lagi ke iklan yang menarik..nah, yang mau saya kupas disini adalah enam hal yang dilakukan oleh seseorag untuk mencapai kesuksesan dan itu bisa dijalankan olah siapapun. Apa saja sih keenam hal itu? (saya ambil dari iklan tersebut, menurut yang saya tangkap tentunya).

Pertama. Penuh Semangat.
Dalam iklan ini digambarkan si anak kecil yang penuh semangat mengejar sebuah layang-layang, supaya dia bisa membuat layang-layang tersebut. Hal ini pula yang bisa diterapkan dalam sebuah perusahaan. Penuh semangat untuk mencapai tujuan. Karena untuk mendapatkan sesuatu yang diharapkan tidaklah mudah, apalagi sesuatu itu adalah membuat kita menjadi besar nantinya. Dibutuhkan ketekunan dan jiwwa yang tidak kenal lelah. Maka ajaklah semua orang yang terlibat dalam perusahaan, untuk selalu penuh semangat dalam menjalankan pekerjaan.

Kedua. Pantang Menyerah.
Prinsip kedua ini menggambarkan bagaimana si anak pantang menyerah demi mendapatkan sebuah layang-layang, walaupun harus naik ke atas pohon yang sangat tinggi. Tapi inilah kunci awal dari sebuah kesuksesan. Dengan sikap yang pantang menyerah, kita dapat mengejar apa yang kita inginkan seklaipun itu adalah hal yang sulit untuk dicapai. Sebuah perusahaan harus mampu menciptakan sikap pantang menyerah di dalam setiap individu karayawannya.

Ketiga . Penuh Inspirasi.
Ketika hendak menghasilkan sesuatu katakanlah itu sebuah produk, kita pasti memerlukan inspirasi. Seringkali kita menemukan inspirasi di saat sedang memperhatikan sesuatu. Nah, dalam iklan ini digambarkan si anak yang penuh inspirasi dalam membuat layang-layang. Dia tidak hanya membuat layang-layang yang motifnya monoton, tapi dalam berbagai motif. Banyaknya model yang ia buat karena terinspirasi dari sesuatu yang terkadang luput dari perhatian kita. Begitu pula dalam sebuah perusahaan, kita harus jeli melihat sekitar kita, karena terkadang dari situlah inspirasi muncul.

Keempat. Kaya Inovasi.
Si anak digambarkan sebagai seorang yang kaya inovasi, setelah membuat layang-layang dalam berbagai motif, kemudian ia engambangkan ide membuat layang-layang dalam berbagai bentuk, tidak hanya bentuk umum layang-layang yang berbentuk segi empat atau jajaran genjang, tapi bentuk yang tidak umum seperti bentuk ikan, kubus, dan sebagainya. Sebagai sebuah perushaan, kita juga dituntut demikian, mengingat zaman yang senantiasa berubah, perkembangan teknologi yang semaikan canggih, perkembangan pasar dan persaingan yang semakin ketat, menuntut kita unutk selalu berinovasi. Contoh yang kongkrit mungkin bisa kita lihat dari perusahaan yang bergerak di bidang otomotif. Mereka akan selalu berinovasi, baik dari model, mesin, kapasitas bahan bakar, komponen, dan sebagainya. Ingatlah bahwa keinginan dan kebutuhan konsumen akan selalu bertambah, jadi bagaimana caranya perusahaan dapat memenuhi need, want, dan expectation konsumen melalui inovasi.

Kelima. Kompetitif.
Sebagai sebuah perusahaan yang berada dalam pasar yang luas dan pesaing yang dekat, kita harus punya sikap kompetitif. Berbagai aspek bisa kita jadikan core competency yang kompetitif, baik itu dari segi harga, segi kualitas dan layanan, produk yang bervariasi, kemudahan bertransaksi dan sebagainya. Seperti yang dilakukan oleh si anak ketika menjual layang-layang buatannya. Dia memasang harga yang kompetitif dengan pedagang layang-layang lainnya. Ini menunjukkan bahwa layangan buatannya layak bersaing dengan pedagang layangan lain yang mungkin sudah lama berjualan di pasar, bahwa layagan yang dia buat tidak kalah bagus dan menarik dengan layangan pedagang yang lain. Tujuannya dari sikap kompetitif ini adalah agar konsumen percaya bahwa produk buatan kita mempunyai nilai dan kualitas yang baik. Raihlah kepercayaan konsumen, karena dengan begitu akan lebih mudah bagi kita untuk memenuhi need, want, dan expectation konsumen.

Keenam. Memberi yang terbaik.
Selama beberapa waktu si anak berjualan layang-layang dengan harga yang kompetitif ternyata dagangannya tidak begitu laku. Satu layangan dia hargai 2000-3000 rupiah, kemudian dia menurunkan harga menjadi 2000 rupiah/2 layangan. Setelah itu langsung layangannya diserbu oleh anak-anak kecil di sekitarnya. Si anak jeli dalam melihat situasi, dia berpikir bahwa harga yang dia tawarkan terlalu tinggi, sedangkan yang biasanya membeli layangan adalah anak-anak. Akhirnya dengan strategi promosi yang tepat, dia mampu menarik pembeli yang mayoritas adalah anak-anak.

Ini digambarkan sebagai komitmen sebuah perusahaan yang selalu berupaya untuk memberikan yang terbaik bagi konsumennya. Tapi komitmen ini tidak harus selalu dengan memberikan harga yang murah, tapi yang sesuai untuk target market kita. Kuncinya adalah pahami target market kita, siapa yang akan menjadi konsumen kita, penuhi need, want dan expectationnya, kemudian berikanlah sesuatu yang terbaik bagi konsumen, karena merekalah yang membeli produk kita dan mereka jugalah yang membuat produk kita dikenal di masyarakat.

ngubek.com
PILIHAN UTAMA
DIRECTORY BANDUNG?


Eh lo tau ga hotel apa nih yang bagus buat tim marketing liburan di Bandung, eh ato mending vila kali yah daripada hotel ato mending penginapan seperti losmen-losmen gitu biar kerasa gitu suasanya? Trus-trus ntar kalo makan di mana nih yang kira-kira khas dan yang bandung banget deh makanannya? Eh sekalian deh kalo belanja ntar bagusnya kemana yah? Trus mending naik apa men ke sananya, kita ada 15 orang nih?. Tidak lama, dua hari kemudian giliran dari tim promosi bertanya persis sama dengan apa yang ditanyakan oleh tim marketing.

Buset dah dikira gua direktori bandung apa, kenapa juga tidak bertanya dengan om google ajah, toh pasti ketemu, tinggal ketik “hotel, bandung”, ato “cafe, bandung” ato what everlah yang ada bandungnya nanti juga muncul dan tinggal dilihat sendiri. Yah sebetulnya sih bukan tidak ingin memberitahukan, tentu saja sebagai warga Bandung gua mengerti sekali tempat-tempat seperti itu, namun kadang-kadang memang kalo memberitahu itu ada ga enaknya karena jadi semacam responsible dan tekanan moral bila nanti ternyata tidak puas dengan rekomendasi yang kita berikan kepada teman-teman kita he.......he. kira-kira gini nih kata-katanya yang sudah pernah terjadi “yah elo, kok tempatnya ga enak yah, makanan juga biasa” nah buset khan, kenapa jadi gua yang salah, nurut gua sih makanannya enak dan tempatnya nyaman.

Di kereta perjalan dari Jakarta menuju bandung pertanyaan-pertanyaan teman-teman saya tersebut masih terus mengganggu pikiran saya, kok anehyah pertanyaan mereka itu, sepertinya susah sekali mencari informasi tentang bandung, apa tidak ada website atau direktori yang memuat segala hal tentang Bandung? Nah pertanyaan ini juga kemudian mengganggu perjalan tenang saya sambil ditemani secangkir teh hangat yang disuguhkan pramugari kereta, “hhmm bener juga yah, apa website, situs atau blog tentang bandung? Kok gua ajah sampe ga tau, padahal sudah bertahun-tehun tinggal di bandung, sumpah deh ga ada satupun yang melekat di kepala gua mengenai situs, website, blog, milis atau apapun yang berkenaan dengan bandung”.

Waktu berlalu, pada akhirnya usul gua dipake juga oleh tim promosi untuk menginap di vila istana bunga, yah selain atmosper Bandung masih sangat berasa di sana, dari sisi biayapun jauh lebih murah. Untuk sekitar 20 orang lebih, kita mendapatkan vila 4 tingkat dengan 5 kamar pada harga 4 juta 3 hari 2 malam, coba ajah bandingkan dengan hotel kalo ga percaya he.......he. Lagi pula menurut gua kalo mau cari udara Bandung yah pergi di sinilah atau Dago atas, kalo di kota sih suasananya sama ajah (nurut gua loh).

Waktu kemudian berlalu lagi, iseng dengan teman-teman kantor bandung mengunjungi salah satu tempat favorit baca buku impor dan ngobrol yaitu di jalan siliwangi bandung, sedikit cerita nih tempat keren abis deh, lo bisa masuk dan baca buku impor sepuasnya tanpa dikenakan biaya, ato kalo haus dan lapar bisa pesan makanan yang lezar dengan harga yang murah lagi, belom lagi bisa wife dan kerennya lagi semua buku boleh dibeli dengan harga yang tertera di belakangnya. Sangking murahnya (nurut gua nih) sampe-sampe gua sama temen-temen beli 3 buku padahal jujur ajah baru pertama kali itu berkunjung ke tempat tersebut. Nah setelah 5 paragrah baru deh benang merah semua cerita diatas tersambung, ditempat inilah kemudian gua mengambil sebuah flyer a5 dengan judul NGUBEK.COM.

ngubek.com, Bandung city Guide, ternyata ada juga sebuah website yang yang memuat directory listing tempat-tempat belanja, nongkrong, makan, hotel, tranportasi dan masih banyak lagi di bandung ato memang gua yang kurang gaul jadi ga tau yah. But my point is dari semua pertanyaan yang muncul dari teman-teman jakarta ada sebuah data menarik, mosok satu kantor dengan jumlah ratusan orang jakarta yang sering juga bolak balik bandung tidak ada satupun brand website, milis, atau apapun itu yang berhubungan dengan dengan dunia maya tentang bandung yang melekat dibenak mereka? Yah gua sedang tidak membahas versi papernya karena media ini punya punya banyak keterbatasan karena berbentuk fisik, seperti tertinggal, merepotkan untuk dibawa, tidak lengkap secara visual dan sebagainya.

Seingat gua sih pernah ada Cuma gua juga lupa ha.....ha makanya ujung-ujungnya om google lagi yang diandalkan untuk melakukan pencarian tersebut. Nah dengan bertemunya gua dan ngubek.com mungkin mulai saat ini inilah website yang akan paling gua andalkan untuk direkomendasikan kepada siapapun yang bertanya tentang bandung he.....he. Yah kalo ada yang bertanya apa hubungan dengan gua, 100% ga ada, Cuma ikut menyebar luaskan informasi Bandung ajah, yah itung-itung bentuk kecintaan gua pada daerah ini.

Ok back to business, sebelum tulisan ini diBUAT tentu sajah gua tidak sembarang melakukan rekomendasi dan menuliskannya untuk menjadi konsumsi publik, ada beberapa kriteria yang gua perhatikan untuk kemudian memutuskan mengangkat ngubek.com sebagai bahan tulisan ini. Kriteria ini berhubungan dengan bagaimana sebuah website bisa mengundang banyak pengunjung dan menjadi preferensi bagi siapapun yang membutuhkan informasi yang diberikan oleh website tersebut serta pada akhirnya mampu membentuk sebuah komunitas yang mau berdiskusi, memberikan masukan, komplain dan sebagainya di web tersebut. Ok coba kita kaji satu per satu yuk.

Pertama, Mengertilah Siapa Konsumen Ente
Hal ini adalah persyaratan mutlak untuk mampu sukses di jagat internet. Mengerti siapa konsumen dan market yang dituju. Ketika meluncurkan sebuah website katakalan directory mengenai bandung, pemilik website harus-betul-betul bisa mendalami dan memetahkan siapa saja yang akan menjadi target market dari website tersebut, dengan mengerti target market yang dituju pemilik web bisa mempelajari prilaku penggunaan internet seperti situs apa sajah yang dikunjungi, milis apa sajah yang sesuai, website apa saja dimana komunitas tergabung dan aktif dan sebagainya.

Dengan melakukan pemetaan terhadap target market yang dituju pemilik web dapat memfokuskan banyak hal sesuai dengan informasi tersebut, katakanya dalam hal promosi misalnya, jika kita mendapatkan informasi bahwa sebagai besar “pelancong” ke bandung adalah keluarga yang cukup mapan, dimana kepala keluarganya berkerja sebagai pekerja kantoran atau pengusaha dan biasanya mereka sering membuka kompas.com atau detik.com, maka tentu akan sangat efektif bila salah satu media dimana kita akan mempromosikan produk tersebut adalah kedua media diatas. Atau dari informasi sebagia besar target market bergabung di dalam milis marketing, business atau sejenisnnya misalnya, nah tentu effort dan aktivitas promosi harus diarahkan ke milis tersebut dan sebagainya.

Nah walaupun baru diluncurkan dan promosinya mungkin masih belum terdengar, melihat bagaimana mereka meletakan brosurnya, gua pikir mereka sudah melakukannya dengan tepat sehingga orang yang tepat menerima dan membaca brosur tersebut dan bolapun terus bergulir, iya nggak he......he.

Kedua, Konten, Konten dan Konten
Apa sih yang paling penting selain konten bagi sebuah website? Mungkin inilah hal terpenting bagi sebuah website untuk dikunjungi, tampilan sebagus apapun, promosi segila apapun tanpa konten yang sesuai dengan need, want dan expectation dari target marketnya akan sia-sia semua hal tersebut. Kadang-kadang saya malah berpikir inilah kunci kesuksesan seluruh website yang ada di dunia ini ha.....ha berlebihan yah atau memang iya?. Coba kita lihat top ten website dengan sumber Alexa: Yahoo, Google, You Tube, Windows Life, Facebook, MSN, Myspace, Wikipedia, Blogger dan Yahoo Jepang, faktor apa yang paling menentukan kesuksesan mereka semua? Konten di dalamnya titik. Yah tentu kita tidak mengesampikan faktor-faktor lainnya yang membuat situs tersebut terkenal.

Nah bagaimana dengan ngubek.com, apakah dari sisi konten mampu memberikan apa yang menjadi keinginan, kebutuhan dan harapan dari para pelancong internet yang membutuhkan informasi tentang Bandung? Dari hasil surver saya rasa ngubek.com ini memberikan informasi yang cukup lengkap mengenai tempat makan di bandung walaupun ada beberapa tempat dari hasil search tidak ada di website tersebut, tapi untuk ukuran situs yang baru dilaunching pada tanggal 26 november 2008 informasi yang diberikan sudah sangat lengkap. Mungkin jika ada yang perlu ditambahkan adalah images-images yang bisa dilihat langsung di website atau link ke website tempat yang dicari.

Tapi sekali lagi untuk new commer website ini sudah mampu memberikan konten yang sangat informatif bagi yang membutuhkan informasi tentang bandung, di sini anda bisa mendapatkan tempat-tempat kulinair, informasi hotel, tempat hiburan, tranportasi, seni, olahraga dan sebagainya dengan cukup lengkap bahkan Anda bisa membaca testimonial beberapa tempat tersebut, yah sekedar untuk membanding-bandingkan he....he.

Ketiga, Upgrade.
Kalo Anda pernah menonton matrix 2, ada kalimat yang sangat saya sukai yang diucapkan oleh Neo ketika lawannya bertanya mengapa kemampuan menjadi sangat hebat, Neo menjawab “Upgrade”, yah begitulah jika Anda ingin bertahan dan terus berada di daerah pertempuran untuk kemudian berharap menang, anda harus upgrade. Websitepun demikian, selalu tampilkan hal-hal baru baik itu berita, fasilitas atau apapun yang membuat konsumen Anda untuk selalu setia. He...he coba kita bayangkan detik.com beritanya itu-itu ajah, wah wah dijamin ga ada lagi yang mengunjunginya, dengan selalu mengupgrade dengan berita-berita terbaru, kesetiaan saya untuk terus berkunjung selalu terjaga.

Nah semoga saja ngubek.com ini bisa selalu upgrade baik itu dari informasi maupun fasilitas yang memang sesuai kebutuhan dari dari pengunjung situsnya. Belom bisa komen juga sih he....he soalnya baru tau dari brosur.

Keempat, Perhatikan Donk Brand Brandnya.
Nah ini dia nih mungkin yang paling kacau, kok sampe-sampe ga ada brand yang melekap dikepala gua dan teman-teman kantor mengenai website apa yang bisa dikunjungi kalo mau tau bandung khususnya dalam bidang hiburan, reksreasi, kulinair dan sebagainya. Yah seperti yang pernah gua bilang, rasanya sih pernah ada yang seperti ini cuma sudah lupa tuh.

Membangun brand, meletakkannya dibenak konsumen dan terus konsisten menjaga awarenessnya jelas bukan pekara mudah, apalagi untuk brand-brand yang dibangun atas dasar idealiasme dan tidak pure komersial. Anda bisa saja menjadi terkenal dalam satu bulan dengan iklan yang gila-gilaan tapi 2, 3 atau 5 tahun ke depan ketiga dana sudah seret, penjualan kurang baik, apa jadinya brand Anda saat itu? karena itulah setiap perusahaan atau produk perlu menyusun branding strategynya dengan tepat dan konsisten, yah konsisten di sini bukan hanya masalah promosi tentunya namun juga menyangkut konsistensi internal baik itu dana, sikap, prilaku dan budaya yang menopang brand tersebut.

Nah kembali ke ngubek.com, konsistensi untuk terus membangun dan menjaga brand ini harus menjadi salah satu prioritas utama timnya, visi dan misi harus dibangun dan secara konsisten terus menerus di evaluasi, dan setiap strategi harus disusun secara detail serta konsisten dalam pelaksanaannya.

Tentu saja ngubek.com berharap kelak jika mau cari info tentang bandung semua orang baik di jakarta maupun bandung langsung serentak menyebut “liat ngubek.com ajah”, “kemane ajeh lo kagak tau ngubek.com” he......he, yah semogalah, kita lihat saja perjalan mereka untuk menjadi pilihan utama directory bandung.

HATI-HATI PERUSAHAAN
ANDA TERJANGKIT VIRUS!

Perusahaan dapat dianalogikan sebagai tubuh manusia, karena pada dasarnya perusahaan bukanlah benda mati, melainkan hidup, yang terdiri dari sekumpulan manusia yang membentuknya. Sama seperti manusia seringkali sakit, perusahaanpun dapat mengalami kondisi “sakit” ini yang bisa jadi membawanya pada kematian.

Jika Anda adalah seorang pemiliki perusahaan atau berada dalam jajaran manajerial atas sebuah perusahaan, Anda harus selalu waspada dan memantau kesehatan perusahaan Anda. Berbagai informasi penting untuk Anda ketahui sebagai tanda yang memastikan bahwa perusahaan Anda dalam keadaan sehat atau sakit. Dan jika memang Anda menemukan gejala-gejala sakit dalam perusahaan Anda, sebaiknya Anda melakukan pembelajaran yang lebih jauh mengenai penyakit apa yang sedang dialami. Jalan terbaik mungkin menemui konsultan, dalam hal ini berfungsi seperti seorang dokter. Tetapi jika Anda ingin mencoba mempelajarinya sendiri terlebih dahulu, semoga pembahasan di bawah ini dapat membantu.

Gejala-gejala.
Seperti pada saat anda akan terjangkit flu, anda merasakan meriang, batuk-batuk dan hidung tersumbat. Begitu juga dengan perusahaan Anda, akan mengalami gejala-gejala dalam menghadapi suatu penyakit kronis. Anda dapat mengecek pada daftar di bawah ini, apakah perusahaan Anda mengalami gejala-gejala penyakit?

Daftar beberapa tanda-tanda peringatan akan datangnya kegagalan sebuah perusahaan :
  • Profitabilitas yang buruk
  • Posisi pasar merosot
  • Ketidakmampuan melunasi kewajiban-kewajiban kas (posisi kas buruk)
  • Turn over karyawan tinggi
Virus penyebab kegagalan.
Penyebab sakitnya perusahaan Anda sudah dapat dipastikan yaitu virus! Tapi virus seperti apa yang harus Anda pastikan, agar Anda dapat mengambil langkah pengobatan yang tepat. Michael Teng dalam bukunya Corporate Turnaround mengkategorikan virus perusahaan menjadi 2, yaitu internal dan eksternal. Coba amati dengan seksama, mana yang menjadi virus utama perusahaan Anda.

Virus Internal :

Problem Manajemen
  • Penundaan
  • Keangkuhan
  • Ketidakmampuan CEO/manajer
  • Menolak Perubahan
  • Buruknya Kualitas Karyawan
  • Penyimpangan Internal Kontrol
Buruknya kontrol keuangan
  • Arus kas
  • Sistem akuntansi
  • Kontrol anggaran (budget)
Kelemahan Operasional
  • Tingginya biaya
  • Perencanaan logistik yang buruk
  • Buruknya pemasaran
Problem sumber daya manusia
  • Perilaku negatif
  • Tingginya perputaran karyawan
  • Faktor lainnya
Kegagalan proyek utama
  • Pembiayaan Hutang yang berlebihan

Virus Eksternal :
  • Campur tangan pemerintah
  • Krisis ekonomi
  • Kekacauan politik
  • Pesaing usaha yang lebih efisien
  • Apresiasi/Depresiasi mata uang
  • Perubahan perilaku konsumen
  • Isu-isu lingkungan/kesehatan
  • Perkembangan teknologi
  • Bancana alam
  • Kelangkaan tenaga kerja/bahan baku
  • Kerusuhan buruh
  • Serangan teroris
Mengetahui virus apa saja yang menjangkiti perusahaan Anda, memudahkan Anda untuk menentukan langkah penyembuhan. Secara garis besar, dalam menangani perusahaan yang sakit, 3 tahap penting dalam proses penyembuhan adalah sebagai berikut.

1. Diagnosa
Proses diagnosa dilakukan dengan melakukan riset internal berkaitan dengan seluruh elemen yang dilalui dalam proses bisnis. Termasuk di dalamnya dari segi operasional, produksi, keuangan, sumber daya manusia hingga manajemen inti. Diagnosa dilakukan setelah berbagai data dan fakta yang kuat berkaitan dengan sumber permasalahan ditemukan. Tabel virus internal dan eksternal milik Michael Teng di atas dapat membantu Anda memetakan permasalahan dan mendiagnosa penyakit perusahaan Anda.

2. Pembedahan
Pembedahan merupakan proses mengatasi penyakit yang ada. Sama seperti pembedahaan di ilmu kedokteran, nilai konsentrasi dalam tahap ini adalah penting. Di mana seorang CEO yang mengambil alih perbaikan harus memiliki kemampuan untuk dapat memutuskan fokus mana yang terdahulu, yang harus dikonsentrasikan, baru kemudian melanjutkan ke tahap perbaikan selanjutnya. Proses pembedahan ini sesuai dengan virus yang terdeteksi. Misalnya untuk penyembuhan dikarenakan virus internal, diperlukan perombakan atau penyusunan ulang terhadap sumber daya dan sistem internal. Kunci dari perombakan internal ini adalah keberadaan seorang CEO yang mampu menyelamatkan perusahaan. Seperti Sun Tzu menyatakan : “Apabila seorang jendral lemah dan tidak punya wewenang, apabila perintahnya tidak gamblang dan jelas, apabila tidak ada tugas rutin yang diberikan para para perwira dan para prajurit serta kepangkatannya disusun secara sembarangan, akibatnya adalah kekacauan.”

Sedangkan dalam menangani virus eksternal, dibutuhkan lebih banyak langkah strategis selain harus didukung pula proses yang solid dari internal. Virus eksternal bersifat lebih sulit disembuhkan.

3. Perawatan
Sama seperti orang yang baru sembuh sakit, tentu saja perlu adanya tindakan perawatan. Seorang pasien yang baru operasi jantung, tidak diperbolehkan untuk langsung pulang, tetapi menjalani proses perawatan untuk menjadikan kondisi tubuhnya lebih stabil. Begitu pula dengan perusahaan yang menjalani proses penyembuhan, setelah melakukan langkah-langkah pembaharuan, diperlukan langkah-langkah perawatan yang menjamin kestabilan perusahaan. Hal ini diwujudkan dalam pelaksanaan sistem kontroling yang ketat dan sinergis. Proses perawatan ini pula menitikberatkan pada tujuan jangka panjang sehingga sangat sulit untuk diukur keberhasilannya dalam waktu yang singkat.

Berbagai program yang berkesinambungan diciptakan untuk menjaga kondisi perusahaan tetap stabil, sambil terus memasukkan informasi perkembangan eksternal sebagai pertimbangan pengambilan langkah strategis yang relevan.



OBJECTIVES, GOALS
BUAT SESEMPURNA MUNGKIN YUK!


Entah karena saya masih tergolong “orang baru” atau karena saya tidak terbiasa, tapi saya terkadang ‘panik’ jika klien atau calon klien bertanya pada saya mengenai apa sasaran atau tujuan atau target dari program-program yang saya ajukan. Tentunya yang secara riil ya, bukan yang hanya sebatas meningkatkan brand awareness, meningkatkan penjualan, membentuk brand loyalty, dan sebagainya. Belum lagi jika mereka bertanya bagaimana saya bisa membuat program-program dan menetapkan tujuan atau target atau sasaran yang diajukan. Hah? Dulu kadang rasanya saya ingin memaki dri sendiri karena tidak menyiapkan diri untuk pertanyaan-pertanyaan seperti itu atau kenapa saya tidak menyiapkan ajuan yang tidak akan menimbulkan pertanyaan seperti itu. Namun dengan proses belajar dan gemblengan dari para senior serta bos saya, sekarang saya tidak pernah takut menghadapi pertanyaan-peretanyaan seputar itu.

Saya jadi terbiasa menyiapkan ajuan sejelas mungkin, baik itu sasaran atau tujuan atau target yang hendak dicapai dari program-program yang saya buat. Selain itu dalam membuat program dan memikirkan tujuan/ sasaran/ target, saya biasanya memikirkan dahulu hal-hal di bawah ini:

1. Masuk Akal
Kita bisa saja membuat sasaran atau tujuan setinggi atau sebagus mungkin, tapi apakah semua itu bisa diwujudkan? Itu menjadi pertanyaan besar yang harus dipecahkan terlebih dahulu oleh setiap penyusun. Kita bisa bicara mengenai sasaran menguasai jalur distribusi di seluruh Indonesia, tapi apakah mungkin jika produksi maksimal mesin yang kita miliki di pabrik tidak mampu memenuhi permintaan barang dalam kuantity sebesar itu? Tidak kan? Maka dari itu sebaiknya sasaran atau tujuan diturunkan ke ‘level’ yang lebih bawah dari itu, misalnya cukup dengan menguasai jalur distribusi di pulau Jawa.

Ini sama sekali bukan berarti bahwa kita tidak boleh bermimpi setinggi mungkin, tapi membuat sasaran atau tujuan yang masuk akal akan membuat kita terhindar dari kekecewaan yang lebih besar saat semua itu tidak dapat tercapai. Tidak tercapai bukan karena kita tidak mampu, tapi karena situasinya tidak memungkinkan, seperti keterbatasan SDM, teknologi, dan sebagainya. Yah gampangnya nih ya, kalau cuma punya uang lima juta, ya jangan pengen bisa liburan keliling Eropa! Keliling Jawa Barat aja cukup kan?

Produk local seperti Teh Bintang Sobo misalnya, bisa saja merebut pasar Teh Botol Sosro secara mutlak. Sungguh bukan hal yang tidak mungkin dalam dunia bisnis. Namun menjadi hal yang tidak mungkin jika target tersebut di rencanakan dapat tercapai hanya dalam kurun waktu 5 tahun misalnya dengan fundamental perusahaan yang tidak sekompetitif Teh Botol Sosro. Semua butuh proses, tapi pikirkan perjalanan proses yang masuk akal. Masuk akal untuk diharapkan, masuk akal untuk dijalankan dan masuk aka untuk dicapai.

2. Dimulai Dari yang Kecil
Setiap owner pasti menginginkan hasil yang besar, tujuan dan sasaran yang besar. ‘My Big Dream’ kalau para owner istilahkan. Ada salah satu klien saya yang mempunyai big dream bahwa produknya harus menguasai seluruh kota besar di Indonesia. Sekarang mari kita lihat hal-hal apa yang harus dilakukan sebelum big dream itu dapat terwujud. Sebelum perusahaan dapat menguasai seluruh kota besar di Indonesia, itu berarti distribusi produk harus menjangkau seluruh kota besar tersebut.

Distribusi di seluruh kota besar dapat dilakukan dengan meningkatkan kerjasama dengan para distributor yang ‘berkuasa’ di masing-masing daerah. Kerjasama dengan para distributor tersebut bisa didapatkan dengan memberikan penawaran yang menguntungkan bagi mereka. Penawaran yang menguntungkan dapat diberikan dengan menggunakan SDM yang mengerti benar mengenai perhitungannya. SDM sehandal itu didapatkan melalui training yang bagus dari tim mamgemen. Begitu seterusnya diruntut sampai ke hal terkecil.

Yah tidak ada sesuatu yang besar tanpa didukung oleh sesuatu yang lebih kecil kan. Semua itu justru akan membuat yang besar itu jauh lebih mudah untuk dicapai jika yang kecil-kecil tersebut mendukung keberhasilannya. Jadi, jangan pernah berpikir hanya sebatas mimpi besar saja, tapi pikirkan juga pritilan-printilannya ya! 

3. Bertahap
Tidak ada yang instan di dunia ini. Bayi saja harus melewati proses perkembangan selama 9 bulan untuk bisa lahir ke dunia. Begitupun dengan dunia bisnis. Segala sesuatu yang ingin dicapai tidak mungkin bisa sesederhana itu terwujud. Semua membutuhkan proses dan tahapan. Saking kreatifnya, strategic planner biasanya mempunyai banyaaak sekali plan-plan yang hendak dijalankan perusahaan. Mungkin semuanya masuk akal untuk dilakukan, namun tetap saja bahwa semua itu tidak mungkin bisa dilakukan sekaligus secara bersamaan. Perusahaan harus memilah-milah sejak awal program mana yang harus didahulukan atau program mana yang memang harus pertama dijalankan sebelum program-program lainnya. Jangan sampai karena ingin lekas selesai atau terlalu bersemangat, semua dijalankan tanpa memikirkan kesanggupan SDM, dan yang lainnya.

Mengambil contoh yang pernah saya singgung sebelumnya, tidak mungkin dapat menguasai distribusi tanpa menambah mesin di pabrik dan memaksimalkan produksi produk. Semua tahapan harus dipahami dengan baik oleh semua pihak yang terlibat dan dijalankan sesuai dengan tahapannya. Jangan tergesa-gesa, jangan gegabah. Sabar kali yaaa! Heheee…

4. Pesona Angka
Angka-angka-angka…Ah mana mungkin angka tidak menjadi pesona yang melenakan bagi para owner, apalagi jika angka tersebut dijawantahkan dalam kenaikan omset dan profit yang tinggi! Uh, pasti mata owner berbinar-binar melihatnya! Minggu lalu bos saya menemani salah seorang klien kami bertemu dengan konsultan yang bergerak di bidang system produksi. Beliau bercerita bahwa dia sangat terkesan dengan cara konsultan itu berpresentasi. Bukan dari cara dia berkomunikasi atau menguasai materi, tapi dari kepedeannya memberikan angka sebagai target dari kerja yang dia lakukan. Ia mengatakan bahwa setelah bekerjasama dengan perusahaan konsultan yang dia kelola, perusahaan kliennya mampu meningkatkan omset penjualan sebesar 20% dari omset biasanya. Terlepas dari dia hanya membual atau bersungguh-sungguh (Hehee!), tapi bos saya bilang hal seperti langsung memberikan ketertarikan yang lebih dari klien kami tersebut (dan bos saya juga sebenarnya! Hehee! ;p ).

Memang tidak semua hal bisa diukur dengan angka yang pasti, namun jika masih memungkinkan untuk keluar angka, sebaiknya keluarkan! Angka akan lebih mudah diukur dan dilihat keberhasilan atau kegagalannya. Owner, yang notabene mempunyai banyak focus pikiran, juga pasti akan lebih mudah membayangkan sasaran atau tujuan yang akan dicapai jika pengukurannya diterjemahkan dalam angka.


RE-BRANDING
TIDAK = GANTI NAMA AJAH

Akhir-akhir ini, public dibuat gencar dengan berita peredaran kosmetik yang mengandung bahan kimia berbahaya. Sebenarnya ini bukanlah isu baru, beberapa waktu yang lalu juga isu kosmetik mercury sempat mencuat di permukaan, namun yang menghebohkan isu sekarang adalah kosmetik yang disinyalir mengandung bahan kimia berbahaya itu merupakan kosmetik kenamaan,yang punya banyak klinik di beberapa kota di Indonesia, brand ambassadornya saja seorang artis dan musisi terkenal yang punya banyak penggemar.

Kabarnya banyak juga artis-artis terkenal yang menggunakan kosmetik ini. Akibat disinyalir mengandung bahan kimia berbahaya, klinik-klinik dari kosmetik ini ditutup dan dilarang beroperasi lagi. Kontan saja berita ini sempat membuat heboh dan menjadi topic utama pembicaraan para wanita. Ketika diwawancara di salah satu infotainment, sang artis menyatakan bahwa selama melakukan perawatan dan menggunakan kosmetik tersebut, dia tidak merasakan efek yang berbahaya pada wajahnya, dan dia juga menyatakan cukup kaget mendengar kosmetiknya mengandung bahan kimia berbahaya. Hal ini jelas menjadi pelajaran bahwa untuk menjadi cantik kita harus hati-hati dan selektif, tidak asal pakai kosmetik saja. Dengan adanya isu ini, otomatis nama kosmetik tersebut menjadi tercemar. Bukan tidak mungkin jika para wanita di Indonesia jadi tidak percaya pada kosmetik yang terkenal dengan produk pemutihnya ini, sepertinya statement “cantik itu tidak harus putih” akan menjadi popular di kalangan wanita, apalagi jika produk pemutih banyak yang disinyalir tidak aman.

Nah, jika kosmetik tersebut ingin terus beredar di pasar, maka ia harus benar-benar melakukan perbaikan, yaitu bagaimana mengembalikan kepercayaan dari pelanggan terhadap kosmetik tersebut. Kita misalkan saja ia melakukan re-branding dengan merubah nama dan citra, redefinisi strategi dan positioning merek (Fandy Tjiptono, Pemasaran Strategik, tentang Branding Strategy). Menurut Fandy juga secara garis besar, motivasi perusahaan melakukan re-branding antara lain meliputi 7 hal berikut :
  1. Menyegarkan kembali atau memperbaiki citra merek.
  2. Memulihkan citra setelah terjadinya krisis atau skandal
  3. Bagian dari merger atau akuisisi
  4. Bagian dari de-merger atau spin-off
  5. Mengharmonisasikan merek di pasar internasional
  6. Merasionalisasi portfolio merek
  7. Mendukung arah strategic baru perusahaan.
Untuk kasus kosmetik ini, mungkin option yang dipilih adalah no.1 yaitu menyegarkan kembali atau memperbaiki citra merek dan memulihkan citra setelah terjadinya krisis atau skandal . Namun, perlu diketahui juga bahwa ada tiga criteria pokok yang wajib dipenuhi dalam setiap upaya re-branding (Fandy Tjiptono, Pemasaran Strategik, tentang Branding Strategy), yaitu :

Pertama.
Re-branding tidak dapat digunakan sekedar sebagai “kosmetik” untuk menutupi krisis reputasi, cacat produk/jasa, skandal, dan sejenisnya, tanpa dibarengi perubahan fundamental pada aspek kunci yang melandasi perlunya perubahan merek. Jadi jangan sampai dengan melakukan re-branding yang dilakukan hanya sekedar mengganti nama saja, kalau ternyata tidak juga melakukan perubahan pada kualitas produk, pelayanan, manajemen perusahaan, dan sebagainya maka bukan tidak mungkin jika suatu saat krisis reputasi akan terjadi lagi.

Kedua.
Nama baru yang dipilih harus diseleksi secara ketat lewat riset dan analisis insentif yang mencakup pula kajian mendalam terhadap global trademark dan ketersediaan URL (Uniform Resource Locators). Dalam hal ini, sebuah perusahaan yang melakukan re-branding dengan merubah nama produknya harus memperhatikan aspek-aspek dalam pemilihan nama. Seperti nama yang tidak dibuat hampir mirip dengan produk sebelumnya (yang terkena krisis reputasi), dan kalau bisa jangan hanya namanya saja yang baru tapi benar-benar segala sesuatunya harus baru, baik dari desain packaging, konteks produknya, brand ambassadornya, dan lain-lain.

Ketiga.
Jika suatu perusahaan merubah nama produknya dengan tujuan re-branding, maka sebaiknya nama baru tersebut haruslah inoffensive, singkat, gampang diingat, dan mudah diucapkan di semua Negara tempat perusahaan bersangkutan beroperasi (jika akan meluaskan pasarnya sampai ke luar negeri).

Bahkan menurut Amalia E. Maulana dalam artikelnya yang berjudul “Tantangan Rebranding” (dimuat dalam Bisnis Indonesia edisi 8 Juni 2008), suatu perusahaan dapat melakukan rebranding dengan atau tanpa repositioning. Repositioning itu berarti perubahan posisi di benak konsumen. Perusahaan yang melakukan rebranding bisa juga melakukan repositioning, ini sudah mengacu pada perubahan strategi pemasaran. Seperti sudah dijelaskan di atas bahwa melakukan rebranding jangan hanya sekedar merubah nama saja, karena pada kenyataannya tidak semudah yang kita kira. Banyak aspek yang harus diperhatikan.

Bisa juga perusahaan melakukan repositioning tanpa rebranding. Jadi dia hanya merubah posisi di benak konsumen saja, tapi tanpa mengubah brand yang sudah terbentuk. Misalnya suatu produk yang terfokus pada satu target market menengah ke bawah, kemudian ingin menembak target market menengah atas. Maka ia melakukan repositioning dengan perbaikan dalam berbagai aspek, seperti peningkatan kulitas, program promosi yang sesuai dengan target menengah ke atas dan sebagainya.

Intinya, semua tergantung pada tujuan perushaan. Paling tidak banyak kasus yang bisa dijadikan contoh, jangan sampai rebranding yang dilakukan malah menjadi boomerang bagi perusahaan.

MARIO TEGUH
SUPER SEKALI…..!!!


Ehem ini adalah salah satu acara favourite saya… Apakah Anda juga tahu jika mendengar kata The Golden Ways, atau Mario Teguh, pasti Anda akan langsung menjawab secara refleks Super Sekali… (Anda harus menyebutkan kata Super Sekali dengan gaya bicara Mario Teguh ya, hehehe…). Jika kita mendengar namanya, jelas akan terlintas bahwa beliau adalah sang motivator yang saat ini sedang naik daun. Setiap kalimat yang beliau lontarkan akan menjadi suatu inspirasi bagi kita, lebih dari itu beliau bagai artis yang sedang membuming di bumi ini, dan begitu banyak pengikutnya, bahkan hebatnya banyak pengikutnya ini adalah para eksekutif muda dan tua, dan para pemimpin di kalangannya. Lantas, apa yang sesungguhnya beliau lakukan ? Hanya berbicara dan bisa sehebat itu ? Atau hanya mengucapkan Super Sekali ? Atau karena kharismanya ? wugh, sepertinya kita harus menelaah lebih jauh lagi.

Sebenarnya jika kita teropong lebih jauh lagi, sesungguhnya di sini ada pola-pola pemasaran yang bergerak. Jika kita ibaratkan sebagai suatu produk, menurut saya Metro TV adalah nama perusahaannya dan Bapak Mario Teguh adalah produknya. Trus bagaimana strategi pemasaran yang di gunakan hingga begitu banyak konsumen yang terpikat oleh nya…?? Personal Selling.

Lantas yang menjadi pertanyaan adalah apa personal selling itu ? kenapa harus memilih personal selling ? bagaiman step dari personal sellingnya ? trus bagaimana menjadikan personal selling tersebut jadi efektif hingga seorang Mario Teguh mampu meluluhkan semua kalangan ?

Pertama, apa itu personall selling??? Menurut William G. Nickels personal selling adalah interaksi antar individu, saling bertemu, muka yang ditujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai dan mempertahankan hubungan pertukaran yang saling menguntungkan dengan pihak lain. Jadi jelas bukan, ini adalah hal di lakukan oleh Mario Teguh, yakni berkomunikasi secara langsung oleh konsumennya.

Kedua, Mengapa kita harus memilih personal selling di banding media yang lain ?? Menurut Pranasakti, Ipan, personal selling memiliki kelebihan lain berupa:
  1. Personal selling memacu perusahaan untuk lebih mengenal pelanggan secara langsung, sehingga berdampak pada terkumpulnya informasi motif pembelian, keinginan-keinginan lain. Personal selling dapat lebih efektif karena unsur-unsur pemasar sekaligus perusahaan menjadi sangat tahu akan reaksi pelanggan dengan begitu cepat karena unsur-unsur pemasar dapat melakukan interaksi langsung.
  2. Personal selling dapat memacu unsur-unsur pemasar memgatahui pola dan proses pembelian yang sedang bergejolak dan trend, misal banyaknya pelanggan yang menginginkan pembelian dengan kredit, keinginan pelanggan membeli dengan proses sample dahulu, keinginan pelanggan atau calon pelanggan yang suka dengan diskon atau bonus lainnya
Ketiga, adalah bagaimana step melakukan personal selling agar tersusun dengan rapi ??
  1. Prospecting. Pada tahap ini kita menentukan terlebih dahulu target market kita. Pada saat kita ingin menjadi peserta seminar Mario Teguh, maka kita harus mengirimkan email terlebih dahulu, kemudian oleh pihak Metro (dalam hal sebagai perusahaan) di selekasi).
  2. Pre-approaching. Mario Teguh sebagai sales profesionalnya, akan melihat data base orang-orang yang sudah di tentukan sebagai target market, kemudian membaca mengenai profil respondennya, oleh karena itu akan di sesuaikan segala hal nya dengan target market tersebut.
  3. Approach. Setelah terseleksi siapa saja target marketnya. Maka orang-orang tersebut akan di hubungi oleh pihak Mario Teguh untuk mengikuti seminar.
  4. Making the presentation.
  5. Overcoming objective
  6. Closing the sale. Pada saat anggota seminar bertanya dan saat di jawab oleh Mario Teguh kemudian satisfaction, di sinilah terjadi closing the sale (dalam hal ini loh…). Kalo untuk produk, ya jelas setelah presentation bisa meng-goal kan product tersebut.
  7. Follow Up. Setelah selesai di jawab pertanyaan dari Mario Teguh. Maka beliau akan melakukan follow up dengan cara menanyakan kembali bahwa “sudah puas??”
Dan permasalahan keempat yaitu bagaimana menjadi “Seorang Personal Selling Yang Handal???” Menurut saya, inilah yang sedang dilakukan oleh Mario Teguh.
  1. PD mengenai product knowledge yang akan di bawakan. Seorang Mario Teguh jelas mempunyai pengetahuan yang lebih mengenai tema yang akan di bawakan pada saat akan melakukan presentase. Lebih dari itu, beliau memang mengetahui banyak hal.
  2. Jelas tujuannya. Saat akan melakukan presentase di depan khalayaknya, tentu Mario Teguh telah mempunyai tujuan. Misalnya Mario Teguh ingin bahwa orang yang mendengarkan pidatonya akan merasa terbantu dengan apa yang dia bawakan. Karena jika tidak, mana mungkin hingga saat ini begitu banyak “pengikutnya”.
  3. Simpatik terhadap customer. Saat menjelaskan kepada anggota seminar, Mario Teguh tidak menggunakan bahasa ilmiah yang bisa menunjukkan kepintarannya, tapi justru menggunakan bahasa sehari-hari yang semua orang bisa mengerti. Hal ini jelas penting karena jika kita sebagai pendengar tidak mengerti apa yang di katakannya, maka akan malas untuk kita mendengarkannya. Betul tidak ??
  4. Mempunyai daya kreativitas untuk menguasai panggung. Mario Teguh selalu dapat membuat suasana menjadi nyaman dan tidak basi, sehingga pendengar tidak jenuh.
  5. Jangan pernah berpikir agar audience mengikuti jalan pikiran Anda dan memaksa mereka untuk mengikuti Anda dengan gaya bahasa Anda, tapi biarkanlah kegiatan seminar tersebut mengalir seperti air mengikuti gaya bahasa Anda yang di anggap “menyenangkan” oleh customer Anda.
  6. Bahasa tubuh. Mario Teguh selalu bersikap ekspresif dengan mengatakan “Super Sekali”, beliau juga selalu berjalan saat menerangkan untuk membuat orang tertarik terhadap apa yang di bawakan olehnya. Raut wajahnya yang selalu senyum menandakan bahwa Mario Teguh mampu mengatasi segala masalah, sehingga membuat orang lebih yakin dengan apa yang di katakannya.
  7. Time is Money. Apakah Anda suka mengamati Mario Teguh ??. Setiap penampilannya beliau tidak pernah mengbuang-buang waktu, beliau selalu singkat, padat, dan terpercaya (wah kaya Liputan 6 SCTV dong, hehe). Dengan waktu yang hanya 1 jam kita dapat memperoleh banyak informasi.

Dec 1, 2008

Pelajaran Berharga
Mercury, Plagiator, PHK
Itulah Pentingnya PR


Coba bayangkan Anda adalah pemilik sebuah supermarket terkenal di kota Anda, tiba-tiba tanpa angin tanpa asap supermarket Anda menjadi salah satu supermarket yang kedapatan menjual barang-barang tanpa label dari POM dan menjadi berita hangat disebagian besar media cetak dan media massa? Atau coba Anda bayangkan, lulur kecantikan yang Anda jual tiba-tiba dinyatakan mengandung racun merkuri yang dapat menyebabkan kanker pada penggunannya dan hal ini diberitakan di hampir sebagian besar media masa di Indonesia?

Saya mungkin akan mengira-ngira Anda pasti akan shock berat (yah ini jika sebetulnya Anda sudah melakukan bisnis secara jujur, kalo memang Anda curang sih lain cerita), bingung dan panik mengenai apa yang harus dilakukan untuk mengantisipasi berita-berita yang sudah menyudutkan dan merusak kredibilitas Anda tersebut, padahal Anda yakin sekali sudah membuat aturan-aturan yang benar tentang pengadaan barang dan membuat aturan-aturan yang benar tentang komposisi zat yang ada di dalam lulur tersebut. Anda juga mungkin akan sangat marah, di satu sisi terhadap kebenaran berita tersebut (jika berita tersebut memang berdasarkan fakta) dan disisi lain Anda juga akan sangat marah dengan diri Anda sebagai pemilik bisnis, mengapa hal begini bisa terjadi di depan mata saya?

Atau tiba-tiba karyawan Anda berdemo karena Anda melakukan PHK Masal guna menyelamatkan arus kas perusahaan dan kelangsungan hidup lebih banyak orang namun disisi lain semua berita yang muncul bernada negatif dan menyudutkan Anda sebagai kapitalis tanpa Moral, penghisap tenaga rakyat yang tidak berperasaan. Stress khan Anda?

Oklah mari bermain dengan perasaan tersebut sebentar, ha....ha saya menulis artikel inipun karena Saya baru merasakannya sendiri, bagaimana tidak sebuah artikel diklaim sebagai plagiator di blog perusahaan dan itu benar-benar membuat saya marah dan kesal baik itu pada diri sendiri maupun kepada plagiator artikel tersebut. Kok bisa yah, aturannya sudah sangat jelas bahwa palgiator di haramkan, tapi masih ada saja rupanya yang berani melakukannya dan itu bisa lewat di depan mata saya sendiri, yah walaupun memang cukup sulit memastikan sebuah tulisan merupakan karya asli atau jiplakan namun hal ini tetap saja tidak bisa ditoleransi secara etika.

Okelah untuk semua yang pernah bermasalah dengan masalah-masalah diatas ataupun masalah sejenisnya kita tinggalkan permainan perasaan yang ada, kesal, marah, panik ataupun apapun itu kita tutup rapat-rapat dengan strategi yang harus kita ambil untuk memperbaiki keadaan yang sudah terjadi dan berharap konsumen-konsumen perusahaan memberikan apresiasi dan maafnya untuk kita. Ok apa sih kira-kira yang harus kita lakukan jika berhadapan dengan beberapa permasalahan yang persis atau pun sama dengan yang saya ceritakan di atas?

Pertama. Katakanlah i am Sorry
Katakanlah maaf jika memang kita melakukan kesalahan dan berjanjilah untuk segera memperbaiki kesalahan yang sudah kita perbuat. Ini bukan pekerjaan mudah nih bagi perusahaan, apalagi jika meminta maaf yang berarti mengakui bahwa memang kita salah iya nggak?. Padahal jangan kita lupa kalo tidak salah riset dari Frontier saja menunjukan kalo konsumen Indonesia adalah konsumen pemaaf dan cepat melupakan kesalahan yang dilakukan oleh perusahaan.

Atau jikapun Anda tidak melakukan kesalahan dan dasar keputusan Anda adalah penting bagi banyak orang, yah tetaplah meminta maaf kepada orang-orang yang tidak puas dengan kebijakan Anda karena dengan begitu Anda sudah menunjukan kebesaran hati Anda dan dengan strategi yang tepat justru Anda bisa membangun kredibelitas perusahaan di mata media.

Jika kita telaah lagi, kadang meminta maaf tidaklah berarti perusahaan menjatuhkan dirinya dihadapan konsumen, bahkan mungkin dengan meminta maaf perusahaan konsumen akan semakin melihat bahwa perusahaan memang menjalankan bisnisnya dengan tulus sehingga timbul apresiasi dan simpati bagi perusahaan yang justru sangat menguntungkan bagi perusahaan itu sendiri. Siapa sih yang tidak pernah berbuat salah? Masalahnya adalah bagaimana kita menyikapi kesalahan kita dan melakukan perbaikan dengan tidak mengulangi kesalahan tersebut.

Kedua. Jujur
Saya tidak melihat alternatif mana yang terbaik kecuali kita harus bersikaf jujur kepada konsumen kita. Sony, Ford, Toshiba (cmiiw) pernah dengan segera menarik semua produk yang mereka keluarkan karena ternyata ada masalah terhadap komponennya yang bisa membahayakan konsumennya. Apakah ini kemudian merusak merek mereka? saya tidak punya data untuk mengatakannya tapi menurut pendapat pribadi saya sebagai konsumen salah satu merek tersebut, justru tindaka mereka membuat saya lebih percaya lagi kepada semangat mereka untuk memberikan yang terbaik kepada konsumennya.

Nah ini masih terkait erat dengan kejujuran yang dilakukan, kunci dari kejujuran adalah mengungkapkan fakta yang sesungguhnya, misalnya ternyata masuknya barang-barang tidak bertanda POM diakibatkan kelalaian bagian pembelian atau oknum perusahaan yang bermain di dalamnya maka dengan bahasa yang baik perusahaan harus mengungkapkan fakta tersebut dan berjanji untuk melakukan perbaikan ke depannya. Idealnya untuk beberapa waktu ke depan ketika perbaikan tersebut sudah dilakukan, perusahaan jika diperlukan mengkomunikasikan hal tersebut kepada konsumennya.

Ketiga. Bertindaklah Cepat
Jangan menunggu hari esok jika hari ini semua hal bisa diklarifikasikan dan diselesaikan. Jangan membiarkan permasalahaan berlarut-larut sehingga Anda akan memerlukan lebih banyak waktu untuk menyelesaikannya. Jika bertemu permasalah-permasalahan seperti ini segeralah pelajari kondisi dan permasalahaan yang ada, disukusikan dengan tim apa yang harus dilakukan dan kemudian segeralah lakukan untuk memperlambat laju informasi yang akan menyudutkan perusahaan.

Keempat. Mulailah benahi dari sumbernya masalahnya
Jika POM yang mengeluarkan informasi mengenai merek Anda, mulalailah berkordinasi dan mencari informasi dan penyelesaiannya dari mereka, Anda butuh sumber pertama untuk dapat menyelesaikan masalah yang Anda. Setelah kita mendapatkan informasi dan langkah-langkah dari sumber pertama tersebut, maka sesegeralah memulai langkah kedua dan ketiga yang mungkin akan berkaitan dengan konsumen Anda, ingat kemukakan fakta jangan pembelaan pribadi.

Nah selain dengan urusan ekternal, jangan lupa yang terpenting benahilah juga internal perusahaan yang menyebabkan permasalahan ini muncul, akan percuma kita membenahi permasalah melalui pendekatan ekternal tanpa melakukan perbaikan internal, karena pada suatu saat masalah ini pasti akan muncul kembali dan efeknya mungkin akan lebih parah.

Kelima. Media adalah kunci utama
Jalinlah hubungan baik dengan media, dan sesegeralah berkomunikasi dengan media karena inilah salah satu kunci dalam membentuk persepsi yang sangat penting di masyarakat. Coba perhatikan kasus-kasus menimpa perusahaan-perusahaan besar seperti di buyat waktu dulu, begitu muncul di media masa publisitas negetif perusahaan sesegera mungkin melakukan counter berita di berbagai media nasional untuk meminimalisasi dampak persepsi negetif yang sangat mungkin terjadi akibar pemberitaan di media-media tersebut.

Jangan pernah head on langsung dengan media karena media merupakan sahabat yang harus terus dirangkul untuk menjadi salah satu kunci penyelesaian masalah yang kita hadapi dikemudian hari, terus tampilkan fakta dan data yang juga didukung oleh pihak ketiga (misalnya lembaga riset) dan berikan terus hal ini kepada media dan berharap dari hubungan yang baik ini mereka akan memberitakan data dan fakta yang kita berikan.

Keenam. Bentuk Tim Crisis
Tunjuklah bagian khusus yang menangai masalah yang berkembang, jangan pernah membiarkan semua orang di dalam perusahaan bicara mengenai masalah yang sedang berkembang karena ini jelas makanan empuk media masa. Dengan menunjuk bagian khusus, perusahaan bisa memasatikan bahwa berita atau pernyataan apapun yang keluar dari perusahaan sesuai dengan strategi yang sudah ditetapkan, tidak hanya pernyataan tentunya, sikap dan prilaku yang ditunjukanpun bisa diatur sesuai dengan kondisi dan strategi perusahaan dalam menghadapi masalah yang sendang berkembang.

Nah khusus menyangkut kasus-kasus yang melibatkan media luas dan masyarakat banyak, perusahaan tentu akan kesulitan menghadapi perkembangan media dan berita yang menyudutkannya karena itulah kadang tim yang dibuat ini juga terdiri dari konsultan PR yang berpengalaman dalam menghadapi berita-berita, media dan pembentukan opini masyarakat.

Ketujuh. Ambilah Pelajaran
Pelajaran itu sesuatu yang sangat mahal, kadang banyak hal yang harus Anda korbankan untuk sebuah pelajaran, jika ini terjadi kepada Anda ambilah ini sebagai pelajaran untuk tidak terulang kembali pada suatu saat nanti. Bukan perkara gampang belajar dari sesuatu yang membuat Anda tidak bisa tidur dan dilanda kepanikan, namun hidup terus berlanjut, perusahaan Anda bisa menjadi makin besar karena masalah atau semakin terpuruk karena masalah, tinggal Andalah yang memutuskannya.

Terakhir. Berterimakasilah
Nah ini penting sekali untuk perusahaan lakukan, kadang masalah yang muncul adalah sebuah proses di mana perusahaan dibangunkan untuk menjadi lebih baik lagi dalam segala hal, kritik media, kritik individu atau apapun namanya merupakan sebuah pelajaran yang sangat berharga untuk perusahaan, karena itulah diakhir segala masalah ucapkanlah terimakasih karena sudah memberikan kita jalan untuk menjadi lebih baik. Terimakasih semua.