Apr 29, 2017

The Power of IG Recommendation

Melakukan Trip (apakah liburan ataupun perjalanan dinas) mungkin punya sisi asyik dan zonk nya, artinya walaupun kekinian karena mengunjungi lokasi2 & bisa mencicipi kuliner2 unik di setiap lokasi, terkadang kita juga mendapati kebingungan untuk mendapatkan informasi kuliner2 favorit yang sedang trend, HITS, ataupun sedang booming di lokasi2 tersebut, atau jangan2 kelihatan enak di socmed tapiii pas di coba Zonk... rasa tidak seindah rupa.

Basicly hal yang paling umum saya lakukan adalah ask mbah Google, dan barulah dari sana bermunculan iklan, portal, blog, dll yang tentunya tetap harus kita buka satu per satu, or klo yg sekarang sedang trend adalah membuka akun2 Instagram milik foodies2 lokal

Mungkin terasa simple.. yah.. simple untuk yang paham dan mengetahui mekanisme search dan keyword di google ataupun via IG, namun untuk yang belum paham, mungkin hal ini cukup sulit dilakukan, tapi sebenarnya hal ini mudah untuk dipelajari ataupun di lakukan oleh pebisnis2 lokal yang ingin produk, cafe, tempat makan atau lokasi nya ‘searchable’ atau mudah ditemukan oleh para pemburu kenikmatan (baca: pecinta kuliner) yg berkunjung di lokasi2 baru:

Berikut beberapa pertimbangan / hal2 yang bisa dicoba untuk bisa hadir dan eksis di Instagram:

1. Use #Hastag (brand, kategori – food, kota, keyword)
Ngomongin instagram, pastinya ga mungkin engga ngomomgin apa itu #Hastag, hal tersimple yang sering dilakukan oleh pengguna IG untuk mencari sebuah topik adalah mencari hastag / Tag, mungkin Hastag mirip seperti fungsi keyword pada Google.


Apr 10, 2017

5 Cara Naikin Profit tanpa Naikin Penjualan

Bahasan yang selalu menarik untuk dibahas bagi setiap pebisnis khususnya yang bermain di bisnis kuliner seperti saya adalah tentang bagimana meningkatkan profit perusahaan tanpa perlu ada kenaikan penjualan, instilahnya penjualan yah wess mentok to the max hehe jadi harus ada cara-cara lain untuk bisa meningkatkan profit perusahaan.

Barusan saya menonton sebuah video dimana perusahaan distribusi di china menciptakan inovasi robot untuk melakukan sortir 200 ribu barang setiap harinya sehingga mereka bisa menekan biaya human dan error dengan sangat signifikan sehingga pada akhirnya keuntungan perusahaan meningkatkan karena cost menjadi lebih rendah dan kecepatakan delivery menjadi lebih baik.

Kemarin, di sebuah cafe saya lihat sebuah hal yang sangat inspiratif, bagaimana 1 lantai dilayani oleh hanya 1 orang dengan jumlah kursi hampir 80 kursi tanpa mengurangi kualitas dan kecepatan layanan di tempat tersebut, nah ini jadi sebuah insight penting untuk kita di mana dengan sistem ini cafe tersebut tentu menghemat biaya karyawan dalam jumlah cukup signifikan, apakah sebuah kebetulan? tentu tidak, ini bagian dari strategi yang ujungnya Naikin Profit tanpa harus Naikin Penjualan.

Ok, coba yuk kita bahas singkat beberapa ide yang bisa diimplemtasikan sehingga profit bisa naik tanpa harus penjualan naik terus, yah spesifik saya bahas untuk teman-temann di bisnis kuliner tentunya, tapi konsep ini juga bisa diimplemtasikan di berbagai bisnis dengan customenisasi tentunya. Siapp? Yukk.

1. Tekan Opex

Apr 6, 2017

Kopi, Melbourne, Idealisme & Industrialisasi

 "Jika ingin melihat idealisme dan kualitas bersatu di dalam Kopi pergilah ke Melbourne"

..... Di satu hari masuklah kalimat ini di FB Messenger saya dari seorang teman di Melbourbe, mungkin karena sangat sering saya memposting tentang Kopi di Warunk Upnormal sehingga sahabat saya terpikir untuk memberikan informasi tersebut.

Warunk Upnormal, sejak 2014 dibangun dan terus berkembang menjadi hampir 40 cabang di akhir april ini memang sangat indentik dengan tempat nongkrong asik dengan "senjata" andalannya variasi Indomie yang khas, tidak banyak memang yang tau jika Idealisme tentang kopi juga tumbuh di kalangan ownernya khususnya salah satu sahabat saya, jadi jangan kaget kalo saya beritahu bahwa biarpun kelas warung, kopi yang ada di roasting sendiri dengan menggunakan Mesin Probat Jerman seharga mobil mewah dan mesin-mesin espresso yang digunakan bahkan dibeberapa outlet sudah memakai Black Eagle seharga total kurang lebih 200 juta per mesin, blom lagi bean nya didatangkan langsung dari petani kopi yang menjual Grade terbaik dan semua itu ada di warung Indomie.

Nah kembali lagi, bulan lalu kebetulan sekali saya mendapatkan kabar ada pameran Kopi di Melbourne, berbekal rasa ingin tahu yang lebih besar soal Idealisme dan Kualitas di Melbourne akhirnya kita memutuskan untuk menjelajah Australia, ini perjalan ke 2 ke "pusat kopi dunia" setelah sebelumnya tim Warunk Upnormal ke Italia demi membangun knowledge untuk dapat digunakan membangun industri kopi di Indonesia dan bisnis warunk upnormal tentunya.... idealis sekali yah hehe.

Idealisme

Apr 4, 2017

Masalah = Solusi = Bisnis

"Masalah adalah sumber utama ide bisnis yang potensial sejauh tersedia solusi untuk masalah tersebut"

Ada beberapa common things yang sangat penting diperhatikan ketika kita memutuskan untuk membangun sebuah bisnis. Sangat tidak disarankan ketika kita memutuskan untuk membangun sebuah bisnis hanya didasarkan pada karena saya "suka", "sepertinya ok", "cocok nih dengan passion saya" ato "lagi ada modal nih, jadi mumpung" or "kepepet banget, mau ga mau harus".

Gaya berbisnis seperti di atas, punya kencenderungan akan membuat kita sulit menjalankan bisnisnya dan tidak menguasai kondisi dan kemampuan yang dibutuhkan sehingga ujung-ujung sangat sulit membuat bisnis berkembang, modal keburu habis duluan atau lebih buruk bisnis jalan tapi terus merugi, boro-boro bicara menjadikan bisnis lebih besar dengan profit yg besar, sekedar untuk menggaji karyawan dan operasional day to day ajah mungkin harus hutang sana sini, gestun, gali lubang tutup lubang sampai menggunakan dana pinjaman tambahan dari bank or sejenisnya.

"Bukannya wajar mas Rex hal tersebut untuk setiap pemula bisnis?" Betul wajar karena biasanya kita melakukan common mistake yang sama, apakah ada yang berbisnis tidak melalui hal tersebut? yah pasti ada, tentu ada challenge tapi biasanya akan lebih terkait dengan bisnis growthnya bukan hal-hal yang sebetulnya tidak perlu dialami jika sejak dari awal melakukan bisnis dengan tuntunan yang tepat.

Contoh, dulu ketika memutuskan untuk berbisnis ketika belum lulus kuliah, karena begitu cintanya dan sukanya saya dengan dunia marketing, maka saya memutuskan untuk menjadi konsultan marketing dan advertising, hasilnya 8 tahun berakhir dengan menumpuk hutang biarpun klien banyak, bingung juga saya kalo ditanya kok bisa bertahan hehe, finaly akhirnya melakukan Pivot ke bisnis kuliner dan menjadikan 8 tahun lebih sebagai kuliah "Harvard" hehe. Mengapa bisa demikian? Yah karena ketika memutuskan terjun ke dalam bisnis alasannya sangat sederhana "passion", pasar? Waduh kira2 ajah kayanya banyak sih, berapa besar? yah besar kali yah, memang orang butuh? Yah pastilah siapa sih yang ga butuh konsultan? ... get my point?