Jul 29, 2010

Keong Racun, Media Online dan Kehebatannya

Inilah salah satu dari ribuan kisah sukses dengan memanfaatkan media online. Jika kita mengikuti perkembangan berita dan pernah melihat “keong racun” di YouTube mungkin Anda tahu maksud saya. Dua orang gadis muda, dengan melakukan lipsing dan memainkan mimik muka seolah-olah menyanyikan lagu “keong racun” dan sim salabim, nama Jojo-Sinta dan lagu “keong racun” itu sendiri menjadi terkenal dan menjadi bahan perbicangan dibanyak orang., RBT nya kabarnya juga luar biasa diminati, liputannya sampai beberapa kali keluar di media online nasional dan viewnya sampai 638.847 kali di you tube.  Dem, keren abislah, liat ajah pokoknya di YouTube.

Sebetulnya jika diperhatikan gaya bernyanyi dan konsep dari videonya, saya jadi teringat Moy Moy Palaboy  yang berasal dari Philipine kalo ga salah (salah satu linknya bisa dilihat http://www.youtube.com/watch?v=1GFaFBb8r5w, BEAUTIFUL GIRLS remix ) yang sempat heboh di kantor karena keluan gaya mereka dalam melakukan lipsing dibeberapa lagi luar negeri. (harus liat nih). But, apapun itu, Jojo-Sinta jelas lebih menarik dilihat dari Moy Moy Palaboy haha.

Kembali lagi, tidak salah memang bila tidak perlu tampil dipanggung musik untuk menjadi terkenal di jaman sekarang ini, cukup bermodalkan laptop dengan build in camera, rekam, mainkan lagu yang sudah terkenal, bergaya-gaya dan berikan sentuhan yang unik kemudian upload ke youtube, kirimkan beberapa link ke teman melalui facebook, twitter dan social media lainnya, hupp tiba-tiba dengan sedikit keberuntungan dan strategi yang tepat  muncullah brand kita, ditambah lagi kemudian media memblow-upnya seperti yang terjadi dengan ‘keong racun” ini.

“Sumpah deh, seumur-umur belum pernah gua denger judul lagu “keong racun” gara-gara baca di portal online baru tau gua dan ternyata cakep-cakep yah yang nyanyinya (Jojo – Sinta), cinta deh gua” wow inilah komen temen di Creasionbrand beberapa waktu lalu, pas gua lihat sendiri juga bener hehe, cakep, lagunya sih not interest karena saya bukan penggemar dangdut tapi karena Jojo – Sinta nya terus saja saya ikuti video You Tubenya haha..

Ngomong-ngomong kita sudah sedikit mendapatkan gambaran untuk membangun brand jelas media online merupakan tools yang sangat dashyat saat ini, yah tentu jika brand tersebut marketnya melek online, namun sebetulnya bagaimana sih agar brand kita bisa dibangun menjadi besar di dunia online? Saya ada beberapa pemikiran usil tentang bagaimana brand bisa dibangun dalam dunia online ini, yah walaupun jujur masih awam di dunia online setidaknya ini berdasarkan pengalaman beberapa brand yang pernah kita handle aktivitasnya di dunia online.

Pertama passion. Saya pikir inilah kunci awal kesuksesan membangun brand di dunia online. Passion ini berkaitan dengan dua hal, pengelola onlinenya dan owner brandnya. Ketika perusahaan memutuskan untuk masuk ke dunia online, maka pastikan orang-orang yang akan terlibat di dalamnya adalah orang-orang yang sangat mencitai dunia online, kalo perlu memang hidup sehari-harinya adalah online haha dan pastikan bahwa owner brand harus support penuh sehingga pemanfaatan potensi onlinenya bisa maksimal.

Kedua objectives. Brand harus jelas tujuannya ketika memutuskan masuk ke dalam dunia online, begitu banyak tujuan yang bisa dicapai dengan berbagai cara sehingga jelas sebuah brand harus jelas terlebih dahulu objectivenya. Contoh, ketika sebuah brand ingin masuk ke dalam social media seperti Facebook, maka brand tersebut harus dapat mendefinisikan apa tujuannya punya facebook? Dengan begitu strategi dan eksekusi dalam penggunaan facebook tersebut akan tepat sasaran dan berhasil.

Ketika strategy. Brand harus memiliki strategy yang tepat untuk bisa besar dalam dunia online, tentu besar dalam artian yang tepat, bukan besar gara-gara sesuatu yang negatif. Pemilihan media, alokasi budget, SDM dan teknologi pendukung harus diperhitungkan sedari awal karena ini akan sangat berpengaruh terhadap pencapaian objectives perusahaan.

Keempat Eksekusi. Nah ini faktor sukses terakhir dan senjata akhir untuk bisa sukses di dunia online, butuh konsistensi, SDM yang tepat dan perhitungan yang tepat serta pendalaman insight yang terus menerus untuk bisa mengelolah aktivitas online yang berkembang demikian cepat karena prilakuk individu dan komunitas di dalamnya yang sangat unik dan beragam.

Ngomong-ngomong, ada yang tahu ga pencipta “keong racun” dan penyanyi sebenarnya? Mungkin (ini mungkin loh dugaan saya ajah) karena strategi dan pemanfaatan media khususnya online belum dilakukan maksimal atau kurang dilakukan dengan tepat sebelumnya sehingga lagu yang kalo ga salah sudah dinyanyikan lebih dari satu tahun lalu ini tidak popular dikalangan umum (mungkin cukup popular di daerah asalnya, nurut gua). Thanks to.. tentunya, kepada artis mendadak ngetop Jojo – Sinta yang melipsingkan (hebat yah, lipsing doang bukan nyanyi) sehingga lagu ini kemudian mendadak menjadi sangat tenar.

Jul 26, 2010

Insight, Kreativitas dan Eksekusi

Minggu ini bisa dikatakan minggu yang bener-bener bikin kepala pusing, selain tentunya pekerjaan yang banyak (tentu saja bersyukur) selain itu entah kenapa  ada yang gundah di hati ini (hala curhat haha).

Akhirnya jalan-jalan , belanja, nonton dan makan dijadikan pelampiasan di akhir minggu. Sedikit info, buat yang belum nonton Inception sebaiknya bersegerahlah, luar biasa nih film, bener-bener menghibur dan membuat puas (reviewnya baca ajah yah di 21cineplex.com).

Alkisah ketika melampiaskan semuanya di sebuah mall saya mendapatkan flyer promo tepat di pintu masuk mall tersebut, bagus juga bagi flyernya ketika orang masuk, jadi bisa dapet aware dan sukur-sukur pas emang orang tersebut lagi pengen beli product yang sama. Yah karena memang nyambung dengan pekerjaan tentu saja saya baca flyer tersebut, yah kali-kali ajah ada ide, copy, penawaran atau apapun yang cukup inovatif yang bisa saya pelajari jadi referensi (kalo beli baju sih udah pasti ga mungkin, saya lebih suka baju yang pesen disain sendiri hehe, sekalian promo kalo dipake-pake).

Deng dong, tertulislah di flyer tersebut yang inti promonya ‘Beli product dgn total sekian ratus ribu, gratis kaos senilai”. Halah, basi banget yah, masih ada nih promo-promo dengan kreatifitas seperti ini, udah belanjanya harus banyak, gretongannya kaos gitu doing lagi buset dah. Kemudian saya bertaruh dengan teman saya, “eh kita liat yu tokonya, prediksi gua sih paling ada satu atau dua orang yang dateng hehe, bukan nyumpahin cuma yah lo liat ajah nih promonya haha”.

Dan apa yang terjadi? Kosong. Yah tentu ini pas saya yang melihat pada jam yang menurut saya harusnya ramai dan memang took lain sangat ramai. Yah ga usah bicara yang belilah, setidaknya yang masuk buat liat-liat ajah ga ada, padahal traffic mall tersebut sangat ramai karena weekend.

Why? Mengapa bisa demikian sih sampai segitunya? Emang dasar iseng, gua tweet ajah dah mengapa sih bisa terjadi pada brand yang jelas-jelas sedang promo dan menawarkan gratisan. Yah tentu saja ini analisa gua yah, sepihak dah bisa dibilang demikian haha.

Pertama bisa jadi pesan komunikasinya tidak sampai pada sasaran/ market yang tepat. Memang udah bagus sih bagi-bagi flyer di depan pintu, tapi yang sulit diketahui khan motif orang dateng ke mall nya itu, belum tentu nyiapin budget untuk beli dengan nominal diatas 300 ribu. Jadi sulit lah buat impulse dengan angka segitu. Jadi seharusnya mereka lebih mengkomunikasikan keluar, melalui database yang dimiliki atau media yang cocok dengan market brand tersebut.

Nah kalo sudah begitu tetap sepi juga gimana? Mungkin alasan kedua ini cukup relevan, bahwa promo brand tersebut tidak menarik baik itu dari sisi content maupun contextnya. Biasakan di tes dulu mungkin ketika melempar sebuah promo, jangan berasumsi internal. Menurut saya pribadi sih alasan kedua ini yang mungkin paling mengena, emang ga menarik sih yang ditawarkan, terlalu under value.

Ketiga, haloooooo akhir bulan neh, ketika dompet udah tipis eh bikin promo dengan pesan komunikasi seperti itu, kacau dah, buat makan ajah udah dibudget dengan ketat apalagi cuma buat beli baju, prioritas ke 48 tuh baju pasti, apalagi pake embel harus belanja dengan nominal tertentu lagi, capek deh. Saya ga liat dengan jelas sih kapan mulai dan berakhirnya promo ini, tapi menurut saya ketika bikin promo apalagi untuk kebutuhan sekunder sebaiknya diawal bulan dan berakhir dipertengahan bulan (mengurangin dampak image ga elite soalnya diskonnya kelamaan).

Terakhir, nih sih amit-amit deh, emang productnya ajah udah ga trend, lah kalo ini sih gawat dah, tapi sepertinya enggak, mosok keluarin model ga pake riset dulu, rasanya gal ah. Tapi kalo iya wah perlu di remajakan lagi kali brandnya, jujur seumur umur emang ga pernah sih beli disono, saya tanya teman sebelah saya juga menjawab yang sama tapi yah emang bukan segmennya kali yah haha.

Akhir kata saya pikir setiap promo yang dibuat haruslah datang dari pemahaman terhadap konsumen, kondisi sekitar, pesaing dan berbagai hal yang berhubungan (insight), kemudian baru atas dasar itu kreativitas di ciptakan untuk menjawab kebutuhan konsemen kita, terakhir tentu saya, dari sisi eksekusi harus tepat, efektif dan impactful.

Yah segini dulu deh sharing weekend ini, ditulis dihari senin dengan berteman pempek dan buah mangga haha.
(Sumber gambar: www.insidesocal.com)

Cerita Tentang Service

CD film sepertinya sudah menjadi kebutuhan pokok banyak orang, mulai dari mahasiswa sampai orang dewasa yang sudah memiliki keluarga sehingga dapat dimengerti sedemikian menjamurnya tempat-tempat penjual cd di kota bandung ini. Favorit saya adalah tempat cd yang ada disekitar dago, tempatnya besar, cd nya lengkap dan tentu saja karena saya bisa mendapatkan harga special di tempat tersebut hehe.

Ada pengalaman yang menarik yang ingin saya sharing, satu hari karena tempat favorit saya tersebut tutup, maka saya pergi ke tempat cd yang bukan langganan, yah walaupun dengan resiko membayar harga lebih mahal namun apa boleh buatlah, daripada weekend ini ga ada hiburan. Kemudian terjadilah perbincangan dengan penjaganya yang kebetulan lagi membernarkan cd yang agak berantakan di rak-rak cd nya.

“Mas, cd yang film action itu sudah keluar belom yah (maaf saya tidak sebutkan nama film yang saya cari biar kesannya ga promosi)?. “Blom” dengan cueknya, “oh gitu, kalo film ini cerita tentang apa sih mas?” saya tertarik dengan sebuah film seri yang sepertinya seru, mana tau si mas ini bisa menguatkan niat saya untuk memberli film tersebut dengan penjelasannya. Tapi apa mau dikata, dengan muka yang tetap saja tidak melihat kea rah saya dia menjawab “oh, yah film action-action gitulah mas, bunuh-bunuhan” sambil asyik merapihkan rak.

Sialan nih orang dalam hati saya, orang punya ekpektasi dan pengen beli dijawabin seperti dengan sikap seperti itu. Akhirnya tentu saja saya putuskan untuk tidak jadi membeli film seri yang berjumlah 5 CD tersebut karena bt dengan pelayanan si pelayan tempat cd tersebut.

Saya jadi teringat mengapa dulu saya akhirnya memutuskan berlangganan di tempat langganan saya tersebut. Ketika kita mencari sebuah cd dengan sigap si pelayan menuju arah tempat cd yang dimaksud dan jikapun dia tidak menemukan film yang saya cari dikarenakan sudah habis biasanya, si pelayan selalu mencoba memberikan alternatif film dengan sedikit cerita preview film yang dia maksud sehingga pada akhirnya saya kadang kala membeli film yang direkomendasikannya, wajar toh, hampir sebagian keputusan membeli dikarenakan rekomendasi dan ini bisa menjadi bagian strategi tempat film tersebut tentunya.

Kembali lagi, dua tempat cd yang sama-sama besar memberikan perlakukan yang sangat berbeda terhadap konsumennya, entah keduanya mengerti atau tidak mengenai marketing, namun setidaknya keduanya memberikan contoh yang sangat nyata bahwa marketing yang dalam hal ini service strategy adalah sangat penting untuk dapat membangun loyalitas dan WOM bagi tempat tersebut.

Sederhana saja, berikan senyum, layani dengan hati dan antusias, update preview filmnya (pura-pura ajah udah nonton, ga mungkin juga semua ditonton), berikan previlage seperti discount, info sms dan email film terbaru untuk pelanggan yang sudah mengisi database dan buat website atau blog dong, dijamin pelanggan Anda betah haha dan rekomendasi untuk membeli di tempat Anda akan terus mengalir seperti virus, pentingkan rekomendasi? Yah penting pasti karena saya ga yakin tempat-tempat cd ini berani beriklan jor jor an hehe.
(Sumber gambar: www.moviemarketingpr.com)

Jul 22, 2010

Brand, Kenali Marketmu


Ada yang unik di dalam kantor Creasionbrand ini (yah walaupun sesatu yang wajar juga sih), sering sekali terjadi pembahasan dan komentar masalah selera musik masing-masing orang. Ada yang suka mengomentari bahwa musik si A rada ngampung dan ga punya selera, sementara si A membalas bahwa musik si B norak dan ga jelas, tidak bisa memberi, inspirasi dan sebagainya haha, baru A dan B tuh, masih ada genk C lagi wadaoo.

Jika dibagi menjadi anggota genk, genre musiknya kira-kira begini, Pertama ada genk Timur Dalam (bahasa gua sendiri nih) yaitu pencinta musik-musik melayu dan mendayu haha yang mungkin artis-artis favoritnya adalah ST 12, Kangen band, Wali, Opick dsbnya dan tentu saya adalah pimpinan genknya hehe. Kedua genk Barat, yah tentu dengan semua lagu baratnya, lebih cenderung pop dan jazz, yang jujur kebanyakan lagu genk ini sama sekali tidak memberikan inspirasi dan menarik untuk didengarkan oleh genk Timur Kuno haha, mungkin buat sebagian besar genk Timur Dalam karena bahasa Inggris.

Nah terakhir ini muncul genk yang lebih ga jelas lagi, khususnya bahasa lagunya yaitu Genk Timur Modern. Musik-musik korea dan jepang (Big Bank, 2ne1, entah apalagi) menjadi aliran genk ini bener-bener bikin trauma khususnya genk Timur Kuno, entah apa enaknya lagu-lagu itu yah kecuali ketika melihat video klipnya di mana penyanyi emang cakep-cakep hehe. Diperparah gaya promo mereka di internal sangat aggressive lagi, lewat Facebook, demo pake speaker gede-gede, dijadikan bahan untuk pembicaraan ketika makan.. Oh my God..

Yah ok kembali lagi, tentu saya bukan lagi mau membahas selera musik, di atas saya hanya ingin memberikan sedikti gambaran bahwa konsumen adalah individu yang punya needs, wants dan expectation yang berbeda satu sama lainnya sehingga sebuah brand harus dapat menangkap ketiga hal tersebut dengan clear dan konsumen mana yang ingin dilayani karena treatment nya juga toh pasti berbeda.

Coba bayangkan, sebuah brand menggunakan endorser Timur Dalam (istilah saya yah) untuk melakukan promo ke market yang menyukai musik  Timur Modern, wah pasti terjadi kekacauan tuh, alih-alih brand tersebut mendapat apresiasi dan dibeli produknya, yang ada malah menjadi bahan hinaan dan dihindari produknya karena jelas “bukan gue banget”.

So, definisikan market kita dengan jelas, gali needs, wants dan expectationnya dengan clear baru kemudian bangun keungulan dan komunikasi ke market tersebut.
(Sumber gambar: www.asiaenwes.com)

Lain Pohon Lain Belalang

Minggu lalu kebetulan bertemu dengan salah satu pengelolah pree school yang baru saja didirikan di bandung, dengan mengambil lisence dari luar negeri, sekolah ini didirikan untuk bertarung memperebutkan dan menyicipi pasar yang sangat empuk. Bagaimana tidak empuk, untuk satu bulan saja setiap anggota dari pree school ini dikenakan charge 1.5 juta sampai 2 juta rupiah dengan total pertemua 8 kali dalam satu bulan, indikasi pertama tuh, indikasi kedua, semakin menjamurnya penyelenggara pree school di bandung ini juga menunjukan pasar yang cukup layak untuk dijadikan priuk nasi tentunya.

Sebetulnya sebelum pergi, pekerjaan ini saya serahkan kepada strategic planner perusahaan Stefanie, jujur saya merasa ga bidang dengan anak-anak haha apalagi yang dibawah lima tahun, namun kadang-kadang otak dengan hati suka ga singkron, di sisi lain tentu menarik sekali bidang baru ini yah jadi singkat kata ikut pergi deh (ga penting banget yah ceritanya haha).

Sesampai di tempat pree school tersebut langsung saja insting berkerja haha, loh kok ga terlihat seperti pre school??, padahal tempatnya bisa dikatakan cukup besar dan bagus. Dan mulailah petualangan detektif dilakukan, lihat sana sini, photo sana sini untuk merasakan atmosfer tempat tersebut dan kesimpulannya bahwa tempat ini sangat tidak memperhatikan ambience dan visual yang sesuai dengan kategori bisnis mereka dan segmen market mereka tentunya. Saya sedang membayangka ketika ibu-ibu datang dan matanya mulai melihat-lihat, pasti akan muncul keraguan dan pertanyaa “kok seperti bukan pree school yah” setidaknya seperti itulah yang tampak pada kesan dan visual pertama di depan dan lobby pree school tersebut.

Singkat kata, ngobrol-ngobrol deh dengan yang punya, “Bu konsep yang ibu buat ini sudah berdasarkan hasil Tanya sana sini dan riset atau feeling ajah?” “Yah dari ngobrol-ngobrol kita ajah mas, khan kita juga punya anak dan ibu-ibu, kalo riset sih belom lah dan sekolah-sekolah lain juga sudah kita kunjungin dan sama-sama ajah, emang perlu yah?”.

Krik krik Krik Krik, oh walah si ibu ini, pantes ajah yang dateng masih belum sesuai target dan mungkin ga akan tercapai targetnya (bukan doa loh) kecuali productnya memang bener-bener outstanding dan punya USP yang luar biasa dibandingkan pesaing.

Bagaimana mungkin mendirikan perusahaan di jaman sekarang dengan feeling dan hasil ngobrol-ngobrol santai, bukan tidak mempercayai feeling, namun dengan banyaknya pesaing dan sudah teredukasinya market, kita jelas membutuhkan riset untuk dapat memperlajari atribut pesaing, needs, wants and expectation nya target market. Contoh, ketika jenis pree school ini muncul pada awal-awalnya, mungkin expektasi target market belum banyak dan setinggi sekarang karena saat itu mereka belum teredukasi, tapi sekarang Singkat kata akhirnya saya dan stef memberikan sedikit advise, soal ide dan strategi memang bukan perkara sulit namun itulah pekerjaan kami, namun dalam hal ini kami mensyarakatkan si ibu untuk melakukan riset terlebih dahulu sehingga arah strategi dan ide yang dibuat dapat memenuhi objective perusahaan dan tentunya dapat kami pertanggung jawabkan keberhasilannya.

“Tapi biaya riset itu khan mahal mas, saya sudah Tanya ke perusahaan A yang terkenal itu, sekitar 40 juta habisnya” Wah, Siapa bilang biaya riset itu mahal, inti dari riset adalah menemukan data dan fakta (informasi) yang tepat, yah tentu problem utamanya bukan hanya biaya tapi metode dan strateginya dan kadang tidaklah butuh biaya yang tinggi untuk itu dan bisa Anda tebak berapa biaya yang harus dikeluarkan si ibu pada akhirnya? hanya 6 juta bahkan kemungkinan bisa kurang. Yah tentu saja ini dikarenakan perbedaan metode yang ditempuh untuk mendapatkan sebanyak mungkin data dan fakta serta insight demi membangun brand dan penjualan perusahaan.

Yah seperti kata pepatah, Lain pohon lain pulah belalangnya. Ntar kita lanjutin lagi yah setelah riset dan tentu yang paling serunya, perang mendapatkan market dan mempertahankannya.
(Sumber gambar: www.maybole.org)

Jul 19, 2010

Email Marketing Chapter I

Beberapa minggu ke depan, saya akan coba menyajikan tulisan mengenai apa itu email marketing, mengapa sangat penting dan bagaimana melaksanakan email marketing yang tepat dan efektif. Jujur saja saya cukup tergelitik untuk sharing masalah ini karena bagi saya, setelah mencari buku-buku referensi, tulisan-tulisan ringan, makalah, blog dan sumber lainnya saya tidak menemukan panduan yang betul-betul sederhana bagi orang awam untuk dapat melakukan strategi email marketing dengan tepat dan efektif khususnya dalam bahasa indonesia. Tentu saja ada beberapa yang sangat lengkap namun kita harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit dan satu lagi dalam bahasa Inggris (is that a big problem?) hehe, mungkin saja bagi banyak orang.

Tentu buat yang sudah expert di bidang online strategy yang saya sajikan bisa jadi sudah “basi”, namun biarlah, toh saya buat tuilsan ini untuk awam dan ingin belajar salah satu komponen yang paling penting dalam online strategy atau binis online yaitu email marketing. Dengan mengikuti setiap minggunya di blog ini saya akan coba kupas satu persatu mulai dari mengapa, bagaimana strategynya, apa saja email marketing itu, bagaimana mengukurnya dan tentu dengan contoh-contoh yang bisa memberikan gambaran yang lebih jelas. Ok bagaimana kalo kita mulai temen2.

Apa sih email marketing itu? Email Marketing adalah “sebuah bentuk direct marketing dengan menggunakan email yang ditujukan untuk memberikan informasi dan penawaran (komersial, social, news, CRM) kepada target audience.” Email marketing adalah “salah satu tools paling lama dan powerfull dalam online strategy sampai saat ini”, kira-kira begitulah pendapat beberapa pakar online. Tujuan akhirnya? Sederhana saja penjualan dan brand equity.

Beberapa fakta mengenai email marketing yang saya rangkum dari belantara online yang mungkin bisa dijadikan acuan.











•    Menurut penelitian yang dilakukan oleh Direct Marketing Association, email marketing menghasilkan ROI sebesar $ 43,62 untuk setiap dolar yang dihabiskan di atasnya pada tahun 2009. Di prediksi tahun 2010 akan menjadi sebesar $ 42,08. Hal ini memlebih efektivitas pemasaran brosur secara offline dengan biaya yang jauh lebih murah.

•    Sejumlah penelitian yang berasal dari Forrester Research, Gartner, eMarketer, dan Direct Marketing Association secara konsisten menunjukkan email tetap menjadi salah satu saluran yang paling efektif dalam pemasaran pemasaran dan ROI.

•    Menurut survey Datran pada tahun 2010, 39,4% dari para eksekutif industri mengatakan email marketing merupakan tools pemasaran yang sangat efektif dan menjadi pilihan para eksekutif tersebut.

•    Survei Forbes Media di Februari / Maret 2009 mengungkapkan bahwa email marketing dan e-newsletter dianggap sebagai tools online nomor dua yang paling efektif dalam menciptakan conversion setelah SEO.

•    Survey di Irish pada tahun 2009 memperlihatkan bahwa  marketers menilai 79% email marketing merupakan tools yang penting dan sangat penting bagi strategi pemasaran mereka.

•    Shop.org's State of Retailing Online 2009 survey menemukan bahwa "E-mail adalah tactic pemasaran yang paling sukses sejauh ini.

•    Desember 2008 survei yang melibatkan ratusan pemasar oleh Marketing Sherpa menemukan bahwa per-klik iklan pencarian memiliki ROI tertinggi, diikuti dengan email marketing pada tempat kedua.

Kita lanjutkan next week yah, monggo jika ada pertanyaan atau comen, sisipkan saja di kolom komen dibawah. Tentu jika ada yang mau menambahkan data-data diatas akan lebih baik lagi untuk pembelajaran kita bersama.
(Sumber gambar: www.flamemultimedia.com)

Segmentasi dan Gaya Bisnis

Baik Anda memulai suatu bisnis baru atau memiliki bisnis yang telah berjalan, Anda harus terus memantau mengenai pemetaan pasar yang tersedia di depan mata Anda. Baik Anda telah memiliki target market spesifik untuk digarap maupun Anda sedang mencari-cari siapa target market yang akan Anda bidik, Anda harus tetap sensitif dalam mengamati berbagai pertumbuhan segmen market yang bisa jadi potensial untuk Anda garap. Bisa dengan menggunakan produk yang Anda miliki sekarang atau bisa menjadi potensi inovasi pengembangan produk dan layanan Anda, tentu semuanya dengan tujuan memperbesar laba yang akan Anda dapatkan.

So.. coba kita ingat-ingat kembali cara-cara kita menentukan target market yang mau kita pilih sebagai garapan kita... jangan lupa bahwa hal ini selalu penting untuk Anda Cek-Ricek karena segmentasi /pengelompokan pasar selalu berubah melihat dinamisnya pergerakan kondisi bisnis sekarang ini yang didorong oleh perkembangan tekonologi yang ga main-main.

Secara singkat ada 5 tipe penentuan kita dalam menggarap target market. Mereka adalah...

1.    Single-Segment Concentration
Apabila kita mengikuti tipe Single-Segment Concentration, kita mengambil 1 kelompok segmen saja yang akan kita jadikan target market kita. Seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan akan dipersembahkan untuk kelompok segmen tersebut. Sisi positifnya tentu perusahaan menjadi lebih fokus, tapi sisi negatifnya nih kita terlalu bergantung pada kelompok segmen tersebut. Naik turunnya dan hilang munculnya segmen tersebut menjadi tulang punggung perusahaan kita.. wah serem juga yah!

2.    Selective Specialization
Ceritanya adalah tipe pengambilan segmen ini disesuaikan dengan kompetensi yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan melihat-lihat segmen market yang berbeda-beda namun tetap memiliki kebutuhan yang sama, sehingga perusahaan tetap bisa memenuhi kebutuhan mereka walau di segmen yang berbeda. Bisa jadi segmen yang berbeda tersebut tidak memiliki korelasi yang signifikan, namun tetap bisa menghasilkan profit.

3.    Market specialization
Untuk tipe pemilihan ini, di mana perusahaan berkonsentrasi pada suatu segmen tertentu, dan menyediakan berbagai kebutuhan segmen tersebut. Contohnya misalnya brand produk-produk olahraga seperti Nike, Reebok, Adidas, di mana mereka berkonsentrasi pada segmen market atlet atau pecinta olah raga. Brand-brand tersebut mengakomodasi berbagai produk untuk segmen market tersebut mulai dari sepatu, baju hingga botol minum.

4.    Product specialization
Untuk tipe yang ini, berbeda dari market specialization yang berfokus pada marketnya, product specialization berfokus pada produknya. Dengan jenis produk yang sama, perusahaan melayani segmen yang berbeda- beda. Contohnya adalah perusahaan AP Boot yang memproduksi sepatu boot bahan karet yang melayani baik dari kelompok segmen sepeda motor, pekerja pekerbunan hingga pekerja lapangan.

5.    Full market coverage
Tipe penetapan target market yang terakhir ini adalah dengan melayani seluruh segmen yang ada. Wah tergiur yah dengan profitnya? Tapi nanti dulu, tipe pengambilan target market seperti ini hanya dapat dilakukan oleh perusahaan dengan modal dan sumber daya yang besar, karena segmen yang berbeda-beda memiliki kebutuhan yang berbeda-beda pula, dan untuk dapat diterima oleh seluruh segmen Anda harus mampu menjawab setiap kebutuhan yang ada.

Jadi baiknya pilih yang mana ya? Mulailah dengan melakukan analisa kemampuan sumber daya yang Anda miliki dan sisanya Anda dapat tentukan dari pola pikir dan tipe bisnis yang Anda inginkan. Saya percaya tidak ada suatu bisnispun yang bisa terlepas dari “gaya” atau style business owner/leader itu sendiri. Semua keputusan bisa jadi baik asal tepat dan sesuai dengan visi yang Anda tetapkan, sebaliknya semua keputusan bisa menjadi tidak tepat apabila tidak sesuai dengan visi Anda. Kuncinya adalah lihat peluang, kroscek dengan sumber daya, dan konsisten terhadap strategi paling tidak selama periode kerja yang Anda tetapkan. Selamat memilih!
(Sumber gambar: www.nigeltemple.com)

Jul 7, 2010

Creative is “Being”, Not “Given” (Tentang Kreatif I )

Apa sih yang ada dipikiran kita saat terlintas kata ‘kreatif’? Out of the box? Being different? Innovative? Imaginative? atau yang lainnya? Apa pun itu, kreatif seolah jadi kata sakti yang bisa membuat orang bilang, “WOW!!”. Lalu yang menjadi pertanyaan kemudian adalah “gimana sih caranya menjadi kreatif?”.

Asumsi yang Salah
Sayangnya, seiring dengan pertanyaan itu muncul, terlintas pula di pikiran kita asumsi-asumsi yang salah tentang menjadi kreatif. “Ah, saya orangnya ngga kreatif!” kata seorang teman. Ada lagi yang beranggapan kreatif itu untuk orang-orang tertentu saja. Malah ada yang menganggap kreatif itu bakat. Semua SALAH!

Perlu kita tanamkan ke dalam pikiran kita bahwa kreatif bukanlah sesuatu yang “ada” (given), melainkan kreatif adalah sesuatu yang “menjadi ada” (being). Kreatif itu diciptakan, layaknya Tuhan menciptakan manusia dan seisi alam ini.

Melalui otak dan hati, Tuhan memberikan kesempurnaan kepada kita sebagai manusia untuk membuat, mencipta, dan berkarya. Tidak ada orang yang diciptakan di dunia ini sebagai orang kreatif, dan tidak ada pula orang yang diciptakan dalam keadaan tidak kreatif. Semua orang diciptakan sama, kecuali secara fisik. Kreatif menjadi ada karena benturan antara pengalaman (experience) dan pengetahuan (knowledge) dalam hitungan waktu (time).

Mengikuti Aturan (Membatasi Diri)
Asumsi yang salah ini menjadi lebih buruk karena kita cenderung mengikuti aturan. Aturan dibuat memang untuk dipatuhi. Tapi dalam pekerjaan/ aktivitas kreatif, aturan menjadi batasan-batasan yang (sayangnya) justru kita ciptakan sendiri, sehingga menghambat kreativitas.

Lihatlah bagaimana sistem pendidikan negara ini yang berlaku sejak kita SD s.d SMA. Semua serba teratur! Sekolah menuntut kita untuk mengikuti sesuatu by the book, or by what teacher’s tell. Dengan kata lain, kita tidak diberikan pilihan apa-apa kecuali mengikuti sistem yang sudah ada. Bandingkan dengan sistem pendidikan diluar negeri , yang sejak elementary school (setingkat SD), setiap siswa dibebaskan untuk memilih mata pelajaran yang diinginkan. Di negara kita, hal ini baru diberlakukan di tingkat kuliah. 

Terlalu Mengandalkan Logika
Dengan begitu, pelajaran apa yang kita dapat? Kita terlambat mengetahui minat (passion) kita sebenarnya. Kita menjadi terlalu terpaku pada logika, sesuatu yang nilainya hanya dipandang dari satu sisi saja, yaitu intelegensi (knowledge). Siswa dianggap gagal bila nilai yang dicapainya tidak memenuhi sistem. Dalam aktivitas kreatif, hal ini tidaklah sesuai karena setiap siswa hanya diasah kemampuan otak kirinya saja. Sementara otak kanan kita, yang berfungsi sebagai “nyawa” untuk berpikir imajinatif dan kreatif, menjadi tumpul. Setiap siswa bagai kerbau dicocok hidungnya saja. There’s no passion would revealed in logical rules!

Takut Gagal
Satu lagi problem klasik yang selalu kita alami untuk menjadi kreatif, yaitu takut gagal. Padahal kegagalan bukanlah sesuatu yang seharusnya ditakuti, tapi dihadapi. Dengan mengecap kegagalan, berarti kita membuka jalan dan pikiran untuk memikirkan/ menemukan/ mencipta sesuatu yang baru, supaya kegagalan berikutnya tidak terjadi.

Proses ini pula yang justru sangat membantu kita menjadi kreatif. Jadi ngga perlu takut gagal! Apalagi sebelum kita mencobanya. Karena seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kreativitas bukanlah sesuatu yang tiba-tiba ada, tapi kreativitas ada karena proses. Kegagalan adalah salah satu jalan pintas menuju kreativitas.

“I have not failed. I've just found 10,000 ways that won't work,” kata Thomas Alfa Edison. Perhatikan bagaimana penemu lampu ini memandang sebuah kegagalan. Ia tidak mengungkap kekesalannya atau mengeluhkan kegagalannya. Ia justru yakin banyak jalan yang terbuka dari berbagai kegagalan yang dialaminya.

Sejenak, mari kita review kembali. Kebanyakan orang sulit menerapkan makna kreatif/ kreativitas karena 4 hal, yaitu: membuat asumsi-asumsi yang salah tentang kreatif; terbiasa mengikuti aturan (membuat batasan); ketergantungan pada logika; dan takut gagal (sebelum mencoba).

Melalui identifikasi masalah seperti ini, kita sudah memulai sebuah proses kreatif dengan cara yang paling sederhana. Pelajari dan perhatikan apa yang ada di sekitar kita! Apa yang membuat kita masih duduk terdiam termakan waktu sementara orang lain giat berlalu-lalang di hadapan kita bergerak maju?

Maka, jadilah lebih peka! Lakukan analisa sederhana, paparkan setiap masalah yang kita temui, rangkaikan setiap kemungkinan yang ada menjadi sebuah solusi, dan sadarilah bahwa kita telah melakukan sebuah proses kreatif.
(Sumber gambar: www.doobybrain.com)