Jul 11, 2014

Konsumen "Die Hard"

Sepanjang suasana pemilu ini ada banyak hal yang sangat menarik untuk diamati khususnya soal pendukung kedua calon presiden RI, eh tapi digaris bawahi dulu yah, saya sedang tidak membahasa dari sisi politik tapi ingin membahas dari sisi marketing terlepas dari dukung mendukung capres.

Ada tidak diantara anda yang sampai bersitegang karena membela masing-masing calon dengan sahabat, keluarga, teman kerja dan bahkan orang yang belum Anda kenal sebelumnya? Banyak mungkin yah wkwk, saya sendiri termasuk bagian di atas karena situasi yang memang sedang hot-hotnya sering kali terlibat diskusi yang tajam mengenai masing-masing wapres. Hebatnya semua seperti merasa benar, memiliki data yang konkrit dan punya alasan yang sangat kuat bahwa apa yang mereka pikirkan soal capresnya adalah yang paling benar.

Di Social media juga lebih hebat lagi, berhamburan link artikel, komen, gambar dan berbagai hal lain yang berhubungan dengan pemilihan calon presiden ini, entah betul entah salah pokoknya hantam bleh, sampai-sampai beberapa "tokoh" masyarakat  kebabalasan dalam membela capresnya dengan mengorbankan kredibilitasnya karena mengangkat isue-isue yang tidak relevan. Beberapa teman saya bahkan berujar "gua sampe musuhan sama teman gua wkwk" WOW, tapi bisa juga sih, saya juga sampai harus unfollow beberapa orang yang menurut saya sudah cukup anoying "nyampah".

Media cetak dan TV? apalagi, sudah bingung mau yang mana yang ditonton wkwk, yah kalo pendukung Jokowi pasti suka nonton Metro TV dan Kompas TV tapi akan sangat enek nonton TV One dan MNC mungkin haha pun sebaliknya karena masing-masing terjebak pada pusaran dukung mendukung

Kok bisa sampai segitunya yah? Banyak sekali Die hard yang muncul untuk membela kedua pasangan ini baik itu yang memang tulus muncul untuk menjadi die hard maupun yang memang dibayar. Ah kalo dibayar sih ga menariklah buat dibahas, kita coba lihat bagaimana Die Hard-Die hard "Ikhlas" muncul dan sangat agressive membela dan mempromosikan brand yang mereka bela, asik bener khan kalo sampai brand kita punya Die hard-Die Hard seperti ini.

1. Merasa terwakili

Yah ini alasan yang sangat kuat ketika konsumen menjadi Die hard sebuah brand, konsumen merasa brand tersebut mewakili dan menjadi inspirasi bagi diri mereka. Istilahnya "gua banget nih", dengan memilih brand ini konsumen merasa apa yang ada di dalam diri mengenai needs, want or expectationnya bisa tersalurkan terlepas apakah nanti pada kenyataan terjadi atau tidak.

Dalam kontek Merasa Terwakili ini, kadang mendorong konsumen untuk Die Hard walaupun pada prateknya si konsumen bahkan belum merasakan manfaat/benefit dari brand itu sendiri namun karena dorongan emosional benefit "yang belom nyata sometimes" membuat konsumen menjadi Die Hard untuk brand bisa menjadi bagian dari mereka.

Coba Anda bayangkan, Anda punya sebuah brand di Bandung katakanlah tapi kemudian banyak orang yang ter attach dengan brand Anda tersebut di luar Bandung yang membuat mereka merasa "ingin sekali" dengan brand Anda dan mereka bahkan bela-belain untuk mempromosikan brand Anda di daerah mereka padahal mengkonsumsi atau menggunakan brand Anda ajah blom pernah. Atau saya sendiri deh, sering sekali menjadi Die Hard Harley Davidson padahal sampe sekarang ajah belom punya wkwk, tapi seolah-olah sudah ter attach dan ada di dalam hati karena "gua banget".

2. Lingkungan
Yah lingkungan adalah salah satu faktor penting seorang konsumen bisa terbentuk menjadi Die Hard. Ketika misalnya kita tinggal dilingkungan di mana internet sudah menjadi kehidupan sehari-hari, rasanya bisa lemes dan galau kalo koneksi mati total, bisa mati gaya istilahnya. Arus informasi yang ada di sebuah lingkungan kadang punya pengaruh sangat besar bagi seorang konsumen untuk memutuskan sebuah pembelian, contoh di Pemilu, jika keluar besar Anda condong membela pasangan x maka arus informasi yang berputar pasti seputar positifnya x dan negatifnya y sehingga pada akhirnya Anda akan cenderung untun mendukung pasangan x secara Die Hard padahal mungkin sekali informasi yang Anda dapatkan tentang y adalah salah.

Tantangannya adalah bagaimana sebuah brand bisa menciptakan sebuah lingkungan di mana lingkungan ini bisa memfasilitasi "penduduknya" untuk menjadi die hard bagi brand tersebut. tentu bukan perkara mudah, kalo membentuk wadah lingkungannya sih ga sulit, sudah banyak social media sekarang, tapi membentuk karakter "penduduk" di dalamnya sehingga menjadi Die hard terhadap brand kita tentu bukan perkara mudah. Butuh strategi konten, pola komunikasi dan engage yang tepat serta dorongan berupa benefit baik fisik maupun emosional yang pada akhirnya bisa membentuk Die Hard ini (lain kali kita bahas yah)

3. Merasakan Manfaat
Yah ini sebetulnya dorongan yang paling kuat untuk konsumen menjadi Die Hard sebuah brand, karena pernah mencoba dan merasakan manfaat dari brand tersebut. Sehubungan dengan waktu benefit yang dirasakan ini akan membentuk emotional bonding yang pada waktunya akan membuat konsumen menjadi Die Hard brand tersebut.

Tantangannya adalah bagaimana brand bisa terus membangun relasi dengan konsumen yang sudah merasakan manfaat dari brand tersebut, tentu yang paling menantang ketika produk kita adalah produk yang dikonsumsi bersifat masal/ banyak yang membeli, nah ini cukup repot untuk membangun hubungan yang bersifat sangat dekat dengan konsumen, namun masih bisa diakali dengan menyiapkan sebuah wadah di mana di dalammnya brand bisa mengendalikan dengan membentuk lingkungan yang sesuai dan dapat diarahkan untuk membentuk Die Hard bagi brand tersebut.

Pemilu sudah beres, apakah Die hard-Die hard bakal terus mendukung brandnya? Terserahlah yah hehe yang penting konsumen kita akan terus membeli Brand kita dan mau repot-repot untuk membela brand kita. Salam Kreatif.

Artikel Populer yg Banyak di baca:

Ide itu Mahal Bung
Turning Your Idea Into Business
30 Creative Sales Ideas Untuk Cafe/ Resto
7 Bisnis Sampingan Dashyat Lewat Twitter
Hotel Internet Marketing, 5 Things is a must

Creasionbrand
(Creative Sales & Idea Consultant)

No comments: