Dari kemarin sampai hari ini
timeline socmed saya banjir, tumpah dan luber banget sama postingan jari ungu,
vote, vote caleg cerdas, sampe promo pemilu. Rupanya promo di hari Pemilu
sekarang sudah jadi “agenda wajib” buat beberapa brand, kalau dulu-dulu
palingan hanya Starbucks saja yang saya lihat paling rajin untuk ikutan bikin
promo kopi gratis di hari Pemilu, maka di Pemilu tahun ini telah diramaikan
oleh banyak brand yang ikut memanfaatkan moment pemilu ini untuk promote
produk.
Sebenarnya bukan hal baru
memanfaatkan moment tertentu untuk campaign promo tertentu, seperti Tahun Baru,
Lebaran dan Natal, tapi yang menarik kali ini adalah bagaimana moment pemilu
dimanfaat kan sebagai tema besar untuk campaign, padahal moment pemilu ini
bukanlah moment 1 tahun 1 kali, tapi moment langka yang hanya terjadi 5 tahun 1 kali di Indonesia. Dikutip dari http://www.marketingweek.co.uk/analysis/essential-reads/live-in-the-moment/4006738.article,
moment marketing adalah sebuah teknik campaign yang mendorong konsumen
berinteraksi satu sama lain dan berinteraksi dengan brand dalam sebuah
pembicaraan secara real time, tentang topik tertentu.
Strategi melibatkan konsumen seperti ini sangat terbantu sejalan dengan makin booming nya fenomena smartphone dan social media, dan hal ini sangat mungkin sekali dibuat viral dalam kondisi saat ini. Namun, ada beberapa hal yang perlu kita cermati, karena moment marketing ini sebenarnya by design, bukan terjadi dengan sendiri nya
Strategi melibatkan konsumen seperti ini sangat terbantu sejalan dengan makin booming nya fenomena smartphone dan social media, dan hal ini sangat mungkin sekali dibuat viral dalam kondisi saat ini. Namun, ada beberapa hal yang perlu kita cermati, karena moment marketing ini sebenarnya by design, bukan terjadi dengan sendiri nya
1. Planning.. planning.. planning..
Walaupun kelihatannya spontan
tapi percayalah, meng create sebuah “gulungan” buzz ataupun viral butuh
planning yang matang, misalnya: cerita tentang bagaimana Ellen DeGeneres yang
spontan saja mengajak para bintang Hollywood melakukan selfie di perhelatan Oscar
26 Maret 2014 lalu, selidik punya selidik ternyata Samsung (brand ponsel yang
digunakan Ellen untuk selfie) memang ternyata adalah salah satu sponsor dalam
acara Oscar saat itu.
Apa dan bagaimana persiapan yang harus diantisipasi untuk mengcreate campaign seperti ini tentu nya cukup detail, mulai dari kebijakan dan wewenang keputusan yang harus dipastikan terdeliver ke semua front liner, persiapan produk (jika melibatkan gimmick product), sampai dengan infrastruktur yang harus dipersiapkan untuk menghandle “gelombang” akibat campaign yang dijalankan.
2. Infrastruktur dan kesiapan di
lokasi
Bikin promo yang mengarahkan
konsumen untuk datang ke counter memang bukan hal sulit, tapi bagaimana kita
mengatur agar konsumen yang datang jadi happy, itu adalah proses yang justru
lebih menentukan, apakah campaign tersebut berhasil atau tidak. Jangan sampai
pada saat konsumen datang, malah menjadi kecewa, akibatnya viral positif yang
di planning malah akan menjadi bumerang menyebarkan viral negatif untuk brand
kita. Maka secara infrastruktur dan kesiapan di lokasi menjadi amat sangat
penting sekali.
Hal ini berlaku baik di on line
maupun offline, misalnya seperti yang terjadi di Starbucks pada saat Pemilu
kemarin, terjadi antrian, tapi karena Starbucks membatasi hanya pada saat pk.
12.00 – 15.00 maka tidak akan menggangu traffic yang memang sudah ada, dan
suasana tetap nyaman untuk konsumen yang sudah eksisting. Jika kita create
campaign secara digital, sama hal nya dengan offline, misal: kita membuka
gratis pengisian token credit untuk
1.000 subscriber pertama, tentu saja secara website dan server kita harus
persiapkan agar tidak down pada saat sekitar 800-1.000 orang mengakses web
ataupun apps kita dalam waktu bersamaan.
3. Sosialisasi & brief tim &
frontliner
Sama hal nya dalam dunia nyata,
jika kita mengratiskan produk, maka secara term & coondition, persediaan,
service front liner dalam menangani kedatangan calon konsumen yang sangat
banyak harus diantisipasi, misal dengan menciptakan batasan waktu/periode
ataupun memberlakukan sistem antri. Penting untuk merumuskan batasan &
guideline untuk tim PR dan tim front liner untuk bisa memberikan jawaban atas
pertanyaan2 term & condition di lapangan, agar seragam dan tidak
menimbulkan salah paham pada saat akan dilaksanakan.
4. Pemilihan media yang tepat
Sekarang jamannya digital, jadi
channel promo yang paling efekktif adalah via socmed, wah.... tidak selama nya
mendung itu kelabu.. hahaha.... bai kami tidak selalu media digitlal (socmed
ataupun online ads) itu efektif, dan tidak selalu juga media offline
(flyering, canvassing, sales call, event,
dll) tidak efektif. Semuanya bergantung pada habit media target market yang
dituju, klo target yang kita tuju adalah “the influencer” mungkin lebih baik
gunakan media yang very share able, seperti online media twitter atau yang
sedang ngetop belakangan ini: path. Tapi misalnya target kita adalah para
purchasing pabrik, maka mungkin medai yang lebih tepat digunakan adalah
canvassing atau sales call.
Private Label, Lampu Kuning Pemilik Brand
The Power of Free Marketing Ala Google
Aku, Mama, Starbucks dan Pisang Sunpride
Starbucks Catering, Ngejer Setoran?
No comments:
Post a Comment