Pertama kali melihat, membaca dan mendengar brand ini campur-campur rasanya: lucu (pengen ketawa), agak geli (cenderung negatif), bingung, aneh, dan pengen tau bagaimana asal mula si produsen memilih sebuah nama brand untuk produk alat memasak ini. Mungkin bagi orang Indonesia yang tidak mengerti boso jowo (bahasa daerah Jawa), brand name ini “no meaning” alias ga ada arti spesifiknya, tapi bagi sebagian orang yang mengerti dan menggunakan bahasa Jawa, akan kaget jika mendengar, melihat, mendengar atau membaca produk perlengkapan memasak dengan brand name seperti ini.
Yah.... brand perlengkapan memasak yang saya maksud adalah SILIT, brand cookware asal Jerman yang saat ini mulai masuk menggarap pasar Indonesia. Dan yang membuat saya agak bingung, ternyata dalam bahas Jerman Silit juga tidak memiliki arti. Tapi kalo Anda orang jawa, arti Silid ini agak sedikit kurang enak didengar sebetulnya (coba lihat di sini artinya http://kamusslang.com/arti/silit). Saya kurang tau juga bagaimana pertimbangan strategi perusahaan ini sebetulnya dengan tetap menggunakan brand SILIT di Indonesia.
Tapi sebenarnya terdapat beberapa hal yang sebaiknya dipertimbangkan dalam memilih brand name yang cocok dengan produk, seperti:
1. Simple dan pendek
Sama seperti kita mengingat nama teman atau orang, akan sangat mudah jika kita menghafalkan nama dengan suku kata yang lebih sedikit dan simple, begitu juga dengan pemilihan brand name, sebaiknya pilihlah brand dengan suku kata sependek mungkin, seperti: Bata, Nokia, Joger, dll
2. Mudah diucapkan
Tidak kalah penting adalah kemudahan kita untuk mengucapkan, karena jika menggunakan brand dengan lafal yang sulit maka kemungkinan pada saat brand name kita di “passing” atau dengan kata lain di “word of mouth” atau berpindah media akan sulit untuk di definisikan ulang, bahkan memungkinkan sekali untuk erjadi kesalahan ketika akan di sampaikan ulang oleg orang bahkan media tertentu.
3. Mudah diingat
Pada saat brand kita ingin dikenal, maka kemudahan untuk diingat sangat penting, karena pada saat orang akan merekomendasikan sebuah produk kepada teman, kenalan, atau saudara, brand yang akan disebut adalah brand yang paling mudah diingat.
Ghesquire, Ghesquire Coba di baca sekali terus di ingat dua brand tersebut, saya jamin pasti Anda agak lupa nama brand tersebut. Hal ini akan membuat effort Anda untuk membuat nama Brand Anda terkenal menjadi lebih sulit karena komunikasi yang dilakukan mau tidak mau harus membuat orang bisa mengingat dulu Brand tersebut.
4. Memiliki konotasi positif
Sebenarnya banyak sekali kasus yang terjadi di Indonesia bahkan dunia untuk konotasi negatif ini, bukan hanya Silit di Indonesia, tapi mungkin kita masih ingat cerita ttg Dell Peju (Indonesia), Ford Pinto (Brazil), Vergatorio (Venezuela), Nissan Moco (Spanyol), Honda Fit (Jepang), dll. Nama-nama brand di atas mungkin terlihat “keren” buat di sebuah negera, tapi di negara lain bisa jadi nama tersebut memiliki konotasi negatif.
5. Memiliki single meaning
Sebaiknya sebuah brand name memiliki arti yg tidak ambigu sehingga ketika di komunikasikan dengan berbagai tools yang berbeda memiliki arti yang selalu sama. Jadi kita sebagai produsen tidak perlu melakukan edukasi dan konfirmasi ulang untuk mengkomunikasikan brand name kita.
Jadi gimana, mau memasak dengan SILIT?
No comments:
Post a Comment