May 7, 2013

Mendadak White Coffe, Euforia apa Bisnis?


Akhir-akhir ini saya perhatikan di televisi nampaknya semakin intens aja yang namanya iklan kopi mulai dari yang namanya arabika, robusta, kopi susu, kopi instan, kopi tubruk, ampe kopi jahe, mau itu kopi untuk segmen low class, middle class, ampe kopi sachet yang dikemas untuk segmen premium. Well mungkin itu salah satu jawaban dari para pelaku bisnis atas kebiasaan minum kopi orang indonesia yang cukup tinggi dan nggak terbatas usia, mereka melihat perilaku (behaviour) minum kopi ini menjadi ceruk bisnis yang menggiurkan.

Iya dong kalo nggak ngapain juga brand-brand kopi sachet atau botol rajin ngeluarin duit untuk belanja iklan televisi yang jumlahnya milyaran? “Top Kopi 344,2 miliar, Kapal Api 127,8 miliar, Torabica 96,8 miliar” *(sumber : mix). Selain itu coba lihat di mal-mal besar banyak orang nongkrong minum kopi, menurut anda mereka sekedar hanya minum kopi atau menjadikan kopi dan brand tersebut sebagai bagian dari ritual keseharian (habit masyarakat urban)?

Nah itu sih sedikit pengamatan saya secara umum mengenai ceruk bisnis kopi yang sangat menggiurkan, balik soal pengamatan saya di televisi selain iklan kopi yang intens tadi terdapat satu hal yang cukup menggelitik pikiran saya mengenai kemunculan brand-brand kopi yang mendadak “white coffe” beberapa waktu ini dan bahkan dalam waktu berdekatan.


Saya memang bukan peminum kopi, cuma saya menilai kemunculan white coffe yang pertama kali dikibarkan oleh Brand Luwak White Coffe ini kalo boleh dibilang sebagai fenomena baru dalam industri perkopian, dan mungkin potensinya juga sangat menggiurkan makanya brand-brand kopi nggak sungkan mengeluarkan varian white coffe, buktinya sang market leader industri kopi di Indonesia baru-baru ini muncul dengan varian white coffe bisa jadi karena takut market sharenya di ambil pesaing atau melihat potensi penikmat white coffe ini masih sangat besar.

Sedikit prolog tadi mungkin menjadi landasan akan pertanyaan saya mengenai fenomena mendadak white cofee di iklan televisi salah satunya, nah sekiranya fenomena mendadak white coffe ini hanya sekedar euforia saja karena munculnya sebuah fenomena baru di industri kopi dan para pemilik brand kopi yang ramai-ramai mengibarkan bendera white coffe, atau memang ada potensi bisnis yang sangat besar dan menguntungkan dibalik nama white coffe ini? langsung saja kita bahas bersama, semoga tulisan ini bisa menjawab sedikit pertanyaan yang menggelitik akan fenomena mendadak white coffe khususnya bagi saya pribadi.

1. Momentum Kopi Luwak
Seingat saya sebelum kemunculan brand luwak white coffe ini di Indonesia saat itu masih hangat-hangatnya dibicarakan mengenai luwak coffe (kopi luwak) yang di klaim sebagai salah satu kopi terbaik di dunia, konon untuk menikmati sebuah kopi yang difermentasi secara alami melalui bantuan hewan luwak ini kita harus merogoh kocek cukup dalam karena harganya lumayan tinggi untuk secangkir kopi luwak saya kita harus mengeluarkan uang ratusan ribu bahkan satu juta. Alhasil para pelaku bisnis kopi melihat hal ini sebagai peluang bisnis, bahkan sampai ada yang bela-belai beli luwaknya ha4, bagaimana dengan konsumen? jangan ditanya orang-orang tentunya penasaran ingin mencicipi secangkir kopi luwak ini.

Padahal kopi luwak ini sudah ada sejak zaman penjajahan loh, kalo boleh cerita sedikit orang tua saya menjelaskan bahwa dulu saat penjajahan petani kopi Indonesia nggak boleh minum kopi sama belanda, nah saking pengennya biji kopi itu disembunyiin di atas langit-langit rumah, dan apa yang terjadi? luwak yang saat itu sebagai satwa liar memakan biji kopi dan “membuangnya” kembali, ya namanya petani saking pengennya biji kopi yang udah di fermentasi luwak itu masih diminum juga he4.

Oke balik ke pembahasan, nah benang merah dari kopi luwak dan kemunculan brand luwak white coffe ini adalah  popularitas “luwak white coffe” yang meroket bersamaan dengan kopi luwak yang sedang hangat diperbicangkan. Saya masih ingat di awal kemunculan brand luwak white coffe saya kira itu kopi luwak yang dikemas dalam bentuk sachet, mungkin untuk nyasar segmen low dan middle biar bisa nyicip kopi luwak yang harganya mahal, ha4 ternyata saya salah.

2. Inovasi “Luwak + White Coffe”
Fenomena kupi luwak yang mendorong popularitas luwak white coffe, semakin meroket ketika brand ini cukup gencar belanja iklan di televisi hingga yang namanya brand activation (open table) di lokasi-lokasi keramaian, salah satunya saya masih ingat di gasibu. Apa yang hendak saya bahas di poin ini? adalah inovasi white coffe yang dilakukan oleh brand luwak, jujur saja saya nggak tau siapa yang menemukan dan dimana pertamakali diperkenalkan white coffe ini, cuma based on info yang saya dapet white coffe ini pake teknologi cold drying (-40’) sehingga menjadikan biji kopi itu kandungan acidnya berkurang (low acid), makanya sekarang saya ngeuh kalo di iklannya luwak white coffe aktif campaign low acid aman bagi lambung.

Apa hubungannya dengan inovasi? well walau saya bukan peminum kopi, yang menjadi pegangan saya mengenai kopi pasti warnanya hitam, nah itu lah yang sudah terbangun selama ini dalam benak konsumen khususnya peminum kopi. Seiring dengan perkembangannya para produsen kopi melakukan inovasi untuk bisa bersaing dengan kompetitor, mulai dengan muncul kopi instant, kopi susu, kopi jahe, dalam berbagai kemasan sachet maupun botol.

Munculah brand luwak white coffe, yang memperkenalkan white coffe dalam kemasan sachet pertama kali dengan iming-iming aman bagi lambung, alhasil diluar alokasi belanja iklannya yang besar merk ini cepat dikenal karena keunikan “Luwak” dan “White Coffe” yang cepat melekat di benak konsumen karena tidak biasa, dan akhirnya mereka penasaran untuk mencoba.

3. Inovasi yang menjadi trend
Dengan “mengawinkan” Luwak dan White Coffe tadi brand kopi sachet luwak white coffe bukan hanya dikenal (aware) oleh konsumen, tapi juga menjadi sebuah ceruk bisnis baru di industri perkopian, nggak tau juga yah mungkin awalnya luwak white coffe nggak sembarangan  memperkenalkan copywriting “aman bagi lambung”, selain karena teknologi cold drying tadi yang mengurangi tingkat keasaman, mungkin produk ini juga awalnya mungkin diperuntukan untuk konsumen yang pengen minum kopi cuma punya penyakit maag, nah luwak white coffe ini solusinya cerdas kan.

Apa mau dikata namanya orang Indonesia menemukan hal yang unik atau nggak biasanya langsung budaya latahnya muncul, luwak white coffe ini menjadi kategori baru yang cukup digemari oleh para peminum kopi di Indonesia terlebih harganya cukup murah cuma seceng alias seribu rupiah, soal rasa bagaimana? he4 saya melakukan riset kecil-kecila saya nanya ke beberapa teman yang suka minum kopi rata-rata menjawab enak, walau ada satu orang yang menambahkan asal jangan keseringan enek.

Dan apa yang terjadi? inovasi pun menjadi sebuah trend baru di kalangan konsumen, ketika menjadi sebuah trend demand dari market pun membesar, dan sang produsen diuntungkan, bahkan mungkin kesuksesan ini sempat menggoyang dan menjadi ancaman ceruk pasar kopi lainnya, iya dong namanya kopi mau hitam, cokelat, rasa apapun kan esensinya minum kopi, jadi kayaknya kemungkinan peralihan konsumen (buying decisision) peminum kopi ke satu merk ke merk lain cenderung lebih mudah terjadi, itu pendapat saya.

Bagaimana dengan kompetitor yang sudah lama nyemplung di bisnis kopi? merasa terancam dan mungkin melihat potensi pasar baru sangat besar tentunya nggak mau kalah dong jualan white coffe sachet? Buktinya Mayora mengeluarkan Kopiko White Coffe, Sang market leader pun mengeluarkan Kapal Api White Coffe, dan terakhir yang saya ingat ABC White Coffe.

4. Latest Data
Sebagai point penutup dari tulisan ini saya ingin share sedikit mengenai data yang saya peroleh mengenai industri kopi, ternyata cukup sulit juga ya, tapi semoga data ini bisa memberikan gambaran dibalik bisnis white coffe yang sedang menggurita.

“Data Nielsen Juni 2012 menunjukkan dari sepuluh kategori produk yang bertumbuh paling tinggi kopi masuk di dalamnya, dari sisi pertumbuhan value kopi menempati posisi kedua dengan kenaikan 16 persen. Sementara peringkat pertama, ada kategori Ready to Drink (RTD) Tea dengan pertumbuhan value sebesar  35,2 persen. Pertumbuhan pasar kopi dari sisi volume pun menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, yakni, sebesar 8,2 persen. Dengan begitu pertumbuhan volume kopi menempati peringkat ketiga, setelah kategori RTD tea 40,5 persen dan shampo sebesar 9,2 persen” *(sumber : mix).

“Persaingan bisnis kopi dalam kemasan di Indonesia memang berat, namun, ternyata tingkat konsumsi kopi per kapita Indonesia masih rendah (tingkat konsumsi kopi dalam negeri diperkirakan 800 gram /kapita /tahun), ini indikator bagi daya tarik pasar sehingga produk kopi dalam kemasan terus bermunculan di pasar” *(sumber : sindo weekle magazine). Nah setelah mencermati 4 point pembahasan tadi kira-kira fenomena mendadak white coffe ini hanya sekedar uforia atau bisnis?

6 comments:

rizal said...

memang pasar kopi semakin besar, dilihat dari beberapa aspek :
budaya minum kopi yg sudah ada dari dulu, jumlah pencinta kopi yang semakin banyak didukung dengan semakin gampangnya masyarakat dalam mendapatkan produk kopi baik di cafe, warung,supermarket sampai stand kecil di mall dan pinggir jalan

ranirano said...

kalau menurut saya, bisnis!
teknologi udah semakin canggih ya, dengan cold drying yang menghasilkan white coffee ternyata dapat menurunkan kadar asam pada kopi. Yang awalnya menjadi solusi bagi penderita maag, kini jadi trend minum white coffee. Iklan kopi selalu menonjolkan keunggulan meminum kopi yang bisa dinikmati di waktu santai, kerja, dan kumpul bareng temen2. Next, bakal ada kopi warna apa lagi ya?

Anonymous said...

Yang pasti ketika "demam putih" ini melanda, semua pebisnis pun ramai2 menyerbu pasar "putih" ini, ga terkecuali di ranah per kopian.

Dan engga heran juga begitu 1 brand sukses membuak pasar, maka ga nuggu lama2 semua brand ikut2an masuk di ranah kopi putih ini, ya tentu aja dengan brand dan keunggulan yang beda kali ya.

Tapi memang peminum dan pecinta kopi sekarang banyak banget, sampe2 ada Miss Coffee International, hal ini pastinya ladang besar untuk digarap sama pebisnis yang jeli

Pujiananurul said...

Selain keunggulan dari Luwak atau White Coffee nya itu sendiri sebagai kopi yang aman bagi lambung, varaian kopi yang memiliki warna putih ini juga lah yang memiliki nilai tersendiri yang membuat produk kopi tersebut semakin diminati konsumen. Sampai detik ini, White Coffee menjadi booming sehingga banyak juga para pelaku bisnis yang mulai menambah varian kopinya menjadi White Coffee. Tidak menutup kemungkinan jika ke depannya nanti ada yang meluncurkan kopi dengan warna lain pertama kali di dunia perkopian dan berhasil menarik perhatian konsumen, maka trend nya akan berubah bukan lagi menjadi White Coffee.

Tri Asih Puspitaningtyas said...

pertama kali luwak white coffee muncul saya juga berpikir bahwa itu adalah kopi luwak haha ternyata salah ya, pertama kali liat iklannya sih emang penasaran buat coba karena belum pernah denger sebelumnya ttg "white coffee" tapi semakin kesini ternyata white coffee semakin membanjiri pasar perkopian..dari yg aman buat lambung sampai yg ga bikin deg-degan, termasuk brand kopi ternama juga ikut-ikutan bikin varian white coffee..salut untuk luwak white coffee yg berhasil mengguncangkan pasar perkopian yg selama ini didominasi bran-brand besar.

Anonymous said...

pembahasan yang sangat menarik, kita tunggu kejutan selanjutnya dari ceruk bisnis perkopian, kira-kira inovasi apa lagi selain white coffe, any idea?