Banyak sekali aspek-aspek yang dikembangkan oleh sebuah perusahaan untuk bisa menjaga kelangsungan bisnisnya. Memperkuat diferensiasi ataupun melakukan inovasi-inovasi pada bisnisnya adalah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menjaga kelangsungan bisnis. Seperti yang dilakukan oleh XL. PT. XL Axiata Tbk bekerja sama dengan Bisma & Equity Life Indonesia menciptakan pelayanan baru yaitu perlindungan asuransi jiwa kepada para pelanggan setia XL.
Case Study yang saya bahas di sini masih memiliki kaitan erat dengan 4C. Bedanya, di sini saya hanya fokus terhadao unsur C Competitor. Kita posisikan bahwa kita ini adalah si pemilik brand dari XL. Dengan pengembangan bisnis untuk menyediakan layanan asuransi jiwa pastinya konsep tersebut tidak datang tiba-tiba. Ada beberapa hal yang mereka analisa dan teliti terlebih dahulu. Di sini, saya akan fokus terhadap segi Competitor.
Tanpa kita sadari, terkadang hal yang membuat kita berubah menjadi baik dari hari ke hari itu karena adanya peranan para pesaing di industri yang sama. Para pesaing tidak selalu membawa hal buruk. Tetapi dengan menyadari bahwa kita memiliki kompetitor, hal ini bisa jadi solusi bagi para pemilik bisnis. Tentu saja dengan strategi dan persaingan yang sehat, adanya kompetitor bisa mendorong kita untuk memberikan dan meningkatkan kualitas pelayanan menjadi lebih baik dari waktu ke watu agar konsumen bisa menjadi loyal terhadap brand atau bisnis kita.
Banyak sekali manfaat dari kehadiran kompetitor terhadap perkembangan bisnis kita. Nah.. Apa saja faktor-faktor yang melatarbelakangi pengembangan konsep yang dilakukan oleh brand XL ini dengan mulai merambah industri asuranis jiwa dilihat dari segi kompetitor? Yuk, simak.
1. Memonitori Pesaing di Pasaran
Menyadari banyaknya pesaing dalam industri yang sama, membuat sebuah brand menyadari bahwa mereka harus memiliki keunggulan tersendiri untuk bisa membuat para konsumen mereka loyal kepada brand mereka. Sebuah keharusan untuk tetap memonitori para pesaing yang ada di dalam industri yang dijalani. Mengidentifikasi para pesaing ke dalam kategori potential, latent, atau subtitute pun bisa membuat sebuah bran lebih siap dan lebih matang untuk menyiapkan strategi mengenai pengembangan konsep yang akan dijalankan.
Ada banyak brand yang mengembangkan bisnisnya di industri provider di Indonesia. Untuk brand XL, brand-brand yang ada di industri provider pasti sudah mereka kelompokan ke dalam kategori potential, latent, dan subtitute. Sebelum merambah ke industri asuranis jiwa, pasti brand XL sudah menganalisa siapa potential competitor mereka dan berapa jarak yang memungkinkan para potential competitor untuk bisa mengalahkan atau menyingkirkan posisi XL di benak konsumen mereka. Hal inilah yang melatarbelakangi brand XL untuk melakukan ekspansi ke indusri yang baru bagi mereka. Mereka ingin tetap menjadi yang nomor satu di benak konsumen dengan tetap memonitori jumlah pesaing mereka dan mengamati gerak-gerik mereka sehingga apa yang brand XL lakukan tetap menjadikan mereka selalu menjadi yang nomor satu.
2. Mengidentifikasi Dimensi Agresivitas Pesaing
Jika pada poin pertama kita membahas dari segi profil pesaing, dalam poin ini kita memandang pesaing dari segi strategi yang mereka lakukan. Seperti yang dilakukan XL saat mengembangkan bisnisnya ke arah layanan asuransi jiwa, sebelumnya mereka melakukan analisa terhadap apa yang telah pesaing mereka lakukan.
Sebut saja Telkom Speedy yang juga merambah industri layanan asuransi jiwa. Meskipun spesifikasi mengenai fitur layanan asuransi jiwa yang ditawarkan oleh Telkom Speedy ini berbeda, namun XL ini pasti sudah meneliti terlebih dahulu strategi-strategi yang dilakukan oleh Telkom Speedy. Jika Telkom Speedy melakukan strategi kerjasama saling menguntungkan dengan pihak Jamsostek dengan memberikan layanan internet sepuasnya secara gratis terhadap para member Jamsostek, XL yang bekerjasama dengan perusahaan layanan asuransi jiwa bernama Bisma & Equity Life Indonesia sendiri mengemas layanan baru mereka dengan memberikan layanan asuransi jiwa kepada para pelanggan setia XL dengan total tanggungan sampai dengan 5 Juta Rupiah.
Dalam hal ini, kita bisa melakukan benchmark terhadap pesaing mengenai strategi yang mereka lakukan. Kemudian, kita bisa memodifikasi strategi tersebut dan diimplementasikan kepada bisnis atau brand kita dengan menyesuaikan target market dan objektif kita. Hal-hal yang bisa diimpelementasikan dari segi agressivitas ini diantaranya adalah dari segi harga, kualitas, timing, know how dan kendali.
3. Menyadari Kekuatan Para Pesaing
Sebelum melakukan sebuah ekspansi bisnis, tentu saja kita harus melihat terhadap kompetensi yang dimiliki oleh bisnis kita. Suatu hal yang tidak mungkin bisa terwujud untuk bisa mengalahkan pesaing jika aspek company seperti tangible dan intangible assets serta organizational capabilities bisnis kita sangat tertinggal jauh dengan pesaing kita. Hal ini tentu berkaitan dengan deep pocket.
PT. XL Axiata Tbk yang melakukan kerjasama dengan perusahaan asuransi untuk memberikan pelayanan tambahan kepada konsumen mereka ini pasti sudah memperkirakan kompetensi perusahaan mereka. Mereka mengidentifikasi terlebih dahulu mengenai apa kemungkinan besar yang bisa dilakukan oleh para pesaing mereka untuk menggeserkan posisi mereka di benak target market mereka.
Contohnya saja, jika Telkom Speedy hanya memberikan fitur internet gratis kepada para member Jamsostek, PT XL Axiata tidak tanggung-tanggung untuk memberikan layanan asuransi jiwa kepada konsumen atau pelanggan setianya. Mereka menganalisa pesaing dari segi kompetensi pesaing untuk bisa mengalahkan dan menggeserkan posisi mereka. Hal ini yang menjadi salah satu faktor bagi mereka untuk melakukan pengembangan bisnis ke industri asuransi.
Nah.. Apakah strategi ekspansi bisnis Anda sudah cukup matang dengan menganalisa para pesaing Anda dari segi dimensi general, agresivitas, dan capabilities? Sudah yakinkah Anda dengan inovasi yang Anda lakukan ini bisa memperkuat diferensiasi bisnis atau brand Anda?
Creasionbrand I Creative Sales & Marketing Consultant
1 comment:
Baca tulisan ini membuka wawasan, khususnya perspektif dalam bersaing dengan kompetitor, dalam hal ini kita bisa melakukan kerjasama cross industri namun esensinya tetap menambah nilai value produk kita, selain pertimbangan target market yang sesuai tentunya selanjutnya adalah bagaimana pelaku bisnis ini mengemasnya dengan apik.
Post a Comment