Ngomongin soal jualan, saya jadi teringat masa-masa ketika saya masih kecil suka ikut Mama ke pasar. Karena masa kecil saya memang dihabiskan di kawasan yang mayoritas penduduknya etnis Chinese, makanya pasar yang saya kunjungi sehari-hari juga adalah pasar yang customer maupun penjual nya mayoritas hadir dari kalangan Chinese juga.
Banyak yang mengatakan kalo orang Chinese pandai sekali berdagang, awalnya saya masih kurang paham apa yang dimaksud, tapi beranjak dewasa saya mulai mengerti dari mana persepsi itu terbentuk, heheheheee.... kalau di ingat-ingat, memang para pedagang di Pasar Muara Karang (pasar yang dekat sekali dengan tempat tinggal saya dari kecil sampai SMA) ini seringkali melakukan aktifitas cross selling.
Mungkin saat itu para Cici-cici dan Koko-koko disana belum ada yang paham apa itu cross selling, tapi disadari atau tidak sebenarnya mereka sudah melakukan cross selling, baik dengan cara yang halus maupun dengan cara yang agak hard selling, misal kalimat2 seperti: “Lu beli mie gue 2 porsi, sekalian lah sama krupuk nya, anak lu pasti suka lah”, atau “beli baju di gue murah, kalo lu beli sama sepatu dan tas ntar gue diskon lebih gede”.
Cross selling sendiri adalah sebuah metode promotion tactic yang sudah sangat umum digunakan, definisi resminya kurang lebih adalah membuat konsumen membeli produk tambahan (biasanya produk yang berhubungan dengan produk yang sedang dijual) pada saat melakukan proses penjualan. Atau definisi menurut www.businessdictionary.com: “Encouraging a customer who buys a product (gasoline, for example) to buy a related or complementary product (engine oil, for example)”.
Membuat konsumen membeli produk tambahan disadari atau tidak sebenarnya seringkali terjadi, bahkan sering terjadi di sekitar kita, baik kita sebagai kosumen maupun sebagai penjual yang melakukan hal ini. Bahkan mungkin orang tua kita sudah sering melakukannya walaupun banyak dari mereka yang belum mengerti konsep baku cross selling ini.
Untuk membuat konsumen membeli produk tambahan ini sebenarnya susah-susah gampang, berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan untuk membuat metode cross selling ini bisa terjadi:
1. Product knowledge
Pastikan tenaga penjual kita paham dan mengerti produk yang dijualnya. Bekal product knowledge yang lengkap ini bisa jadi merupakan sebuah point penting dalam rangka mensukseskan program cross selling kita. Ga mungkin kan ketika kita sedang beli smartphone dan ditawari casing smartphone kemudian penjual nya tidak tahu bagaimana cara memasang casing tersebut, atau jangan2 tidak bisa menyebutkan varian warna yang tersedia di toko tersebut.
Bisa jadi konsumen yang sudah tertarik tidak jadi membeli kalau kejadian seperti ini. Pastinya bekal product knowledge yang lengkap merupakan faktor utama yang sangat penting kalau kita mau menerapkan cross selling di jualan kita
2. Semua ada waktunya
Jualan dan jualan, kadangkala kita juga perlu untuk memilih waktu yang tepat dan konsumen yang tepat dalam melakukan cross selling, di pasar Muara Karang seringkali Mama saya ditawari berbagai macam tambahan bumbu seperti bawang putih dan lada untuk dibeli pada saat melakukan pembelian kentang, wortel dan daging untuk membuat sop.
Atau pernah juga waktu saya membeli menu pizza di Pizza Hut, seringkali waiter/waitress nya menanyakan ttg menu pendamping berupa dessert lain untuk sekalian dibeli. Untuk menawarkan produk-produk tambahan ini usahakan konsumen sedang dalam kondisi santai dan memiliki cukup waktu untuk berpikir dan menimbang-nimbang kebutuhan nya.
Sebaiknya tidak melakukan cross selling pada saat kondisi konsumen terburu-buru, karena dalam kondisi terburu-buru, bisa bisa malah konsumen tidak jadi membeli karena keburu kesal dengan terlalu banyak nya informasi yang kita berikan pada saat mereka sedang butuh solusi yang lebih cepat
3. SOP (Standard Operating Procedure)
Pernah dengar kalimat: “Kentang nya ga sekalian?” atau “Cuma tambah 5 ribu, bisa coba telor gulung menu kita yang baru”. Kalimat-kalimat seperti ini bisa distandarkan dan dimasukkan dalam SOP front liner kita. Bahkan di McDonald, slah satu raksasa fast food di dunia telah menerapkan SOP “Kentang nya ga sekalian?” ini di seluruh dunia, dan hasilnya peningkatan 35 million dollar penjualan dalam waktu 1 tahun.
Konsep SOP ini bisa juga diterapkan di On Line Store, misalnya pada saat kita membuka halaman produk tertentu, di bagian abwah atau samping seringkali ada kolom produk lain yang related dengan produk utama yang kita buka, inilah salah satu standarisasi di online.
4. Expert Point of View
Kalo restoran nya sudah pernah dikunjungi seleb, jangan malu untuk pamer, malah kalo menu nya pernah di bilang enak sama seleb, misal direkomendasi Pak Bondan, harus pasti dan langsung di publish, kenapa? Coba sekarang kita tanya ke diri kita sendiri, kira2 kalo ada menu utama ataupun menu pelengkap (seperti dessert atau appetizer) yang direkomendasi “mak nyuss” sama Pak Bondan, kira2 kita jadi pengen coba ga?
Pastinya!! Begitu juga dalam melakukan cross selling, wajib hukum nya kalo menu kita pernah dibilang enak sama expert di bidang kuliner, misal Pak Bondan, Chef Farah Quinn ataupun Oom Wiliam Wongso, pastinya harus dikomunikasikan, malah kalau bisa di buat menjadi SOP front liner pada saat menawarkan.
Popular Post:
Private Label, Lampu Kuning Pemilik Brand
The Power of Free Marketing Ala Google
Aku, Mama, Starbucks dan Pisang Sunpride
Starbucks Catering, Ngejer Setoran?
Creasionbrand I Creative Sales & Brand Partner
Sumber gambar: www.yesware.com
6 comments:
Insight banget ini, ga kerasa juga klo ke pasar suka di cross selling in sama penjual nya
Shinta Margaret
kemarin ni sukses ngompori teman beli wristband pas nyari2 sepatu basket dgn metode ini ahahaha (^_^")
Hahaha... cool kalo sudah di coba...
BTW, thank you sudah mampir2 ke blog kita ya :)
hahaha keren nih artikelnya...
bikin saya cengar cengir sendiri,,,
saya salah satu "korban" dari cross selling lho...
itu pun kalo penjual memang jago untuk ngelakuin cross selling.
memang bener cross selling itu ampuh banget buat ningkatin penjualan.
-woman in black-
Waah..aq ΰϑђ brp X nglakuin krosseling ini,tanpa menyadariya hehehe
Kalau cross selling di bidang jasa gimana ya? Ikut kursus A dapat kursus B gitu juga kah? Tapi biaya operasional kursusnya kan lumayan banyak tuh klo nge gratisin 1 kursus
Post a Comment