Jun 20, 2011

Community, Conversation, Consistency, Cuan (4C)



“Gile, kemaren pas nganter anak gua ke sekolah, temen-temennya udah pada pake I Pad buat mainan sambil nunggu jam sekolah masuk, alhasil siangnya anak gue ngerengek minta dibeliin I Pad kayak temen-temen di sekolahnya. Pas gua Tanya buat apa, jawabannya, keren aja bisa dipake maen dan internetan.”

Cerita lain dari rekan saya, yaitu saudaranya yang berusia 17 tahun sudah bisa menjalankan bisnis jual beli kaos lewat facebook yang saat dari bisnis onlinenya sudah bisa meraup keuntungan 20 juta/bulannya. Wow untuk anak muda seuisa itu !!!

Fenomena di dalam masyarakat saat ini memang selalu berubah, dua kondisi di atas 10 tahun yang lalu mungkin masih jarang kita temui, semakin cepat dan mudahnya arus informasi utuk diakses bagi semua kalangan menciptakan suatu perubahan yang cukup besar pada karakteristik pasar yang ada.

Usia 20-30 tahun merupakan usia produkstif yang sangat potensial saat itu. Sekarang kekuatan penggerak pasar  sudah mulai bergeser mulai dari usia 12-19 tahun. Generasi inilah yang saat ini kita kenal dengan Generasi Z. Generasi Z adalah salah satu driver perubahan pasar di Indonesiapada 5-10 tahun mendatang. Mereka tidak hanya mampu menggerakkan teman dan komunitasnya, tapi juga bisa mempengaruhi keputusan para orang tuanya (SWA jun2009). Potensi  konsumsi Generasi Z di Indonesia US$7 miliar (TNS data), dimana jumlah remaja di Indonesia saat ini adalah 15% dari total populasi masyarakat Indonesia yang berjumlah 238 juta orang.

Perlu diingat bahwa ada peluang lain selain para remaja ini mengeluarkan uang untuk diri mereka sendiri, mereka juga memiliki kekuatan untuk mempengaruhi orang sekitarnya untuk membeli bahkan sampai orang tuanya. Ini adalah efek yang bisa kita bayangkan sangat berdampak luar biasa untuk bisnis.

Dengan sedemikian besar peluang yang ada, sudah dipastikan para pebisnis haruslah jeli dalam meng-kickback fenomena yang ada, dan mulai memfokuskan untuk penggarapan market ini. So bagimana cara kita dalam menggarapnya.

“sekarang ini eranya community bro, kalau lu bisa ciptakan community yang solid dengan jumlah anggota yang banyak wah udah ga kebayang deh cuan yang bisa lu dapet dengan mengoptimalkan community yang ada ”, celetuk teman saya yang juga merupakan seorang praktisi bisnis online di Bandung. Kalau coba kita analisis dari definisi generasi Y, trend anak muda sekarang dan omongan teman saya hasilnya adalah COCOK!!!

Memang, saat ini adalah eranya komunitas. Anak-anak muda yang adalah generasi Y adalah generasi yang ingin tampil eksis, narsis dan hobi dalam mengaktualisasi diri. Biasanya mereka tergabung dalam kelompok-kelompok kecil maupun besar yang memiliki ketertarikan pada bidang yang identik. Coba saja kalau kita amati ada yang namanya komunitas putih abu-abu, komunitas motor yang jumlahnya seabrek abrek dengan berbagai nama, komunitas sepeda, komunitas pencinta artis korea, dan masih banyak lagi bermunculan berbagai komunitas terutama di kota-kota besar.

Bagi pemilik Brand ada dua pendekatan yang bisa kita lakukan untuk bisa menyentuh kelompok tertentu yang pertama dengan terlibat dengan komunitas yang sudah eksis sebagai sponsor atau memang dengan sengaja membangun komunitas sendiri yang tentu saja membutuhkan usaha yang relative lebih sulit dan biaya yang mahal walaupun jika sukses wah “tinggal kipas-kipas sambil ngupi” (kalau pedagang jaman dulu bilang :p)

Dalam penggarapan komunitas ini ada beberapa 4C kunci keberhasilan yang harus diperhatikan, antara lain:

1. Community
bentuk dan bantu komunitas (Community) Anda secara total dalam mengekspresikan diri, sehingga mereka menjadi nyaman dalam tergabung dalam komunitas yang sedang Anda garap. Generasi ini adalah generasi yang dengan mudahnya akan meninggalkan sebuah kelompok untuk masuk ke kelompok lain. Jadi kenyamanan dan keterikatan emosional sangatlah penting untuk dibangun. Sesuai prinsip dari salah satu motivator di Indonesia yaitu semakin besar kita memberi semakin besar pula rejeki yang di dapat.

2. Conversation
Sentuh mereka dengan Brand Anda, bicaralah (conversation) dan berikan experience produk kepada komunitas Anda, Generasi muda adalah generasi yang relatif labil, ketika kepercayaan yang muncul dari kebiasaan  apakah karena biasa melihat, biasa memakai dan biasa membicarakan peluang untuk mengkonversi menjadi sebuah pembelian terhadap brand Anda menjadi relatif lebih besar.

3. Consistency 
permudah komunikasi dengan memanfaatkan sosial media. Pernah suatu waktu saya bertanya kepada seorang pedagang cendol yang usianya mungkin sekitar 16 tahun di sebuah foodcourt. Suka facebookan mas? O ya pak setiap hari  lho kok bisa??? Lah kan ada HP pak :P Saat ini trend pengunaan berbagai sosial media sangatlah pesat, hampir kita lihat diberbagai tempat setiap orang sudah online, bahkan dengan bermunculannya Handphone Cina yang harganya sangat murah, seseorang sudah bisa facebok-an. Dalam hal ini, butuh brand butuh consistency untuk terus mengelolah social media sehingga bisa memberikan dampak kepada brandnya.

4. Cuan
Iya dong tujuannya khan pasti ujung-ujungnya cuan, social mediakan hanya medium untuk mencapai itu sehingga tidak salah keberhasilan utama yang harus jadi tolak ukur yah cuan hehe atau Anda mau menghabiskan biaya tanpa ada effort ke cuan suatu saat nanti katakanlah? Lah kalo gitu sih buat lembaga social ajah, jangan bisnis.

So tunggu apa lagi, ga usah banyak mikir ayo kita langsung capcus

Sumber gambar: managementhelp.org

2 comments:

Tri Damayantho said...

Betul sekali ; build and rebuild community, engaging, and activation

Anonymous said...

Setuju, basically semua tujuan bisnis adalah cuan, semua termasuk social media adalah medium.