Jun 7, 2011

Gulaku from Commodity to Brand





Di artikel kali ini spesial ada iklan sebuah produk gula, yaitu Gulaku! Dan entah Anda juga seperti saya tidak, yang setuju bahwa iklan gula ini memang begitu menyenangkan dan jadi membuat saya jatuh cinta pada brand Gulaku

Video tersebut menjadi pembuka karena pada artikel ini akan membahas mengenai bagaimana cara para brand keluar dari jenuhnya persaingan produk komoditas. Ya, seperti kita ketahui bahwa gula memang adalah bagian dari komoditas, begitu juga seperti minyak, beras, telur dan berbagai barang lainnya yang seringkali terjebak dengan persaingan harga.



Cara paling mudah mempelajari suatu strategi yang digunakan, mari kita memperhatikan satu per satu para brand yang sukses membangun brand value mereka di industri komoditi, paling tidak membuat kelompok target market yang rela membayar lebih mahal untuk membeli produk mereka, karena alasan brand


Gulaku tidak sendiri, contoh lainnya komoditi yang keluar dari persaingan jenuh untuk membangun brand dan mulai menciptakan keterikatan emosional dengan para pelanggannya adalah berbagai merk minyak goreng. Minyak goreng yang konsisten membangun merk dan menciptakan suatu brand value yang dapat diterima oleh para target market nya adalah Filma yang telah hadir sejak tahun 1992. Persepsi bahwa produknya memiliki nilai lebih dibandingkan dengan produk komoditas minyak goreng lainnya, yang menjadikan brand ini PD untuk menjual produknya dengan harga yang lebih tinggi.

Atau contoh lainnya yang merupakan pemain baru di produk minyak goreng adalah Sunco, yang menggunakan alm. Adjie Massaid sebagai brand ambassadornya dan mengklaim bahwa minyak goreng yang baik adalah yang terasa tawar saat diminum. Strategi yang dipilih Sunco untuk mulai masuk adalah dengan membangun brand dan menciptakan diferensiasi dibandingkan para pesaingnya yang telah lebih dahulu hadir dalam kancah persaingan.

Namun memang tidak mudah lho membangun atau menetapkan identitas brand komoditas ingin menjadi seperti apa, berikut adalah beberapa hal yang bisa kita pelajari dengan mengacu pada pembelajaran para brand sukses membangun merk komoditas mereka :

1. Kenali dengan baik target market Anda
Selalu berangkat dari pertanyaan yang terbersit di benak konsumen, apakah kesulitan atau kekhawatiran mereka selama ini terhadap produk komoditas tersebut dan temuan ini bisa menjadi dasar munculnya ide kreatifitas komunikasi atau bahkan diferensiasi yang perlu menjadi nilai jual brand Anda

2. Hanya sebagian segmen yang bisa Anda garap
Pola pikir ini perlu Anda miliki dari awal dan hingga kapan juga memang hanya kelompok segmen tertentu yang bisa digiring ke arah ini. Mengapa? karena masih ada atau bahkan banyak segmen masyarakat yang tetap memprioritaskan price sebagai pertimbangan utama mereka membeli komoditi. disebabkan tentu karena latar belakang mereka yang mempengaruhi pola pikir (bahwa gula sama aja, atau minyak sama aja buat apa beli yang lebih mahal) atau bahkan golongan sosial ekonomi mereka. Bagi mereka yang menjadi bagian kelompok ini memang sulit merubah pola pikir mereka untuk membuat mereka jatuh cinta atau berkorban demi sebuah brand.

Dan hal ini menjadi dasar Anda untuk fokus pada segmentasi tertentu yang Anda yakini bisa mengubah persepsi mereka dan loyal terhadap produk Anda

3. Konsistensi
Membangun brand bukan perihal membangun gunung dalam satu malam seperti kisah Tangkuban Perahu, namun adalah perihal konsistensi “mem-brainwash” kepala target market terhadap suatu persepsi positif produk. Maka konsistensi dari pembangunan brand tersebut boleh atau bahkan perlu Anda sandingkan dengan berbagai Sales Promo agar tetap dapat menunjung penjualan dalam jangka pendek

4. Didiklah konsumen Anda
Yang terpenting dalam pembangunan brand di industri komoditas adalah perihal edukasi yang Anda berikan kepada konsumen. Edukasi ini berisi tentang diferensiasi signifikan dari produk Anda, apa yang produk Anda tawarkan, mis. Filma menawarkan produk dengan kualitas lebih baik dengan berbagai proses yang panjang, dsb. Sedangkan Gulaku menawarkan Anda experience yang berbeda terhadap memasak dengan gula. Hal inilah yang perlu Anda jadikan materi edukasi yang terus menerus. Media edukasi itu sendiri dapat beraneka ragam. Jika Anda tidak memiliki budget TVC seperti mereka, tentu media kemasan, brosur, SPG, POP atau bahkan melalui internet bisa Anda manfaatkan, yang penting adalah kreatifitas dalam memanfaatkan seluruh media tersebut

Nah, jadi jangan putus asa dulu yah jika barang yang Anda jual adalah komoditas dan Anda sedang terseok-seok berperang dengan harga terendah agar tetap bisa dipilih pasar, pertanyaannya saat ini adalah apakah Anda akan tetap “main” di pasar komoditas yang sebenarnya atau inilah saatnya Anda untuk bangun dan lebih sulit sedikit saat ini (karena harus memikirkan dengan keras apa identitas/konsep baru brand komoditas yang bisa Anda tawarkan ke konsumen) tapi di kemudian hari dapat lebih menarik nafas karena konsumen tidak hanya mencari produk Anda tapi juga jatuh cinta dengan brand Anda .

Sumber Gambar:

http://www.the-az.com
http://www.tiarasupermarket.com/front/

No comments: