Jun 29, 2011
Stay Foolish, Stay Hungry
Hidup di industri kreatif itu enak enak nyebelin..hehe. Agak absurd ya kedengarannya, enak tapi kok nyebelin, tapi memang begitulah adanya. Cuma di industri ini kita bisa ke kantor pake kaos oblong, jins bolong-bolong, atau sendal jepit, malah kadang muka bantal tanpa make up pun bisa jadi pemandangan biasa. Ya, buat orang yang ngga terlalu suka dengan batasan-batasan atau aturan, industri inilah yang musti dijajal. Kita sebut sajalah pelaku-pelaku umum dari industri kreatif ini, yaitu orang-orang agency, desainer, dan para marketer.
Kerjaannya pun bisa dibilang ngga ada batasan, dalam arti kita bebas berimajinasi dan menciptakan output sehebat-hebatnya. Mungkin Anda sering dengar “think out of the box”, ya inilah salah satu istilah umum di dunia kreatif, yaitu bagaimana para pelakunya bisa berpikir sesuatu yang outstanding, sesuatu yang tidak terpikirkan banyak orang tapi bisa memberikan efek positif terhadap pencitraan brand atau produk yang ditawarkannya. Kita bisa lihat ini semua dalam iklan dan juga packaging bermacam brand yang sering kita temukan di super market. Iklan maupun packaging yang bagus bukan cuma dinilai secara visual saja, tapi lebih jauh lagi yaitu mengundang orang untuk membeli brand atau produk tersebut. Itulah yang jadi tugas berat para pelaku di industri kreatif ini.
Biar lebih gampang, coba deh sebutkan brand apa saja yang bisa Anda sebutkan kalau kita bicara produk minuman kemasan teh? Ada Teh Botol, Fruit Tea, Joy Tea, Teh Kotak, Teh Gelas, dan banyak lagi lainnya. Nah, bisa kebayang kan kalau kita mau bisnis minuman teh dalam kemasan, kita harus perang lawan brand-brand tadi. Jangankan untuk bisa bersaing dari sisi penjualan, dilirik pun mungkin masih sulit kalau kita tergolong produk baru.
Nah, di sinilah area bermain para pelaku kreatif ini! Mulai dari bikin kemasan menarik yang bikin produk kita dilirik, sampai kepada strategi komunikasi (promosi) produk itu supaya sampai ke masyarakat hingga mereka mau mengkonsumsinya. Tujuan akhirnya cuma satu, yaitu supaya produk jualannya laku, that’s it! Tapi prosesnya inilah yang kemudian bisa saya katakan nyebelin seperti yang sebelumnya sempat saya singgung: “enak enak nyebelin”.
Kenapa nyebelin? Karena proses kreatif dalam hal penciptaan kemasan sampai kepada strategi komunikasinya ini sendiri jadi perang batin antara para pelaku kreatif dan klien. Ada kalanya kita bikin strategi super keren yang makan waktu 2 malam ngga tidur, kadang mentah cuma dalam hitungan detik saat presentasi di depan klien. Kadang juga dalam proyek pitching kita sampai lembur sabtu-minggu buat ngerjain proyek logo perusahaan. Saat kita rasa ini logo yang paling pas buat si klien, eh nyatanya ditolak. Dan ngga berapa lama dipublishlah logo barunya si klien itu, “Ya elaahh, apaan tuh yang menang logonya cupu gitu!”. Nah begitulah ironinya industri kreatif ini.
Bicara tentang kreatif atau kreativitas yang kita lakukan ini, ingatlah! Kreativitas kita ada dalam ranah komersil, artinya kreativitas kita bukanlah di kelasnya seniman sejati seperti pelukis maupun penulis sastra, ngga nyampe kita ke sana. Atau dengan kata lain, kita tidak bisa menonjolkan sisi idealisme kita terhadap pasar, karena sejujurnya kitalah yang membutuhkan pasar, kita yang membutuhkan mereka untuk beli apa yang kita jual (sederhananya gitu deh!).
Ide, eksekusi, dan relevansi
Lalu apa yang kita butuhkan untuk menciptakan output outstanding yang berbasis kreativitas? Tiada lain adalah ide. Ya, ide adalah “tempat” memulai segalanya. Ngga akan ada perusahaan yang kemudian dikenal hebat di industri kreatif, kalau bukan karena orang-orang di dalamnya selalu punya/ menghasilkan ide-ide segar. Orang-orang macam Roy Wisnu, Budiman Hakim, Yoris, adalah sebagian dari banyaknya insan-insan kreatif yang ada di Indonesia. Nama-nama mereka menjadi dikenal karena achievement mereka di bidang kreatif ini, dan pada dasarnya mereka memulai karyanya dari sebuah ide yang kemudian bisa dieksekusi dengan baik sehingga menghasilkan karya luar biasa.
Ada satu hal yang menjadi jembatan antara ide brilian dan eksekusi luar biasa, yaitu relevansi. Seringkali dalam brainstorming kita terlalu ngalor-ngidul bicara banyak hal, hingga kadang ide yang harusnya bagus bisa mentah karena tidak bisa dieksekusi. Ya, dalam dunia kreatif ide pun bisa ngga jadi apa-apa kalau ngga tepat sasaran. Ingatlah kita punya objectives dalam mengerjakan setiap proyek kreatif. Selalu kembali lagi ke objectives kalau kita “nyasar” saat brainstorming.
Karena itu sebuah ide ngga boleh dibiarkan terlalu liar, dalam arti ide tersebut harus berada di jalur yang sama dengan yang diharapkan klien, karena dalam pelaksanaannya yang dinilai adalah efektivitas ide tersebut, yaitu berkaitan dengan relevansi dengan objectives dan eksekusi yang luar biasa. Ketiga proses inilah yang kemudian harus diwujudkan dengan harmonis supaya output yang dihasilkan outstanding, yaitu ngga hanya baik secara visual tapi juga bisa memberikan impact positif kepada market.
Semua bermula dari ide. Kadang ide sederhana seperti membuat tutup galon yang lebih mudah dibuka tanpa alat bantu lain seperti yang dilakukan Aqua, memberikan nilai lebih bagi konsumen dalam menentukan pembeliannya. Seperti juga yang dahulu pernah dilakukan pasta gigi Colgate. Menindaklanjuti penjualannya yang kian menurun, seorang karyawan memberikan ide sederhana yaitu untuk membuat lubang pasta giginya lebih besar dari sebelumnya. Apa efeknya? Pasta gigi lebih cepat habis, orang pun melakukan pembelian labih banyak. Ya, ide sederhana semacam ini pun berlaku dalam industri kreatif. Pada dasarnya, semua ide adalah brilian, asalkan tepat sasaran.
Nah, bagaimana untuk mendapatkan inspirasi atau ide semacam itu? Tentu ada banyak hal yang bisa dilakukan, terutama adalah dari sisi pengetahuan (knowledge) dan pengalaman (experience) seseorang tersebut. Berikut adalah beberapa yang bisa dijadikan pertimbangan untuk menciptakan ide dan inspirasi brilian.
1. Asah otak kita
Senjata orang kreatif itu ya otaknya. Ibarat pisau, makin lama ngga dipake dan ngga dirawat (diasah), makin tumpul pula mata pisaunya. Nah, makanya sering-seringlah kita baca, tambah terus pengetahuan kita. Kasih asupan-asupan bergizi buat otak kita dan jangan pernah merasa cukup, karena ilmu itu ngga ada batasannya. Kayak yang dibilang foundernya Aplle Steve Job, “Stay Foolish, Stay Hungry”.
2. Become an observer
Ide atau inspirasi itu datangnya bukan dari langit waktu kita lagi “nongkrong” di WC atau duduk tenang dibawah pohon. Yang ada malah bisa ketiduran kita nanti! Lihatlah hal-hal kecil di sekitar kita yang mungkin sering kita lupakan. Siapa sangka game lempar-lempar burung macam Angry Birds bisa jadi fenomenal kayak sekarang? Atau siapa yang bakal nyangka forum yang tadinya cuma untuk mempertemukan orang Indonesia di Amrik, sekarang jadi forum terbesar dengan nama Kaskus? So, jadilah lebih peka.
3. Lingkungan positif
Bergaullah dengan banyak orang, dalam pergaulan yang positif tentunya. Seseorang bisa lebih maju bukan hanya karena kemampuan dirinya, tapi juga karena lingkungannya yang membentuknya menjadi lebih baik. Temukanlah lingkungan itu dan bermainlah sesukanya di sana.
4. Share minds
Jangan pernah malu bertanya terutama ke orang-orang yang lebih pintar. Jangan selalu isinya curhat. Sesekali gunakan buat yang lebih berguna dong, atau yang lebih menggoda adalah gunakan waktu untuk sesuatu yang profitabledong, hehe. Dengan berbagi dan bertukar pikiran, otak kita akan selalu dituntut untuk selalu berpikir dalam menimpali forum, sehingga pikiran pun jadi selalu segar.
So, intinya dalam industri kreatif, memiliki ide-ide segar adalah salah satu kekuatan kita dalam menghadapi persaingan pasar yang semakin ramai. Apalah artinya karya kita kalau hanya sama dengan para pesaing? Apalah artinya sebuah karya luar biasa tanpa ide yang brilian di belakangnya, ‘cause nothing can stop a good idea.
Sumber gambar:
monsieursb.wordpress.com
globaldebateblog.blogspot.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment