Nov 21, 2012
Apalah arti sebuah nama
Apalah arti sebuah "nama", seorang pujangga ternama pernah melontarkan ini dahulu kala, kalau saja pujangga itu jadi brand manager di jaman sekarang, 1000 persen saya yakin tidak mungkin muncul kalimat tersebut hehe.
Nama terlalu penting untuk diabaikan dalam strategi pemasaran saat ini, bahkan sering kali hal pertama yang dilakukan ketika kita ingin memulai bisnis adalah mencari Nama untuk product kita. Dalam Creative Sales Method, brand name menjadi salah satu element penting dalam product tactic. Dari 15 elemen yang ada di product tactic, nama merupakan salah satu elemen yang sangat powerfull untuk membangun brand penjualan kita di pasar, karena "brand name" inilah yang pertama kali sampai di benak konsumen ketika kita melakukan komunikasi ataupun ketika produk kita muncul di pasar.
Nah coba kita diskusikan singkat yuk, apa ajah guideline dalam membuat "brand name" yang punya "kekuatan" untuk menjadi salah satu aspek "jualan" yang penting bagi product kita.
1. Unique
Memberikan nama yang unik bagi produk kita sudah "fardu Ain" bagi bisnis kita saat ini, kenapa? yah sederhana saja karena konsumen saat ini dijejali dengan over crowd offering dan information yang hampir mustahil di olah semuanya di benaknya sehingga product Anda perlu outstanding saat ini dan salah satu cara termuda tentu dengan memberikan nama yang unik.
Oseng Mercon, Tempe Noah, Bebek Garank, Stupid Baker, adalah contoh-contoh brand name yang menurut saya unik dan membuat mereka menempati sedikit SPOT di benak saya, hebatnya 2 dari brand yang saya sebut diatas satu kalipun saya belom pernah cicipi, tapi karen keunikan namanya mudah sekali buat saya mengingatnya sehingga kalo ditanya tempe apa yang terkenal di bandung "yah tempe noah", emang ada tempe apalagi? Nah lo gawat khan.
Saya pribadi sering menyarankan khususnya untuk bisnis UKM untuk membuat nama yang "nendang" sehingga tanpa aktivitas promosi nama tersebut sudah jadi "nilai jual" tersendiri bagi konsumennya dan media. Stupid Baker, just a briliant sample bagaimana Group D'Cost memberikan nama yang punya "daya ledak" untuk menciptakan WOM. Denger namanya ajah saya jadi penasaran untuk mencari tahu dan kemudian muncullah pembahasannya di blog, yes FREE.
2. Easy to remember
Louis Vuitton, gimana coba spellingnya? Kalo spellingnya ajah susah jangan aneh kalo mengingatnya ajah bakal susah, yah tentu LV bukan contoh yang pas (saya juga tahu lah), siapa yang ga kenal LV, tapi saya mau kasih contoh jika Anda membangun brand dengan nama seperti LV tapi ga punya budget dan konsistensi seperti LV jangan mimpin membangun brand anda menjadi besar. LV mudah diingat karena komunikasinya sudah dibangun puluhan tahun, pertanyaan punya budget dan waktu selama itu?
Jika tidak buatlah brand name yang lebih mudah diingat dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, kalo perlu sekali orang dengar nama brand Anda, sampe akhir hayat orang itu akan ingat dengan brand Anda. Urusan kemudian beli atau tidak yang udah diluar konteks bahasan kita hehe, tapi setidaknya itu langkah awal untuk membangun brand.
3. Strong association
Apa arti Silit bagi orang jawa? Coba saja tanyakan kepada orang jawa kalo enggak di gampar Anda karena dikira kurang ajar. Nah kemudian muncul brand name "Silit" untuk alat-alat dapur, wah kebayang saya pas ditanya "eh lu masak pake apa" "oh gua lagi masak pake Silit nih, ntar lo dateng yah kita makan bareng" bah, bisa ditolak mentak-mentak udangan makan saya haha.
Yah memang mungkin itu bawa brand dari luar sih, tapi tetep ajah harusnya bisa disesuaikan ketika sudah di Indo karena punya asosiasi yang berbeda bagi orang jawa. So sederhananya ketika membuat brand name pastikan tidak ada Miss Association terhadap brand name product Anda.
4. Pust to Action
Minggu lalu iseng saya jalan dengan sahabat saya di daerah Dipati Ukur Bandung, rencananya sih mau makan cuma bingung mau makan apa jadi kita coba jalan ajah lihat-lihat sampai terbacalah sebuah tempat bernama "Oseng Mercon' (mercon itu petasan, sesuatu yang sering kita mainkan di waktu kecil, yah sampe sekarang sih kalo tahun baru hehe). "Wow mantap nih kayanya, dari namanya ajah udah kebayang pedesnya" dan akhirnya saya dan sahabat saya tersebut memutuskan untuk makan di tempat tersebut.
Karena apa akhirnya saya makan? Yah Brand name, wong baru pertama kali itu kok lihat Oseng Mercon, belom pernah denger juga dari siapapun dan tidak tahu juga apa yang bahkan dijualnya haha, hebatkan hanya karena nama orang dateng untuk membeli. Setelah itu, yah Anda lihat ajah saya tulislah di blog ini dan ceritalah ke teman yang akhirnya juga mencoba. Just Because brand name.
5. Story pack
Terakhir, buatlah brand name yang punya "nilai cerita". Stupid Baker punya nilai cerita yang sangat kuat bagi saya pribadi, bisa-bisanya membuat brand name dengan menggunakan "stupid" hahaha, asal nanti jangan "stupid sales" ajah nih roti haha. Stupid baker ini kuat sekali "nilai ceritanya" sehingga sudah seminggu ini saya sharing dan cerita mengenai nama dari produk roti ini ke berbagai orang dan juga ditulis setidaknya dua kali di blog ini.
Ketika Anda memiliki produk, pastikan ketika memberi nama berilah yang punya nilai "jualan" yang akan diceritakan kembali oleh banyak orang , Silit juga begitu sebetulnya cuma dalam asosiasi yang kurang ok.
Siap memberikan nama yang "nendang" buat produk Anda?
Creative Sales Credo #1
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment