Sepertinya basih banget yah nulis artikel soal peti mati ini, semua orang membahasnya, sudah dua blog setidaknya yang saya baca menulis soal peti mati ini dari sudut pandang strategi (udah 10 lebih blogger yang menulis katanya dari yang saya baca di komen salah satu Group di facebook). Saya tidak mau terlibat pembahasan setuju atau tidak setuju dengan strategi peti mati ini, secara pribadi jika ditanya apakah saya setuju dengan tegas saya jawab NO. jujur saya tidak setuju bentuk kreatifitas seperti ini (bahkan saya masih sangsi apakah ini layak disebut kreatif) but buat saya ini bukan sebuah bahasan yang menarik "setuju atau tidak setuju" lagi pula sudah banyak yang ngebahasnya hehe.
Ada point penting yang lebih menarik untuk dibahas yang sangat berguna bagi banyak pelaku bisnis dari keheboan peti mati minggu lalu, yaitu WOMM dan bagaimana sih langkah-langkah untuk menciptakan WOMM ini. (nah ini buat saya jauh lebih menarik untuk didiskusikan hehe).
Saya ambil sedikit cerita beberapa bulan ke belakang.
Cerita 1.
Saya" eh pada tau ga radio baru Urband Radio 106.3 FM, gila keren abis muter lagu terus ga ada selingan dari penyiarnya seperti halnya radio-radio lain. Asik gila, dengerin ajah kalo ga percaya". Sejak itu di dalam mobil, setiap saya menghidupkan radio pasti 106.3 walaupun mungkin siang atau paginya dibawa oleh sopir kantor untuk menemani teman kantor lainnya berpergian. Tidak berapa lama kemudian muncullah tulisan di blog "urban radio dan latent demand" yang membahas mengenai radio ini "lebih mirip rekomendasi jadinya", kemudian di tweet, di share di facebook yang dibaca oleh banyak orang.
Cerita 2.
Salah satu associate creasionbrand kebetulan mengikuti lombah yang diadakan oleh brand Soyjoy, singkat kata sejak mengikuti karantina 1 atau 2 hari gitu saya lupa sepulangnya dari karantina tersebut kerjaannya ngomongin Soyjoy melulu "mending kalo klien hehe", dia bercerita bagaimana manfaatnya, khasiatnya, kandungannya sampe apapun yang berkaitan dengan Soyjoy padahal sih rasanya ini sama sekali tidak diwajibkan oleh Soyjoy. Apa yang terjadi, akhirnya kerjaan saya makan Soyjoy hampir setiap hari, padahal perasaan dulu sih ga suka, rasanya aneh seperti Bremm, tapi setelah di "cuci otak" kok tiba-tiba jadi enak dan jadi konsumsi wajib mengganjal perut lapar, ga percaya nih liat photo dibawah haha.*bukan iklan loh cuma confession kok*
Dua cerita di atas mungkin bisa memberikan sedikit gambaran bahwa WOMM masih dan akan selalu menjadi sarana yang efektif untuk sebuah brand dalam melakukan komunikasi dan mempengaruhi target marketinya untuk mengkonsumsi productnya.
Yah memang sih, biar bagaimanapun omongan orang kadang lebih dipercaya daripada omongan "iklan". Mau itu Soyjoy berkoar-koar iklannya di tv, rasanya dulu saya ga pernah bergeming untuk membelinya, eh begitu temen kantor yang ber koar-koar jadi deh beli dan rutin mengkonsumsi.
Nah kita bahas yuk, dari sisi teori (hadohh kaya kuliah ajah) hehe, enggak lah ini biar jadi guidelines ajah buat kita membuat srtategi dan program WOMM yang tepat agar dampaknya secara brand positif baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam sebuah judul artikel Word of Mouth Marketing in Five Easy Steps yang ditulis oleh Andy Sernovitz, ada lima langkah dalam merumuskan WOMM, yuk kita bahas secara singkat:
Pertama, Talker
Sederhananya ini adalah kumpulan target di mana nantinya kita berharap merekalah yang akan membicarakan brand kita. Tentu bicara dalam konteks "positif" sesuai dengan objectives dari brand kita. Talkers ini bisa siapa saja mulai dari existing customer, media, bloggers dan masyarakat yang memang menjadi target market kita.
Kedua, Topic.
Ini berkaitan dengan apa yang akan dibicarakan oleh tarker yang kita target. Topic ini tentu berhubungan dengan sesuatu yang ingin di"tawarkan" oleh brand kita. Bisa macam-macam baik itu spesial offer, discount, new product dan sebagainya, intinya topic ini harus bisa dikemas secara menarik dan unik sehingga memang "layak" untuk bicarakan. yah saya bilang di kemas secara unik, apa yang ditawarkan mungkin sebetulnya sudah tidak unik ataupun sudah pernah ada sebelumnya, namun ketika hal tersebut dikemas secara unik ada peluang untuk tetap hebohh dan dibicarakan oleh orang banyak.
Contoh, Urband Radio waktu muncul di awal-awal, basically sih tidak ada yang betul-betul baru sepertinya, yang pasti muter lagu, iklan dan acara kreatif, so far sama-sama ajah, namun kemudian dari sebuah yang sudah memang lazimnya dikemas menjadi sesuatu yang kemudian dibicarakan banyak orang, Muter lagu yang sedang nge hits non stop. Lah jadi bedakan, sementara radio lain setiap lagu seting diselengi pembawa acara nah yang ini non stop, jadilah bahan omongan.
Atau sebuah rumah makan yang ingin dibicarakan banyak orang jadilah dia membuat topic "Makan manu A, kalo tidah berkeringat tidak perlu bayar" haha, eh jadi pada ngomongin dan makan ke sana deh, secara campaign mungkin bisa dikatakan berhasil WOMM nya, namun perlu diingat bahwa membangun bisnis bukan seperti seperti dunia dongeng yang muncul dalam semalam, rame dan jadi omongan sih mungkin bukan perkara sulit walaupun juga tidak mudah namun jika harga salah, rasa ga enak yah ga ada gunanya strategi dan program WOMM yang dibuat, paling orang dateng sekali, abis itu bye bye.
Ketiga, Tools
Ini berkaitan dengan medium penyebaran dari topic oleh talkers. Tentu saja yang paling tepat adalah menyebarkan melalui medium di mana target market kita memang ada atau tertarik involve di dalamya. jangan misalnya target market segmen menengah bawah yang tidak familiar dengan twitter misalnya, eh buat topicnya yang mengharuskan berhubungan langsung dengan twitter, lah bisa berabeh beh.
Nah berkaitan dengan tools ini, kita juga harus mempertimbangkan bahwa penggunaan tools awal untuk memancing talker membicara/ involve topic yang dibuat jangan sampai membuat blunder misalnya medium yang digunakan malah menyebabkan talker ketakutan, tersinggung dan sebagainya seperti yang terjadi dalam case peti mati.
Keempat, Take A Part
Sederhananya terlibatlah di dalam medium dan percakapan yang tercipta. Kalo misalnya tools yang digunakan adalah social media seperti facebook atau twitter, pastikan brand melalui agency PR nya atau influencernya dan ataupun internal brand tersebut terlibat di dalam percakapan yang berkembang di dalamnya sehingga arah WOMM yang berkembang bisa dikontrol dan dipantau agar berkembang sesuai dengan objectives dari brand.
Kelimat, Track.
yah pada step terkahir sebagaimana ilmu marketing pada umumnya kita perlu tahu apa hasil dari strategi dan program WOMM yang kita buat, pakah objectives yang disasar berhasil atau tidak, jika berhasil kenapa dan jika gagal kok bisa. Sederhananya begini, kalo saya mau jual buku, dengan strategi dan program WOMM yang saya buat apakah kemudian buku saya terjual sesuai dengan target yang sudah saya tetapkan baik jumlah maupun timelinenya.
Sebetulnya kalo boleh menambahkan satu lagi "T" menjadi T ke enam yang bisa melengkapi teori ini adalah Timing.
Nah kita-kira demikianlah sedikit sharing mengenai WOMM ini, semoga cukup bermanfaat. Monggo kalo ada yang mau menambahkan ato memberikan komennya.
justilien.com
bookrapper.com
http://www.wordofmouthbook.com/
5 comments:
Ho oh penting T yang terakhir. Bahkan bukan saja kapan memunculkan isu, tapi kapan beralih dari atensi, ke itensi. Terlalu cepat akan terasa memaksa orang-orang.
Bener sekali mas, apalagi bila ide yang dibuat menyangkut masyarakat banyak dan sedang heboh dibahas.
Suka membaca artikel ini, terima kasih telah berbagi. Blog ini membuat wawasan saya tentang marketing menjadi luas dan memotivasi untuk maju. Please, keep on posting!
@Yowell Thank u, semoga kita semua tetap bisa berkarya dan terus bisa memberi inspirasi melalui tulisan.
@bukik, google +1 deh hehe
from
rexmarindo
follow me @rexmarindo
Mohon info buku andy sernovitz yang masih ada stock nya dimana?buku WOM marketing
Post a Comment