Jangan Cuma CSR-CSRan!
Beberapa tahun terakhir program CSR (Corporate Social Responsibility) seakan menjadi booming. Begitu banyak perusahaan yang berlomba-lomba menyisihkan dana mereka untuk melakukan aktivitas yang katanya “sosial” ini. Sejauh mana tingkat kepentingan sosial dibandingkan komersialismenya? Mungkin bisa jadi sama besar, ditilik dari anggarannya, bisa jadi alokasi publisitasnya memakan budget yang juga tidak sedikit.
Beberapa klien kami, di beberapa tahun belakangan ini pun melakukan aktivitas serupa. Dari yang terencana hingga yang dadakan, dari yang mengundang publisitas heboh, sampai yang tidak ingin dipublikasi. Di Indonesia, kemunculan konsep CSR kadang saya pikir sering mengalami salah kaprah. Pembahasan CSR bahkan masuk di kolom strategi memoles citra perusahaan atau lebih parahnya lagi hanya masuk dalam program Public Relations. Judulnya saja “sosial” yang artinya, tidak memiliki embel-embel tujuan lain seperti peningkatan awareness apalagi profit. Tetapi dalam dunia bisnis, semua bisa saja terjadi. Hanya saja walaupun di ujungnya ada berbagai tujuan lain, program/pemilihan kegiatan yang tepat sangat dibutuhkan untuk mendukung keberhasilan sebuah program CSR.
Bedanya dengan program pemasaran/pembangunan brand, CSR harus memiliki manfaat besar bagi objek aktivitas, tidak hanya semata-mata mencapai tujuan perusahaan. Berbagai kegiatan sosial sangat mudah diciptakan, mis. saja membagi-bagi nasi kotak kepada anak jalanan atau mengunjungi panti asuhan dan memberi uang kepada mereka. Tapi sejauh mana efektivitas program yang perusahaan anda ciptakan dan sejauh mana berkesinambungan dengan program pemerintah?
Di tengah kondisi Indonesia sekarang ini, terutama dalam hal ekonomi, program CSR dari berbagai perusahaan besar sangat berperan dalam melakukan perbaikan taraf hidup masyarakat. Bagaimana cara dengan tepat melakukan peran tersebutlah yang harus diperhatikan. Di masa pemerintahan SBY, penekanan peningkatan taraf hidup masyarakat, semata-mata tidak hanya pada memberi uang/makan cuma-cuma, tetapi lebih ke menitikberatkan pemberdayaan masyarakat secara mandiri. Hal ini bukan saja dilakukan untuk meningkatkan kualitas, tetapi terlebih melakukan peningkatan ekonomi masyarakat dalam jangka panjang dan tentu saja menuju kehidupan masyarakat yang lebih mandiri.
Telah menjadi kewajiban warga Negara yang baik, untuk mendukung program pemerintah, begitu pula dengan perusahaan-perusahaan besar yang melakukan program CSR. Program-program yang dilakukan harus sejalan dengan kampanye pemerintah mengenai pemberdayaan masyarakat. Hal ini semata-mata dengan tujuan untuk mempercepat keberhasilan peningkatan taraf hidup masyarakat tersebut. Jika begitu banyak program CSR dan pemerintah dengan dana yang juga sangat besar, tetapi tidak terarah, maka pencapaian tujuan akan terasa sangat sulit dan lama.
Program CSR yang dimaksud diharapkan dengan tujuan pemberdayaan masyarakat. Dalam hal ini aktivitas sosial yang diadakan tidak semata-mata membagikan uang/makanan cuma-cuma. Tetapi tantangannya adalah bagaimana kita bisa mendidik masyarakat untuk mendapatkan uang dan makanan bagi diri mereka sendiri. Menilik program pemerintah PNPM yang sekarang sedang gencar dikampanyekan, pemerintah memberi modal pada kegiatan yang direncanakan dan dilakukan secara mandiri oleh masyarakat. Hal ini tentu saja dengan tujuan adanya pembelajaran secara riil bagaimana mengolah dana, melakukan pengawasan terhadap sesama dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Masyarakat Indonesia membutuhkan media untuk memiliki kualitas yang lebih baik. Seperti halnya Sampoerna melakukan program CSR yang tepat, misalnya dengan tidak membagi-bagi nasi kotak ke anak jalanan tetapi memberikan kesempatan kepada anak-anak bangsa untuk terus melanjutkan pendidikannya. Pengabdian bisa dilakukan melalui banyak cara, cara yang benar-lah yang harus dipilih. Misalnya fokus pada pemgembangan pendidikan bagi anak-anak sekolah sehingga kelak dampaknya adalah perbaikan taraf hidup dalam jangka panjang seperti yang Sampoerna lakukan.
Tidak harus bidang pendidikan tentunya, bidang-bidang lain seperti kesehatan, penciptaaan lapangan kerja, fasilitas umum, dan masih banyak lagi sektor yang menantikan peran serta perusahaan anda melalui program CSR. Jadi kira-kira berikut tips penciptaan program CSR bagi perusahaan anda :
1. Bertujuan jangka panjang
Walaupun dana anda terbatas bukan berarti anda tidak bisa menciptakan aktivitas jangka panjang. Jangka panjang di sini bukan berarti program anda berkelanjutan, tetapi apa yang anda berikan kepada masyarakat berguna untuk jangka panjang. Misalnya program yang sama anda lakukan di sebuah panti asuhan. Anda ingin memberi sesuatu kepada mereka, opsi yang harus anda hindarkan adalah memberi uang. Uang bukan merupakan solusi jangka panjang yang tepat, karena kecenderungannya mereka akan menghabiskan untuk sesuatu yang tidak bermanfaat bagi pengembangan diri mereka. Anda bisa memberikan set alat tulis, alat mewarnai, buku-buku berhitung, dll. Jadikan apa yang anda berikan benar-benar bermanfaat bagi mereka.
Mis. anda ingin memberikan sumbangan kepada pedagang asongan. Jangan berupa makanan saja atau uang, mis dengan memberikan modal usaha, bagi mereka yang bisa mengajukan permohonan “bisnis” kecil-kecilan dengan visi yang terarah. Alokasikan dana anda untuk pembentukan kepanitiaan seleksi dan pengawasan modal kerja tersebut.
2. Bersifat mendidik
Masyarakat Indonesia sudah cukup kurang maju selama 32 tahun pemerintahan Orde Baru, jadi selayaknya kita tidak mengulangi kebiasaan “menyuapi”. Lakukan aktivitas yang dapat mendidik, melatih semangat kerja dan menyeleksi orang-orang yang positif dari orang-orang yang pemalas. Hindari aktivitas membagi-bagi uang dalam skala besar, anda hanya akan menambah pribadi-pribadi yang malas, terlebih jika tidak dilengkapi sistem yang tepat.
3. Dukung program pemerintah!
Jika ada kesempatan, dan skala CSR sangat besar, sangat diperlukan kordinasi dengan beberapa sector pemerintahan. Jika anda berkeberatan bekerja sama dengan alasan, birokratisasi, tidak perlu bekerja sama. Tetapi dialog tetap dibutuhkan, hal ini untuk menjamin aktivitas yang kita lakukan sejalan dengan tujuan-tujuan pengembangan sector tertentu. Mis anda ingin melakukan CSR di bidang kesehatan, perlu dilihat program pemerintahan dalam sector ini, kampanye apa yang sedang digalakan, dan anda dapat berperan serta di dalamnya secara independen.
4. Manfaatkan dana anda secara optimal
Jangan lupa untuk berhitung dengan cermat, berkaitan dengan dana yang anda keluarkan. Bentuk tim perencana dan pelaksana yang terpercaya. Jangan sampai dana besar yang anda keluarkan mengalir ke kantong-kantong yang tidak bertanggung jawab. Pastikan apa yang anda dapatkan dari masyarakat, kembali ke masyarakat.
5. Publisitas tetap penting!
Publisitas memegang peranan penting, dalam hal ini bukan semata-mata membuat brand menjadi terkenal, tetapi di sisi lain, publisitas memiliki peran “menyentuh” dan “membuka mata” banyak orang. Dalam hal ini bisa masyarakat yang lebih luas, perusahaan-perusahaan lain, internal perusahaan (menyadari bahwa perusahaan mereka peduli terhadap orang lain), dan tentu saja pemerintah. Publisitas memiliki peran mengingatkan, bahwa kita layak melakukan aktivitas untuk orang lain.
Begitu banyak ide-ide yang bisa digali dalam aktivitas CSR. Seperti yang dikemukakan Bill Gates dalam pidatonya di depan forum yang dihadiri Sekjen PBB beserta berbagai kepala Negara tersebut, bahwa kini sudah saatnya menjalankan Kapitalisme Kreatif, terutama oleh perusahaan-perusahaan besar yang berperan besar dalam kapitalisme ini. Kapitalisme kreatif : sebuah bentuk kapitalisme baru yang memberikan perhatian lebih kepada kelompok-kelompok miskin yang selama ini terpinggirkan oleh dahsyatnya deru kapitalisme. So… act now!
2 comments:
CSR itu skarang kayanya emang udah jadi program wajib ya buat setiap perusahaan...Kayanya nggak gaya getoh kalau nggak punya CSR! Heee..!;p
Kalau diperhatikan malah cukup banyak program CSR yang diserahkan ke pihak lain, sometimes saya bingung apakah ini hanya pelaksanaan sebuah kewajiban atau memang timbul dari dorongan rasa sosial perusahaan.
Jika memang iya, bukannya sudah seharusnya perusahaan berusaha untuk melaksanakan sendiri program-programnya agar dampak dan kepedulian itu memang menjadi jiwa dari perusahaan.
Klasik pasti alasannya sumber daya manusia, memangnya butuh sebanyak apa sih manusianya?
Post a Comment