Nov 30, 2008

Brand Berserakan,
Curi-Curi Perhatian Donk!


Luch time at my office…Seperti biasa sambil makan saya dan teman-teman menonton televisi apapun itu programnya (kadang berita biar kelihatan gaya, kadang infotainment biar up to date, kadang pindah-pindah biar variatif). Sedang asik-asiknya nonton gossip perceraian Pasha Ungu (jangan komentar! Saya juga sadar ini sangat “nggak banget deh lo!”, tapi apa daya…voting kali ini berpihak ke acara infotainment!), tiba-tiba iklan muncul dengan semena-mena.

Normalnya sih ‘acara’ iklan sama sekali tidak menarik perhatian kami, tapi iklan yang kami lihat tadi cukup menarik perhatian. Bukan karena iklannya yang agak (super) “nggak banget deh lo!” karena menampilkan model non-profesional atau keyakinan bahwa iklan tersebut dibuat dengan budget yang sangat minimalis sekali. Kami (eh lebih tepatnya saya sih! Hehee!) langsung berkomentar ketika melihat iklan layanan masyarakat yang dikeluarkan oleh salah satu departemen pemerintah di Indonesia tersebut. Kok? Nih saya deskripsikan ya script iklannya.

Ada seorang ibu yang sedang berjalan-jalan di sebuah mall atau pertokoan gitu lah. Ketika beliau lewat ke salah satu toko sepatu, pramuniaga toko tersebut langsung menyambutnya dengan promosi yang sangat berlebihan. Mulai dari promosi keunggulan produk yang merupakan produk luar negeri (import punya), sampai diskon edan-edanan hingga 75%, disampaikan pramuniaga tersebut dengan sangat antusias dan heboh agar si ibu tadi mau membeli. Namun yang terjadi, beliau hanya tersenyum dan berlalu begitu saja menuju toko sepatu di sebelahnya, sebutlah toko B. Pramuniaga toko B juga menghampiri beliau dan dengan tenang dan sopan mempromosikan produknya.

Beda dengan toko sepatu sebelumnya, toko B ini menekankan bahwa sepatu yang dijual adalah produk lokal, asli produksi Indonesia dengan kualitas yang tidak kalah dengan produk luar negeri. TANPA embel-embel diskon sedikit pun! Apa yang terjadi saudara-saudara? Si Ibu tadi dengan senyum yang lebih mengembang dari sebelumnya langsung membeli sepatu tersebut! Tidak lupa beliau menatap kamera dan berkata “Kalau bukan kita, siapa lagi yang mencinatai produk-produk lokal?” (masih dengan senyum maut yang sama!). WHAAATTTTT??

Sungguh sama sekali bukan karena pesan yang ingin disampaikan melalui iklan tersebut yang membuat saya berpikir “Yang bener aja!”. Pesan yang terkandung sih saya sangat setuju sekali. Tapi coba perhatikan, tidak peduli itu produk impor atau lokal, logikanya, mana ada orang (apalagi perempuan -dan ibu-ibu-) yang lebih memilih produk yang tidak didiskon sama sekali dibandingkan produk yang didiskon, dengan situasi kualitas produk sama lho! Heheee…bukan karena saya perempuan jika berpendapat bahwa scenario iklan tersebut tidak masuk akal, tapi bagaimanapun juga perhatian konsumen pasti akan lebih tertuju kepada hal-hal yang mampu memberikan ransangan yang cukup ‘logis’ bagi mereka, bukan?

Yakin sekali saya di tengah makin banyak sekalinya brand-brand yang beredar di pasaran, konsumen menjadi lebih sulit untuk dicuri perhatiannya. Terlalu banyak rangsangan membuat konsumen cenderung ‘memilah-milah’ sendiri secara sadar maupun tidak tentang produk atau brand yang akan menarik perhatiannya. Menurut saya sih ada beberapa hal yang bisa kita sebagai pemasar baca dari sikap konsumen saat ini terhadap rangsangan.

1. Sesuatu yang “lebih” akan lebih mudah menarik perhatian
Ini bisa dicontohkan dari cerita saya di atas, bagaimanapun juga, sepatu yang dibandrol dengan diskon sampai 75% tersebut rasa-rasanya TIDAK MUNGKIN tidak menarik perhatian ya! Sudah didiskon besar, produk import pula! Ini mah sudah tidak didiskon, produk lokal pula! Nah kalau kamu jadi si Ibu tadi, kamu akan lebih tertarik dengan yang mana? (diingatkan lagi bahwa kualitas produk sama ya!).

Brand yang memasang neon sign lebih besar akan lebih mudah dilihat oleh konsumen, menggunakan lay out toko yang lebih berbeda akan lebih mudah menarik minat konsumen, menampilkan pramuniaga yang lebih cantik/ ganteng dan lebih manner akan lebih mudah dilihat oleh konsumen. Pokonya segala sesuatu yang ‘lebih’ pasti akan lebih mudah menarik perhatian konsumen.

Ransangan yang seperti itulah yang saya nilai sih lebih efektif dalam menarik perhatian konsumen ya! Bahkan iklan yg lebih norak pun akan lebih mudah diingat oleh masayarakat! Ingat iklan produk alam kendaraan yang “nggak banget deh menurut saya!”, dimana ada maling yang gagal mencuri mobil karena menggunakan alarm brand tersebut? Mati-matian saya mencela iklan tersebut, tapi justru pada kenyataannya saya lebih mengingat iklan itu dibanding iklan-iklan lainnya! Apapun asal ‘lebih’, tidak peduli rangsangan tersebut lebih jelek atau lebih baik dari brand lain, maka pasti perhatian konsumen sudah di tangan. Sekarang ya tergantung perusahaan, mau memberikan rangsangan seperti apa pada target marketnya.

2. Sesuatu yang ‘utama’ akan menjadi prioritas utama
Kalau dipikir-pikir, masuk ke Bandung Electronic Centre (BEC) terkadang membuat saya pusing saking banyaknya produk elektronik yang dijual disana. Walaupun sudah diklasifikasikan tiap lantai per-kategori, lantai 1 sampai lantai sekian produk hand phone, lantai sekian sampai sekian produk computer, tapi tetap saja membuat saya masih ‘pusing’. Lihat saja, di kategori computer pun saya masih melihat di display etalase toko-toko itu memajang laptop, computer PC, flash disk, PDA, dan MP4 Player. Tapi ‘pusing’ itu kalau saya tidak sedang membutuhkan sesuatu.

Lain hal nya jika saya ke BEC denagn satu kebutuhan. MIsalnya saya hendak membeli PDA, maka semenarik atau sebanyak apapun produk lain yang terpajang di setiap toko, mata saya pasti langsung tertuju pada toko PDA. Saat kita sedang membutuhkan sesuatu, maka secara otomatis perhatian kita akan lebih fokus pada apa yang kita butuhkan. Tujuan utama saya membeli PDA, maka perhatian saya pasti akan mengutamakan toko PDA.

Begitu juga dengan iklan. Pernah baca Bandung Infomedia yang isinya iklan semua? Kalu dipikir-pikir gimana orang bisa lihat iklan kita ya? Tapi ya itu tadi, kalau orang memiliki kebutuhan utama, maka iklan produk yang ia butuhkan yang menjadi prioritas utama dalam pencariannya. Jadi tidak usah takut kali ya, selama manusia punya kebutuhan utama (dan pasti lah!), produk atau brand kita pasti menarik perhatian mereka kok!

Kadang suatu iklan yang selewat cuma buat celaan saja ternyata bisa membuat pikiran kita berkembang lebih jauh ya! Well, semoga saja ‘gerutuan’ saya ini bisa memberikan masukan pada siapa saja yang membaca, terutama setiap perusahaan dalam menarik perhatian target marketnya. Eh btw, ada lagi tidak yang mudah menarik perhatian kamu?

1 comment:

Anonymous said...

Ya itu sih balik lagi kepada motif kita membeli barang itu untuk apa?
Pada dasarnya orang membeli barang kan tergantung dari need, want, dan expectationnya.
Hak asasi orang untuk memilih produk kali ya??