Nov 9, 2008

Pilih Brand Mana,
‘Pemimpin’ atau ‘Rakyat Jelata’?



“Apapun makanannya, minumnya Teh Botol Sosro”. Saya berani taruhan, hampir semua orang mengetahui tag line tersebut. Bukan hanya itu, hampir di semua supermarket, toko, warung, rumah makan, bahkan kios sekalipun Teh Botol Sosro pasti tersedia. Jangan bohong, pasti kebanyakan diantara kita juga penggemar Teh Botol bukan? Saya sempat berpikir, hebat sekali brand Teh Botol Sosro ini sehingga bisa begitu kuat melekat diingatan bahkan di lidah target marketnya. Sebagai minuman ringan, Teh Botol Sosro yang memiliki pasar yang sangat luas, mulai dari anak kecil hingga orang tua. Hal ini makin menguatkan posisinya menjadi leader market (pemimpin pasar) di kategori minuman teh dalam botol dan kemasan.

Pemimpin pasar…Hmmm…saya yakin sesungguhnya itu adalah posisi yang diinginkan oleh setiap perusahaan dari produk atau jasa yang dimilikinya. Menjadi pemimpin pasar memang memiliki banyak keuntungan, selain membuktikan kehebatan perusahaan dibandingkan pesaingnya tentunya kue yang dinikmati lebih besar dibandingkan pesaingnya. Namun layaknya ‘pertempuran’ memperebutkan kursi kepemimpinan, dalam dunia bisnis, menjadi pemimpin pasar tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan sendiri. Tapi jika perusahaan ingin mencoba, ketahui dulu donk faktor-faktor penting yang memungkinkan perusahaan menjadi pemimpin pasar :

1. Focus
Saya tentu tidak bicara kita tidak boleh mengusai banyak pasar di kategori atau produk yang berbeda, tentu saja ini harus kita lakukan sejauh kapasitas dan kapabilitas perusahaan mampu melakukannya, namun ada baiknya perusahaan untuk fokus pada core compeetencynya terlebih dahulu dan memaksimalkan faktor-faktor pendukung lainya untuk unggul di pasar yang dimasuki.

Sederhananya jika core competency Anda adalah mekanik yah mungkin sebaiknya kembangkan dulu bengkel dan tempat perawatan otomotif, jangan langsung berpikir untuk memproduksi Mobil, karena begitu Anda bergeser dari satu core competensi maka Anda juga menggesar peta persaigan yang akan Anda hadapi. Banyangkan saja Anda harus berhadapan dengan katakanlah Honda dan Toyota?

2. Money-money-money
Kalau factor yang satu ini jangan ditanya ya! He..he..! Memiliki core competency yang kuat di aspek financial memang membuka peluang lebih besar dalam merebut kepemimpinan pasar. Bagaimana tidak, setiap program atau promotion plan bahkan jalannya sebuah perusahaan tidak mungkin tidak memerlukan dana bukan? Setiap plan harus dieksekusi dengan biaya. Apalagi untuk menjadi pemimpin pasar, financial yang cukup besar dan konsisten / berkelanjutan sangat dibutuhkan.

Namun ini tidak berarti bahwa perusahaan dengan financial yang tidak terlalu besar tidak mungkin menjadi pemimpin pasar, asalkan konsisten dan strategynya tepat hal tersebut mungkin saja terjadi. Tidak bisa dipungkiri bahwa dunia bisnis tidak jauh berbeda dengan dunia politik, finasial termasuk aspek paling penting untuk berhasil Tentu saja ada yang menggunakannya on the right track namun ada juga yang menyalahi track yang seharusnya. Kalau sudah begini, tergantung dari karakteristik owner dan para karyawannya, apakah ingin mempin pasar dengan cara yang sportif atau tidak.

3. No rest for innovation
Siapa yang “tidur” atau bahkan hanya “mengantuk” sekalipun, berarti kehilangan peluang untuk menjadi pemimpi pasar. Lihatlah dunia luar! Waktu saja berganti setiap detik, begitupun juga dengan pasar, dunia bisnis, teknologi, persaingan, dan sebagainya. Hanya dalam hitungan bulan bursa saham jatuh berkeping-keping tanpa analisa fundamental ataupun teknikal yang bisa memprediksi dengan tepat kejatuhan ini atau tahu kemarin coba saja kalau Anda ingat harga minya per barelnya tiba-tiba terus menguat yang kemudian salah satu dampaknya adalah naiknya harga BBM di Indonesia.

Produk atau jasa yang kita miliki sekarang belum tentu sesuai dengan situasi beberapa bulan bahkan beberapa jam ke depan. Persaingan di dunia bisnis sekarang ini sangatlah “jahat”, dimana persaingan menjadi semakin sengit melalui inovasi yang terus menerus dari setiap perusahaan. Differensiasi menjadi acuan utama dalam melakukan inovasi yang berkelanjutan, karena para “pembajak” atau perusahaan “me too” biasanya tidak tinggal diam untuk mengikuti. Dengan memberikan inovasi yang berkelanjutan, misalnya diagendakan setiap beberapa sekali dalam tiap semester atau triwulan.

4. “Pintar”
Jika kita ingin menjadi perusahaan yang besar atau dapat memimpin pasar, maka kita harus pintar-pintar dalam melihat segala peluang yang ada. Memanfaatkan apa yang kita miliki adalah inti dari factor yang satu ini. Coba lihat lagi, apa sebenarnya yang menjadi keunggulan perusahaan kita saat ini. Keunggulan disini bisa dilihat dari sisi posisi brand di pasar, citra perusahaan, kualitas produk atau jasa, inovasi, SDM yang handal dan credible, finasial yang kencang, system distribusi yang kuat, dan masih banyak hal lain yang bisa menjadi keunggulan perusahaan dibandingkan pesaingnya.

Pintar selain aspek ke dalam juga harus meliputi aspek keluar, perusahaan harus pintar untuk melihat perubahan-perubahan, strategy pesaing, trend dari tergat market dan faktor-faktor lainnya yang memiliki atau bahkan kadang tidak berkorelasi langsung dengan bisnis perusahaan untuk menyiapkan langkah strategic ataupun antisipatif bagi perusahaan.

5. Teguh hati
Tidak ada yang pasti di dunia bisnis. Segala hal mungkin saja terjadi. Branding atau Promotion Plan yang sudah tersusun rapi bisa saja gagal total saat pelaksanaan, atau tiba-tiba terjadi krisis ekonomi dunia seperti yang sekarang terjadi sehingga menggoyang operasional perusahaan, krisis financial, dan masalah lainnya harus siap perusahaan hadapi bagaimana pun caranya. Disinilah kepemimpinan (tidak hanya sebgai pemimpin pasar) diuji. Perusahaan harus membuktikan bahwa dengan situasi atau hambatan apapun mereka bisa tetap memegang komitmen dan kosisten dalam membangun brand dan melayani pasar. Jajaran direksi dan manajemen memang jadi barisan terkuat dalam kosistensi dan komitmen ini, namun bukan berarti karyawan tidak berperan besar juga, karena sinergi yang kuat antara semuanya akan membuat perusahaan memiliki peluang yang jauh lebih baik untuk menjadi pemimpin pasar.

Menjadi pemimpin memang posisi yang menggiurkan ya! Tapi kalau sudah mengetahui factor-faktor di atas kok rasa-rasanya cukup sulit juga ya! Yah, sekarang sih tinggal putuskan saja, mau jadi ‘pemimpin’ atau hanya ‘rakyat jelata’?

1 comment:

Anonymous said...

Hmmmm...harus banyak belajar nih dari Teh Botol Sosro. Tapi memang harus diakui kalau Teh Botol Sosro masih memiliki posisi yang kuat di benak konsumen di Indonesia. Padahal pesaingnya juga banyak sekali.

Inovasi tanpa meninggalkan originalitas merupakan kunci keberhasilan teh Botol Sosro.