Nov 16, 2008

Manajemen Krisis -
Berusahalah untuk Selalu Paranoid



Di tengah krisis global yang terjadi saat ini, tiap perusahaan dituntut untuk melakukan efisiensi agar tetap bertahan dan tidak tenggelam. Namun melonjaknya harga bahan-bahan baku menyebabkan banyak perusahaan seolah “tercekik”, belum lagi mereka harus menyesuaikan harga jual kepada konsumennya. Dan yang banyak dihadapi oleh perusahaan adalah daya beli konsumen yang terus menurun akibat krisis ekonomi global ini.

Perusahaan juga dihadapkan pada peliknya masalah karyawan, karena beberapa perusahaan berencana untuk melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada beberapa karyawannya akibat tidak sanggup membayar upah karyawan. Memang sulit menghadapi krisis, apalagi bagi perusahaan yang focus pada produksi saja. Memikirkan untuk bertahan di masa krisis saja sudah sulit apalagi kalau harus memikirkan strategi mengembangkan merek.

Pada kenyataannya tiap perusahaan berharap tidak mengahadapi krisis yang bisa mengguncang aktivitas mereka, karena bagaimanapun aktivitas produksi harus tetap berjalan untuk memperoleh ROI yang diharapkan, bahkan profit yang besar bisa menunjukkan kinerja perusahaan yang baik. Tapi sebetulnya krisis yang terjadi pada perusahaan bukan saja diakibatkan oleh krisis global, karena kalau bicara global semua juga kena dampaknya.

Nah, kalau misalnya yang terjadi adalah krisis akibat internal perusahaan itu sendiri atau gagalnya masuk ke pasar, maka ada beberapa langkah yang bisa dilakukan agar perusahaan bisa bertahan. Dari langkah-langkah tersebut diharapkan bisa diperoleh sistem dan kinerja yang semakin membaik dari perusahaan.

Disini tiap manajemen perusahaan dituntut selalu paranoid serta bekerja keras dan focus pada pembangunan manajemen krisis. Bahkan Michael Teng dalam bukunya yang berjudul Corporate Turnaround memisalkan perusahaan layaknya seorang pasien yang sedang sakit parah, sehingga membutuhkan dokter untuk menyembuhkan penyakit yang dideritanya. Mulai dari melakukan pembedahan, yaitu restrukturisasi organisasi melalui komunikasi, konsentrasi dan pengendalian biaya. Kemudian tahap penanganan dengan revvitalisasi bisnis dengan meningkatkan penjualan dan laba. Dan melalukan perawatan, yaitu merehabilitasi system kekebalan perusahaan yang sehat dan kuat untuk mendukung pertumbuhan jangka panjang. Bahkan dalam salah satu website bisnis www.12manage.com, diungkapkan perusahaan bisa melakukan beberapa pertolongan sementara dalam mengahadapi krisis, seperti :
  1. Menyiapkan rencana kemungkinan yang terjadi di masa yang akan datang
  2. Membentuk tim krisis, sebagai juru bicara kepada pihak luar untuk membicarakan perihal krisis, sehingga tidak terjadi berita yang tidak relevan dengan krisis yang dihadapi perusahaan.
  3. Bergerak cepat ketika krisis tahap ringan mulai terjadi
  4. Jika perlu gunakan konsultan manajemen krisis sebagai PR kepada public, sehingga image perusahaan tetap terjaga.
  5. Gunakan informasi yang akurat dan benar, jangan sekali-kali memanipulasi yang sebenarnya terjadi karena malah akan memperparah keadaan
  6. Ketika hendak mengambil keputusan, jangan yang bersifat sementara, tapi ambillah keputusan yang sifatnya jangka panjang.
Nah, coba kita bahas langkah yang lebih rinci dalam manajemen krisis menurut Teng:

Langkah Pertama.
Lakukan pembedahan pada restrukturisasi perusahaan. Lakukanlah komunikasi untuk menghindari kesalah pahaman dan hambatan pada rencana turnaround. Kemudian konsentrasikan semua sumber daya untuk melakukan sejumlah hal yang tepat. Lalu control biaya dan perhatikan kelancaran arus kas. Empat hal tersebut merupakan langkah awal untuk mengidentifikasi krisis yang sebenarnya terjadi pada perusahaan, dengan demikian manajemen perusahaan akan mudah untuk melakukan langkah selanjutnya dalam memperbaiki perusahaan.

Langkah Kedua.

Lakukan Revitalisasi Bisnis, seperti menegaskan tujuan perusahaan, tetap bertahan atau menggunakan konsultan jika diperlukan karena konsultan dapat memberikan pandangan dan perspektif lain untuk memberikan suntikan angin segar pada bisnis. Setelah itu memusatkan perhatian pada konsumen dan pesaing agar perusahaan tahu pasar yang bagaimana yang sedang dihadapi. Kemudian lakukan stratgei jangka pendek yang meliputi pengembangan harga dan produk yang tepat dan menetapkan strategi pemasaran yang agresif. Untuk strategi jangka panjang, buatlah perbedaan dengan kualitas dengan kualitas pelayanan, perkuatlah merek dagang, dan investasi dalam ekspansi masa depan.

Langkah Ketiga.
Lakukan perawatan perusahaan dengan membangun budaya perusahaan yang kuat dan sehat yang menggabungkan filosofi perusahaan yang baru dan memperkuat bebasnya aliran energy internal. Filosofi perusahaan adalah sekumpulan pemikiran unik dan nilai-nilai organisasi. Filosofi tersebut mengkomunikasikan bagaimana oang-orang dalam perusahaan harus berperilaku dengan menetapkan system nilai dan dengan menyalurkannya melalui perbuatan. Tugas CEO turnaround disini adalah menentukan kembali orientasi filosofi perusahaan secara menyeluruh atau pola pikir beserta prinsip berikut : ide-ide baru dan cara melakukan sesuatu, selalu menerima perubahan, dan bersedia menerima kegagalan.

Setelah perusahaan sudah sehat dan dapat beraktivitas kembali, jangan lupa untuk selalu memaintain setiap kegiatannya agar tetap bisa eksis di pasar. Lakukanlah langkah-langkah inovatif yang bisa memberikan motivasi bagi para karyawannya untuk bisa bekerja lebih baik lagi. Perbaikan internal dan eksternal bisa terus dilakukan, karena seperti manusia, sedang sehat saja sebaiknya kita melakukan general check up untuk memeriksa kondisi tubuh.

Begitu pula dengan perusahaan, selalu lakukan internal dan eksternal audit yang berkala untuk memantau kemungkinan terjadinya “krisis” kecil dalam manajemen perusahaan. Jika terdapat hal yang demikian, lakukanlah penyembuhan yang sifatnya per divisi agar tidak merembet ke manajemen keseluruhan perusahaan. Yah kadang menjadi paranoid itu penting untuk terus bertahan di dalam pasar yang sangat kejam saat ini.

2 comments:

Anonymous said...

Tapi bos saya bilang...Bisnis itu harus dijalankan dgn penuh rasa optimis...Jangan parno! Karna kalao parno terus, nggak bakalan bisa tenang ngejalanin bisnis...Kalau nggak tenang, gimana bisa bisnisnya berjalan dgn baik...Begituh...

Anonymous said...

Yah mungkin ini lebih berlaku buat para pemilik bisnis agar mereka selalu paranoid (positif) tentunya. Karena jika tidak begitu wah bisa gawat.