Buat Apa Sih Membangun brand,
Emang Penting Gitu?
Emang Penting Gitu?
Walaupun masih belum banyak orang yang mengerti benar apa sesungguhnya brand itu, namun saya yakin hampir dari semua yang membaca tulisan ini tahu bahwa brand, bagaimana pun juga, memiliki peranan yang sangat penting bagi sebuah produk atau jasa yang dimiliki perusahaan. Teman saya pernah berkeluh kesah karena ternyata cukup rumit juga mematenkan merek produk yang dia miliki. “Kenapa sih susah banget pengen punya hak paten buat brand gw? Ribet bener dah ah!”, keluhnya. Saya sih Cuma senyum-sentum saja karena walaupun dia mengeluh itu ribet, susah dan sebagainya, toh dia tetap ‘berjuang’ mendapatkannya.
Saya malah memancingnya dengan pernyataan “Ya udah, nggak usah dipatenin aja lah pren!”. Reaksinya sudah bisa saya prediksi, “Ya nggak bisa gitu juga lah mamen, merek (brand) kan penting banget buat produk gw. Kalau dibajak gimana?....Weitz, lo ngetes gw ya? Kan lo kerja di perusahaan in house branding. Ya lo pasti faseh banget lah gimana brand itu penting buat bisnis! Ciaul luw!”, Hehee…ngamuk juga dia sadar saya ‘godain’.
Suatu kesempatan seorang klien dengan nada serius mempertanyakan “buat apa sih membangun brand, emang penting gitu? Hehee…YA IYA LAAAHH!. Percaya deh ya, brand, baik itu brand corporate, brand produk atau jasa, sampai brand personal, itu diciptakan untuk sebuah tujuan, eh beberapa tujuan kalau kita mau ‘maruk’ sih! Heee! Disini saya coba ah untuk mengemukakan beberapa alasan kenapa brand itu harus dibangun.
1. Pembeda
Jaman dulu mungkin Aqua bisa tenang-tenang saja melucur di pasaran karena merasa bahwa ia adalah satu-satunya produk air mineral di Indonesia. Namun lihatlah sekarang, begitu banyak produk air mineral yang beredar di pasar. Apa jadinya jika dulu PT. AQUA Golden Mississippi tidak memberikan brand untuk produk mineral yang diproduksinya? Apa jadinya jika produk-produk mineral yang keluar berikutnya juga tidak memiliki brand? Bisa dibayangkan semua pihak akan merugi. Dari sisi konsumen, kita akan kebingungan membedakan produk yang mana yang “Aqua” atau produk mana yang bukan, yang terjadi bisa saja kita membeli salah satu produk dan mengira bahwa produk itu adalah “Aqua” tapi ternyata bukan. Ini jelas juga merugikan bagi perusahaan, karena sebenarnya konsumen menginginkan produk yang ia produksi tapi salah beli karena tidak ada atribut brand yang membedakan.
Lain halnya jika brand benar-benar melekat pada suatu produk. Untuk Aqua, produk tersebut tidak hanya mengandalkan nama semata sebagai identitas. Dari segi kemasan pun Aqua berusaha membedakan diri dari para pesaingnya dengan bentuk yang cenderung kokoh, bahan plastic lebih tebal, dan desain cup yang terlihat elegan. Disini terlihat bahwa Aqua mampu memberikan identitas total pada produknya, sehingga konsumen tidak akan bingung atau tertipu saat membeli produk minuman mineral.
2. Jalan berkuasa
Apa yang membedakan donat J-Co dengan donat yang biasa dijual di warung-warung? Jika dari segi rasa saya berani bilang bahwa donat yang dijual di warung tersebut tidak kalah enak rasanya dibandingkan donat J-CO. Lalu kenapa bisa donat J-Co berharga lima ribu rupiah ke atas sementara donat di warung hanya berharga seribu lima ratus rupiah? Ya jawabannya adalah merek!
Saat sebuah produk memiliki brand yang kuat di pasar, maka yang terjadi bukan lagi harga produk ditentukan oleh pasar, melainkan produklah yang menentukan harganya sendiri. Blue Bird contoh brand yang berlenggang kangkung memberikan harga jual yang lebih mahal dibandingkan para pesaingnya di industri taksi. Di saat brand-brand lain memasang argo semurah mungkin untuk merebut pelanggan, Blue Bird tetap memiliki pelanggan setia dan tetap diminati oleh target market industri taksi walau dengan harga di atas rata-rata. Namun tetap saja ‘kekuasaan’ mengendalikan pasar ini harus juga diimbangi dengan kualitas dari konten, konteks dan infrastruktur yang dimilik brand tersebut. Namun jika dibandingkan hasil yang didapatkan dengan leluasa mengendalikan pasar, rasa-rasanya usaha apapun menjadi sangat worthed untuk dilakukan ya!
3. Pemikat
Kalau kamu sedang berjalan-jalan ke mall dan melihat sebuah gerai sepatu yang baru saja dibuka, dimana di atas toko tersebut terdapat sign REEBOK, apa yang akan kamu lakukan? Kalau saya dan teman-teman saya sih pasti langsung masuk ke toko tersebut. Apa yang menarik? Ya Reebok-nya lah! Coba kalau toko sepatu itu bukan menjual produk Reebok, belum tentu kami mau menyempatkan diri mampir kesana.
Begitu banyak acara pembagian awards di Indonesia ini, tapi kenapa Panasonic award selalu mencuri perhatian masyarakat bahkan media massa sekalipun setiap tahunnya? Bukankah setiap acara awards yang ditampilkan ya begitu-begitu saja, bahkan terkadang artisnya juga ya itu-itu saja? Saya sih yakin yang menjadi daya tarik adalah “Panasonic”-nya. Belum tentu orang akan menonton jika awards-nya bernama Seleb Awards. Brand, yang memiliki brand yang kuat tentu asaja, akan menjadi alat promosi atau daya tarik yang hebat bagi konsumennya.
4. Cap Diri
Dulu saya tidak pernah habis pikir kenapa orang-orang berani membeli sebuah tas dengan harga berjuta-juta. Hanya untuk sebuah tas yang trendnya pasti berganti bulan depan?! Ah, mungkin orang-orang itu kebayakan duit, pikir saya saat itu. Namun sekarang saya mengerti benar mengapa ada orang yang mau membeli Tas merek Luis Vitton. Kenapa?
Karena saat orang membeli tas Luis Vitton, mereka otomatis memiliki keyakinan bahwa kualitas tas yang mereka beli tersebut sangat terjamin, tidak ada keraguan sedikit pun bahwa tas yang mereka beli itu akan rusak dalam waktu singkat. Belum lagi prestise yang muncul saat menggunakan tas tersebut di depan orang lain. Siapa orang yang tidak akan merasa bangga jika memakai tas Lius Vitton (yang asli lho! Hehee!) ? Rasa-rasanya yang ada justru adalah rasa bangga. Orang pun akan langsung menilai kita orang yang berkelas. Citra yang ditimbulkan oleh sebuah merek memang sangat luar biasa.
5. Dapat ‘bonus’
Nah kalau ini sih beberapa sudah saya sebutkan di atas. Namun merek yang kuat, apalagi yang telah mencapai brand equity di target marketnya memang memiliki banyak keunggulan dalam persaingan dengan brand-brand lain dalam kategori sejenis. Saat sebuah brand telah dinilai sukses dipasaran, keinginan untuk memperluas pasar dengan melakukan perluasan merek biasanya muncul. Hal ini jauh lebih mudah dilakukan oleh brand yang telah cukup kuat di pasar. Konsumen akan lebih mudah percaya pada produk baru yang diluncurkan brand tersebut karena telah membuktikan kualitas produk sebelumnya. Saat Toyota meluncurkan Toyota Altis, Toyota tidak perlu bersusah payah untuk menarik target marketnya karena mereka sudah tahu sebagus apa kualitas yang ditawarkan Toyota.
Bagi perusahaan, saat konsumen sudah memiliki awareness dan loyalitas yang kuat terhadap brand yang dimilikinya, maka otomatis perusahaan juga akan sangat menghemat biaya pemasaran dan promosi. Teh Bintang Sobo menjadi contoh nyata bahwa hanya dengan biaya yang rendah brand tersebut mampu mencapai ceruk pasar sebesar 60% di wilayah Bandung dan Jawa Barat. Berbeda sekali dengan produk-produk lain yang harus mengeluarkan budget milyaran hanya untuk pemasaran dan promosi brand-nya.
Saya yakin sebenarnya masih ada banyaaaakk lagi alasan-alasan lain yang bisa dikemukakan mengenai kenapa brand atau merek itu digunakan.
1 comment:
Walaupun secara teori membangun brand itu perlu didukung lagi dengan fakta yang menunjukkan banyaknya persaingan dari kompetitor di industri yang sama, tapi masih saja ada perusahaan yang tidak "ngeh" dengan aktivitas branding..
Post a Comment