Nov 3, 2008

Apa Ukurannya Stupid?


Dimalam yang dingin di kota kembang bandung saya termenung di depan notebook saya karena terpikir sebuah pertanyaan yang selalu saja mengganggu saya selama ini dan setiap bertanya ke orang lain jawabannya sangat beragam dan berbeda-beda, apa sih ukuran kesuksesan sebuah perusahaan? Minggu lalu saya berbicara dengan salah satu marketing direktur sebuah perusahaan yang saat ini merupakan salah satu perusahaan terbesar di Indonesia, saya bertanya apakah perusahaan kita sudah sukses saat ini pak? Oh yah, tentu kita sudah sukses saat ini, kita merupakan perusahaan nomor satu dengan brand yang sangat terkenal saat ini. Hampir setiap marketing ingin berkerja di perusahaan ini dan bisa dikatakan setiap pesaing saat ini mungkin cukup segan berhadapan dengan kita saat ini, selorohnya.

Hmmm, mungkin itulah ukurannya sukses bagi seorang marketing direktur, menjadi nomor satu dengan penjualan terbanyak pikir saya. Sebagai seorang konsultan brand yang juga dipercaya untk memastikan bahwa proses internal perusahaan akan mendukung pencapaian perusahaan dalam pertumbuhan yang kontinue (nah ini sukses menurut sang pemilik), saya tahu betul bahwa masih banyak pegawai yang mengeluh kekurangan satu dan lain hal misalnya gaji, penghargaan dan sebagainya. Masih banyak juga karyawan tingkat bahwa yang bahkan untuk menyekolahkan anak-anaknya harus mengajukan beasiswa dan mungkin meminjam sejumlah uang di sana sini, lalu apakah benar menurut sang direktur kita ini sudah sukses?

Masih pertanyaan tersebut bermain dan menari di kepala saya, kemudian salah satu sahabat saya YM ke saya dan bertanya, eh gimana sih gua bisa ngukur acara gua sukses ato enggak? Tanyanya. Nah kalo ini terorinya banyak dan jawabannya juga rasanya bisa saya jawab. Saya tidak pernah betul-betul menemukan atau membaca ukuran sukses yang betul-betul sukses bagi semua hal kecuali kelak jika kita mati dan masuk surga karena ridhonya (nah kalo ini, saya jamin inilah ukuran sukses tertinggi bagi siapapun), dalam bisnis ukuran sukses sangat tergantung dari siapa yang membicarakannya. Jika kita berbicara dengan orang marketing makan ukuran suksesnya adalah penjualan tentunya, namun lain lagi cerita bila kita bicara dengan orang produksi, ukuran suksesnya mungkin berapa waktu yang dihemat untuk produksi dan berapa efektif dan efeisien tingkat produksinya dan begitupun orang di bagian pelayanan customer, ukuran sukses mereka mungkin berapa banyak komplain yang bisa diselesaikan dan lain-lainnya.

Ok sebelum kita bicara lebih jauh mengenai ukuran sukses ada satu pertanyaan penting, mengapa sukses harus diukur?

Pertama prinsip keadilan.
Ok begini, katakanlah Anda seorang Pemilik perusahaan, pada akhir tahun, karena penjualan meningkat gila-gilaan, Anda ingin berbagi kesenangan dengan membagikan bonus ke setiap pegawai di perusahaan Anda. Pertama Anda akan mulai dari bagian marketing, ada 100 orang yang akan diberi bonus dengan total bonus 100 juta, bagaimana Anda membaginya? 100 juta dibagi 100 orang dengan sama rata? Dugaan saya jika Anda melakukan ini, malah ketidakpuasan dan rasa kesal yang akan muncul akibat dari pembagian yang sama rata tersebut, mengapa? Apakah Anda tahu effort dan usaha dari masing-masing marketing tersebut tepat sama atau rata-rata sama? Mungkinkah ada marketing yang berkerja 20 jam sehari dan ada marketing yang berkerja 10 jam sehari? Mungkinkah ada marketing yang salesnya 2 kali lipat atau bahkan lebih dibandingkan yang lain? Pasti mungkin, nah di sini justru keadilan akan terjadi bila ada perbedaan tentunya.

Kedua Evaluasi.
Dengan adanya ukuran sukses bagi setiap bagian dan karyawan diperusahaan, perusahaan dapat melakukan eveluasi mengenai kinerja dan hasil yang sudah lalu untuk dijadikan pertimbangan dalam menyusun kebijakan ke depannya. Selain itu, data yang didapat dari pengkuran ini sangat berguna untuk menyusun kebijakan-kebijakan lainnya yang berhubungan dengan karyawan perusahaan seperti kenaikan pangkat, gaji, intensif, bonus dan sebagainya.

Ketiga Prilaku.
Mungkin ada yang bertanya ngapain sih bahas-bahas hal beginian, ini khan bagian dari HRD or something. Guys, trust me, ini adalahsalah satu kunci untuk mencapai kesuksesan dalam divisi marketing. Pernah tidak anda bermasalah dengan prilaku karyawan sehingga tingkat penjualan atau kinerja divisi Anda terganggu? Sering, mungkin inilah jawaban yang sering saya dengar, ukuran sukses yang diterapkan tidak hanyak melulu masalah angka namun juga usahakanlah mencakup sikap dan prilaku kerja karena dengan begitu hal tersebut akan mempermudah Anda mencapai tujuan yang sudah ditetapkan perusahaan atau tujuan perusahaan secara keseluruhan.

Individu yang sikap dan prilakunya sesuai dengan tuntunan perusahaan akan lebih sering mencapai apa yang sudah ditargetkan perusahaan daripada indvidu yang sikap dan prilakukany tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh perusahaan, karena itulah unsur kesuksesan dalam sebuah perusahaan tidak hanya didasarkan pada pencaipan target kerja yang berupa fisik seperti uang dan barang namun juga perubahan sikap dan prilaku kerja yang sesuai dengan tuntunan perusahaan. Anda bisa saja sukses 1000 persen dalam profit, namun bila miliki karyawan yang mental mencapai suksesnya dilakukan dengan segala cara baik benar maupun salah apakah ini sukses yang Anda inginkan? Dan apakah ini bisa kontinue dalam jangka panjang? Coba pikirkan lagi.

Ok sekarang baru kita bahas apa sih ukuran sukses? Ha tentunya sangat banyak sekali ukurannya tergantung pada posisi mana, divisi mana dan lain sebagainya untuk bisa mengatahui ukuran kesuksesan. Katakanlah bila Anda di bagian marketing, seperti pembahasan di atas, maka ukuran sukses Anda adalah tingkat sales yang sudah ditetapkan oleh perusahaan. Jika diawal tahun Anda targetkan menjual barang dengan tingkat penjualan 1 miliar pertahun, maka secara sederhana bisa dikatan bila akhir tahun penjualan Anda mencapai 1 miliar dengan asumsi semua hal sesuai rencana makan Anda bisa dikatakan sukses, kalo 2 milar berarti Anda sangat sukses, dan sebaliknya jika 500 juta maka Anda bisa dikatakan gagal, beres.

Secara garis besar, ada dua ukuran sukses yang bisa kita terapkan di dalam perusahaan yaitu:

Pertama Pencapaian Sasaran Kerja
Ukuran sukses yang pertama ini adalah yang paling umum yang memang seharunya dimiliki oleh setiap perusahaan, namun salah kaprah nya justru kadang-kadang di banyak perusahaan yang diukur hanya bagian marketing atau salesnya. Coba saya tanya, apa ukuran sukses bagian legal perusahaan retail? Atau apa ukuran sukses sekertaris perusahaan? Atau apa ukuran sukses bagian HRD? Lantas kemudian jika Anda ingin membagikan bonus katakanlah, bagaimana Anda tau bonus yang dibagikan sudah tepat dan adil?

Lantas apa bagiamana membuat pengukurannya? Izinkan saya sedik melenceng terlebih dahulu, ada satu model yang sangat saya sukai mengenai kerja, model ini kalau tidak salah saya baca dari salah satu petinggi Google yaitu 70/20/10. Model ini ingin mengatakan bahwa setiap orang haris mendedikasikan 70 usahanya untuk pekerjaan utamanya sesuai dengan job descnya, 20 persen project yang berhubungan dengan divisi atau satuan kerjanya dan 10 persen pekerjaan yang tidak punya korelasi langsung dengan pekerjaannya namun penting bagi perusahaan. Nah kembali lagi, secara sederhana pengukuran kerja dapat dibuat dari prinsip ini dengan bobot kepentingan yang proposional tentunya.

Kedua Perubahan Sikap dan Prilaku.
Seperti yang sudah saya sempat singgun di atas, sikap dan prilaku kerja kadang memiliki peranan yang sangat penting dalam kesuksesan sebuah perusahaan dalam jangka panjang, catat Jangka Panjang, anda bisa saja sukses dengan orang-orang yang sikap dan prilaku kerjanya tidak baik, katakanlah sering menghalalkan berbagai cara untuk menjual termasuk dengan melakukan penipuan terhadap konsumen, namun cobalah bertanya sampai kapan hal ini bisa bertahan? Tanpa melakukan pengukuran terhadap sikap dan prilaku, ada potensi besar yang menghadang kemajuan bisnis Anda.

Lantas bagaimana melakukan pengukuran sikap dan prilaku kerja, ini khan sifatnya objectives? Yah betul sekali, karena itulah untuk pertanyaan ini anda tanyakan sajah langsung ke bagian HRD atau konsultan performance management he.....he.

Yah saya hanya ingin menyampaikan preview bahwa jika Anda bicara penjualan dan bisnis jangka panjang maka bicaralah sejak sekarang mengenai pengukuran, tidak hanya bagian sales dan marketing ataupun produksi serta promosi, namun semua semua divisi di industi apapun.

Sedikit mengambil kata-kata dari mantan Presiden AS Bill Clinton, it’s economic stupid yang mengatarkannya menjadi presiden AS kalo itu, tidak ada salahnya kitapun sebagai pemilik bisnis ataupun pelaku bisnis bertanya Apa Ukurannya Stupid?

2 comments:

Anonymous said...

Setuju...Tapi menurut saya kesuksesan jangan hanya diukur melalui hal-hal yang bersifat real dan terlihat secara kasat mata oleh perusahaan (atau owner pada khususnya)...Psikologis karyawan yang terjaga denagn baik juga merupakan bentuk kesuksesan tersendiri bagi perusahaan..Dan tentu saja hal tersebut akan berdampak sangat positif terhadap kesuksesan perusahaan. Menurut saya lho!

Anonymous said...

Menanggapi comment diatas, saya juga setuju. Seperti yang sudah dikemukakan di artikel, perusahaan yang diceritakan tersebut sukses, tapi ternyata banyak pegawai yang mengeluh.

Biar bagaimanapun, psikologgis karyawan berpengaruh pada kinerja mereka lho...

Mungkin ada baiknya juga ya, tiap pemimpin perusahaan mengadakan sesi curhat bagi para karyawannya.