Suatu hari di masa lalu (udah lama ceritanya) salah satu tim saya di creasionbrand memberikan kabar yang cukup membuat saya terkejut "mas ada akun twitter yang mau dijual nih, 70 ribu follower dengan harga 5 juta rupiah" ... setempo saya dia dulu karena ini kali pertama saya mendengar hal seperti ini di twitterland. "oh yah jawab saya, yah sudah beli sajah" tanpa pikir panjang saya minta tim saya tersebut untuk membeli akun tersebut, tentu bukan kelak akun tersebut saya ganti menjadi nama saya hahaha tapi banyak hal yang ingin saya pelajari mengenao fenomena twitter di Indonesia ini.
"tapi mas?" wah ada tapinya guman saya, "itu 5 juta tidak termasuk nama/ brand akunya, cuma followernya ajah, kita harus ganti sendiri nama akunnya, kalo mau sama akunnya harganya lebih mahal" wah aya aya wae ini sipenjual twitter haha, bisaan ajah menjual akun twitter pake *syarat dan ketentuan begitu. "yah sudha beli ajah tanpa akunya, kita ganti sendiri" minta saya kepada tim saya tersebut.
Ada 3 hal yang membuat saya penasaran dan akhirnya memutuskan untuk membeli akun tersebut sebetulnya:
Dan ternyata? Yes followernya real human, saya lakukan tracking bagaimana cara si "penjual" membangun follower akun tersebut dan pada satu kesimpulan bahwa akun-akun followernya memang betul human bukan BOT (walaupun tidak menutup kemungkinan yah). Selain tracking, saya juga membuat 'conversation" di akun yang saya beli tersebut dan memang terjadi conversation di akun tersebut walaupun sedikit sekali persentasenya.
Jawabnya. Tergantung akun yang dibeli berbicara soal apa, sederhananya pertanyaan ini terjawab dengan sendiri, segmen akan sesuai jika memang brand yang kemudian di endorse oleh akun ini memang sesuai dengan segmennya. Sederhananya jika akun cinta-cinta yang dibeli yah brand remaja tentu yang cocok.
Jawabnya. Sampai hari ini harga yg dibuat buat saya ga jelas patokan harganya, kalo dari yang saya tanya sih jawab si "penjual" "yah liat yang beli ajah mas, kalo terkanal atau brand terkenal yang tawar yah kasih mahal". Hadoohhh rempong dah kalo begini, yah sudah intinya jawabannya "tergantung".
Nah pertanyaan bagaimana jika ini dilakukan "beli akun" oleh sebuah brand? Anda boleh setuju boleh tidak yah tapi kalo saya jadi brand manager mungkin saya akan pertimbangkan dengan "catatan".
Say tentu tidak akan mengganti akun tersebut dengan nama brand saya karena ini sepertinya jadi keputusan "konyol" untuk sebuah brand. Akun ini tetap akan saya biarkan anonim menjadi akun satellite dari brand yang saya handle. Artinya, saya bisa gunakan akun ini untuk kepentingan buzzer, promo dan rekomendasi secara soft. Dan bahkan bisa di monetize atau dijadikan bahan co brand dan barter dengan brand lain hehe.
Yap saya akan pelajari dulu timelinenya, conversation yang terjadi dan cek analyticnya misalnya di klout apakah akun ini segmennya pas dengan brand yang saya handle, jika memang pas makan pilihan dijadikan satellite aku twitter tentu menjadi bagian dari strategi membangun brandnya.
Berapa banyak brand yang menggunakan buzzer? Banyak, kadang coba dihitung-hitung biaya investasi menggunakan buzzer tersebut dengan investasi membeli akun yang kemudian dibesarkan followernya. Anda bisa menggunakan buzzer di info A misalnya, kemudian buzzer info B seolah2 menyasar segmen yang berbeda padahal si info A ternyata dulunya pada buzzer info B, lah terus buat apa buang duit di sana? Istilah lo lagi lo lagi sebetulnya, kitanya ajah yang kagak tau. Lebih baik beli akun, kemudian buzzer tuh akun biar banyak followernya.
Yah penting setelah akun dibeli dibangun conversation dan engage dengan "warga" nya, Jangan hanya digunakan untuk tweet promo terus, bangun brand yang memang kita pegang secara soft di akun tersebut. Istilah kita sudah punya komunitas yang "tanpa induk" dan jadilah induk yang baik, beri kasih sayang agar mereka memberikan kasih sayang balik kepada Anda.
Dari cari kerja si "penjual" yang membangun akun tersebut dengan startegi recomendation to follow melalui akun induknya yang berjumlah sangat besar (bisa diatas 500 ribu follower), sebetulnya akun ini sudah difollow dengan sukarela artinya, nah bentulah wadah seperti website yang bisa mendirect dan menciptakan menciptakan ikatan di "wadah"tersebut. Jika website tersebut ternyata sukses dan ramai khan bisa dimanfaatkan untuk iklan brand yang kita pegang (banner, kuizz dlll).
Strategi ini tentu memerlukan effort yang lebih dari sekedar menghadling akun resmi brand tentunya namun jika dijalankan juga tidak sesulit yang dibayangkan kok. Nah bagaimana tertarik untuk mencoba hal ini? Silahkan kunjungin salah satu vebdornya nih http://karteltwitter.blogspot.com/
sumber gambar: creattica.com
No comments:
Post a Comment