Satu kata kunci yang sering dilupakan oleh market leader adalah : Inovasi! Seperti diyakinkan Peter Fisk dalam bukunya Marketing Genius, bahwa pasar yang ada sekarang dalam hal ini kondisi dan pertumbuhan masyarakat semakin tidak memiliki pola. Sekelompok orang yang memiliki kebiasaan yang serupa digolongkan dalam kategori segmen, tetapi dalam era teknologi yang semakin pesat ini, segmentasi hampir tidak dapat dilakukan karena keragaman habit yang terbentu semakin berlainan. Tidak ada lagi jaminan suatu ke-identikan dalam 1 kelompok tertentu, seperti ras, usia, agama, tempat tinggal, dll.
Selain berkembangnya metode pemikiran Marketing Genius tersebut, dalam bidang riset pun berkembang metode yang mencari Customer Insight, di mana detil per detil kebiasaan seseorang diperhatikan dan dianalisa untuk mencari celah memasukkan doktrinasi sebuah brand. Lalu berkembang lagi dengan metode Etnografi yang tidak memiliki model/pola secara signifikan. Riset dilakukan dengan begitu saja dan hasil yang sangat terbuka. Tetapi hampir bisa dipastikan fakta-fakta yang baru dan akurat seringkali ditemukan dari riset berkategori customized ini.
Lalu apa gunanya sebuah data??? Tentu saja data hanya lah tinggal data jika tidak ada analisa lebih lanjut. Proses analisa penting dikaitkan dengan kompetensi sebuah produk atau brand. Celah mana yang dapat dimasuki oleh produk dan menciptakan sesuatu yang baru yang kite kenal dengan : Inovasi! Ada banyak contoh di pasar consumer goods (yang selalu menarik untuk dibahas) yang dulunya merajai pasar tapi kalah telak oleh pendatang baru dikarenakan oleh kurang inovasi alias ketinggalan jaman. Sifat merasa telah menjadi market leader seringkali menjadi satu kelemahan terbesar yang bisa dengan mudah disalip oleh pendatang baru. Contohnya adalah Redoxon. Redozon terkenal sebagai produk kesehatan Vitamin C yang dikonsumsi dengan memasukkannya ke dalam air. Redoxon tidak dapat dipungkiri adalah 1 brand yang memiliki persepsi kualitas yang ok. Tapi saya sangat kaget karena beberapa waktu lalu saya melihat di pasaran Redoxon mengeluarkan tablet hisap. Aneh ya.. saya sangka dia memang tidak mau bermain di pasar tablet hisap, lantaran Xon-Ce, Vitacimin, dll telah bermain sejak dahulu dan menguasai market cukup dominan. Mungkin saja hal ini dilakukan Redoxon lantaran tidak bisa tinggal diam pasar konsumen Vitamin C digerogoti oleh produk yang berharga jauh lebih murah itu. Mungkin saja dulu ia merasa berada pada lini produk yang berbeda sehingga tidak dapat dikategorikan sebagai kompetitor. Tetapi kenyataannya berbeda, masyarakat memang berpindah (ini jelas sekali terjadi pada keluarga saya, sudah tidak pernah mengkonsumsi Redoxon lagi, karena banyak produk substitute yang lebih praktis, seperti Vitacimin atau You-C) menggunakan produk yang dulu nya disangka bukan kompetitor.
Apa yang dapat kita pelajari dari kasus tersebut? Yup! Redoxon telat melakukan sebuah inovasi, dengan memiliki brand yang sangat kuat, ia terlalu fokus pada satu hal dan kecolongan oleh pemain baru. Ingat! kompetitor tidaklah selalu berada pada produk yang identik, melainkan yang lebih berbahaya adalah produk yang dapat mengganti total produk anda! Bayangkan… apa yang telah menjadi mimpi buruk bagi Kodak, yaitu berkembangnya era digital, di mana handphone menjadi kompetitor sebuah film… tidak pernah dibayangkan sebelumnya bukan…
Jadi yang terpenting adalah sepanjang tahun… sepanjang waktu riset market tetap harus dilakukan… karena inti dari inovasi adalah data dan kreativitas, di mana peluang-peluang besar harus dimanfaatkan oleh sebuah inovasi produk. Jangan anggap remeh kondisi apabila anda telah menjadi market leader, brand harus terus direjuvinasi dan dunia membutuhkan inovasi. Dunia terus berubah, dan anda bisa kapan saja : kecolongan!
No comments:
Post a Comment