Feb 22, 2008

Don’t do it to your business


Berapa lama sebenarnya kekuatan sebuah produk akan menjadi landasan utama persaingan dalam bisnis? Tidak terbatas pada bisnis apapun, produk memang sudah menjadi substansi utama untuk berjualan. Tetapi dalam perkembangan persaingan dan persepsi masyarakat yang juga semakin kompleks, diferensiasi produk sudah tidak sepenuhnya bisa diandalkan lagi, tetapi sifatnya mutlak. Karena apabila produk terus menerus diandalkan sebagai diferensiasi maka bisnis anda akan terjebak alias got association trap. Berkaitan dengan restoran misalnya, produk merupakan substansi yang mutlak untuk berjualan, karena baik dari skala pedagang kaki lima sampai yang sekelas hotel bintang 5, apa lagi yang dicari orang dan akan membuatnya kembali selain rasa enaknya si makanan yang dijual. Tapi ada yang dinamakan pula dengan elemen servis yang juga nga kalah pentingnya dengan si substansi mutlak produk. Malahan kalau bisa kita perhatikan atmosfer persaingan sekarang ini baik dari skala lokal sampai internasional, servis masih menjadi suatu elemen konsep yang dipersaingkan alias lomba unik2an.. baik dari yang ngampring sampe yang emang bisa kita akui servisnya jempolan dan bikin yang datang merasa nyaman.

Sebagai contoh simple skala lokal pedaganga kaki lima.. lagi-lagi saya harus ambil contoh pedagang kaki lima bebek goreng di dekat RS Borromeus di Bandung itu, si owner sekaligus pelayannya itu memang memberi atmosfer yang beda banget dengan pedagang2 bebek lainnya.. yang yahh.. okelah substansi mutlak nya memang enak dan sambelnya puedess nikmattt..... tapi di luar itu.. si owner sekaligus pelayan ini bisa menciptakan suasana yang ramai banget dan menjadikan waktu lama untuk menunggu (karena ramai banget) bisa terasa nga ngebosenin. Sang owner yang tampangnya emang lumayan itu sering ngajak bercanda pengunjung-pengunjungnya dengan gaya khas dia yang agak melambai dan manggil semua orang dengan sebutan ”say” itu... tapi ya... jujur aja gw akan datang lagi ke sana dan akan dengan senang hati merekomendasikan itu ke temen-temen dan keluarga gw.. tapi yang tentunya nga keberatan antri.

Contoh dengan skala yang internasional.. ada satu brand di Amerika Serikat bernama Hooters. Cikal bakal brandnya di usaha restoran juga dengan substansi mutlak produk yang kelasnya standar sampai enak, tergantung selera. Tapi dengan elemen servis unik di konsepnya, brand Hooters bisa menciptakan satu persepsi yang menjadi identitas nya sampai ia bisa melebarkan sayapnya ke bisnis lain yang memang nga nyambung sama bisnis resto. Jadi seluruh pelayan di restoran Hooters ini mengandalkan keseksian dan sensual mereka, ya tentulah para wanita-wanita, dengan kostum kaos putih dan celana/rok pendek yang ketat. Jangan pikir yang tidak-tidak, dan jangan sekali-sekali meniru konsep yang satu ini di negara tercinta kita ini, karena bukannya menciptakan brand asosiasi yang unik, tapi restoran anda akan dicap buruk dan didemo (atau dibakar???) massa, kata mereka sumber kemaksiatan. Ya memang budaya yang kita punya jauh berbeda dengan di AS sana, jadi ambil segi positifnya saja : unique selling point on service concept. Lanjut, jadi mereka mengasosiasikan Hooters itu dengan pelayanan yang unik dan seksi. Lalu beberapa waktu setelahnya, setelah asosiasi dengan baik tertanam di dalam benak masyarakat luas, maka tidak segan-segan ia menjajal bisnis baru di bidang penerbangan, dengan nama HootersAir. Ya tentu saja ketenaran asosiasi brand nya tidak terlupakan, para pelayan penerbangannya juga menggunakan atribut dengan konsep yang serupa, kaos putih ketat nan seksi.. dan memang nyeleneh nya konsep tersebut menjadi satu nilai jual yang tidak bisa diremehkan oleh para pesaingnya.

Oh ya saya punya satu contoh lagi, kali ini singkat saja ya. Mungkin juga sudah banyak yang membahas masalah ini, apalagi kalau bukan Blitz Megaplex yang sempat menggemparkan Bandung sampai Jakarta. Dengan konsep pelayanan bioskop yang akhirnya keluar dari pakem baju pramugari para pelayannya.. bisa menciptakan suasana yang sama sekali baru, dan hey.. everyone likes innovation, so do it with your own business.. tapi ingat sesuaikan dengan lingkungan dan karakter customer anda sendiri, jangan mentah-mentah mengadopsi konsep lain terutama dari latar belakang budaya yang sama sekali lain, seperti kasus Hooters, just don’t do it to your business ok !

No comments: