Apr 17, 2011

Traditional Style Brand

Seperti bisa kita amati bahwa konsep bisnis hospitality yaitu hotel, restoran dan tempat-tempat wisata  kian kembali ke style tradisional. Sebut saja tren ini di-gong-kan oleh sebuah restoran Sunda Bumbu Desa, yang kemudian diikuti begitu banyak followersnya. Hingga saat ini jadi begitu banyak pebisnis untuk memilih berstyle tradisional untuk menarik minat para konsumen.

Dari beberapa penelitian sebelumnya disebutkan bahwa semakin modern suatu kebiasaan masyarakat, maka kebutuhan mereka terhadap sesuatu yang asli/original/tradisional pun semakin besar. Karena pada dasarnya di dalam diri mereka ada satu kerinduan berinteraksi dengan identitas asli mereka, di mana sebagian besar masyarakat Indonesia masih mengalami budaya tradisional itu sendiri, mis. saat mereka kecil atau saat mereka pulang kampung.



Pertumbuhan bisnis hospitality ini kian menjamur terutama di kota Bandung, yang memang terkenal dengan pertumbuhan industri hospitality yang sangat pesat. Berbagai restoran, hotel dan tempat wisata yang mengangkat nuansa tradisional kian dikerumuni konsumen. Hal ini tentu seperti yang disampaikan sebelumnya, bahwa konsumen tidak hanya membeli produk namun juga suasana.

Supaya Anda juga bisa merasakan produk dan suasana mereka, kami beri referensi beberapa tempat yang dengan sukses membawa style tradisional tersebut sebagai karakteristik produknya. Sebut saja di lini tempat makan, ada Bakmi Djowo Dipati Ukur, Bakmi Jogja (dekat Taman Pramuka), Bumbu Desa, Sambara, Nasi Bancakan, Kiosk, Pasar Tong-Tong, Kampung Daun, Lalah, Rumah Tahu Talaga, dll. Terlihat juga dari FO yang dulunya mengunggulkan desain modern seperti The Secret, The Summits kini kembali beralih ke tradisional, seperti terlihat di beberapa FO terakhir yang ia buat, seperti Tahu Lembang dan Bali Heaven.

Selera konsumen yang kian bergeser ke arah tradisional ini menjadi satu peluang bisnis tersendiri yang dapat memenuhi keinginan mereka berwisata dan makan dengan dilengkapi suasana yang nyaman, yang jarang mereka temui di dunia modern sehari-hari. Namun hal tersebut tentu tidak mudah, karena tidak sedikit juga brand yang mencoba masuk ke style ini namun gagal.

Tentu Anda tidak ingin berakhir seperti itu kan? Berikut kami sampaikan beberapa hal yang perlu menjadi perhatian agar bisnis style tradisional Anda dapat survive dan tentu mendatangkan dan memuaskan banyak konsumen.

1. Produk tetap yang utama
Mau berjualan apa juga, produk tetap yang utama, jadi jangan sampai Anda sudah menyiapkan begitu heboh konsep tradisional dan menggelontorkan modal yang tidak sedikit, namun produk Anda biasa saja, sama dengan yang lain atau bahkan kalah dengan yang lain. Produk harus unggul dan melewati batas standar konsumen. Jika bisnis Anda restoran, makanan Anda harus membuat konsumen Anda mau kembali lagi (dan membawa teman-temannya) apabila usaha Anda hotel dan tempat wisata pun demikian.

Seperti bisa kita amati bisnis yang ditumbuhkan si raja FO di Bandung, begitu hebohnya konsep yang ia ciptakan, namun produk tetap jadi perhatian, restoran-restoran yang ia kelola, sebut saja salah satunya adalah Rumah Sosis dan Tahu Lembang, tetap menghadirkan produk yang enak dan membuat konsumen puas, tidak hanya konsepnya yang unik namun produknya pun berkualitas.

2. Dekorasi menjadi produk, jangan nanggung!
Semenjak Anda memutuskan bahwa style tradisional tersebut (apapun konsepnya) menjadi identitas utama dan nilai jual, maka dekorasi menjadi hal yang utama. Menciptakan suasana tidak semudah yang Anda bayangkan. Jika Anda masuk ke Sheraton Hotel Bandung dan merasa bahwa Anda sedang ada di surga tropis, tentu tidak mudah. Butuh proses perancangan dari tenaga ahli. Pastikan Anda komitmen untuk menyisihkan investasi Anda menyewa orang yang kompoten untuk membantu Anda menciptakan ambience tradisional yang maksimal.

Tidak sedikit bisnis yang nanggung dalam hal ini. Yang ada konsumen malah akan meng-under-estimate Anda dengan sebutan “kurangmodal” atau “ga serius”. Dekorasi menjadi indikator image yang terbentuk dan respon pertama kali konsumen datang. Sebut saja restoran baru di Jl. Riau Bandung yang mengangkat tema “hutan” dengan nama restoran KARNIVOR. Dari mulai pintu kayu, kursi, meja, tanaman, obor, dan semuanya mendukung konsep tersebut,. Jangan lupa lengkapi juga semua suasana tersebut dengan lagu yang satu tema dengan konsep tradisional yang diangkat.

3. Pelayanan dan human resources satu paket
Satu elemen yang tidak boleh dilupakan adalah konsep pelayanannya. Karena konsep pelayanan dan SDM yang melayani menjadi satu paket penciptaan ambient itu sendiri. Paling sederhana yang dapat Anda lengkapi dari mereka adalah seragam yang setema dengan konsep tradisional yang diangkat. Namun cara pelayanan juga sebaiknya setema,

seperti Bakmi Djowo Dipati Ukur dan Bakmi Jogja memang “mengimpor” SDM-SDM mereka dari Jawa langsung. Jadi pada saat melayani logat Jawa yang dikemas dalam batik dan blangkon, semuanya menjadi 1 paket yang menarik yang membawa experience tersendiri bagi konsumen. Serupa dengan produk, pelayanan standar yang harus dipenuhi jangan sampai tidak diperhatikan, seperti keramahan, kecepatan dan penuh solusi.

4. Ciptakan reason to talk about
Untuk membantu brand Anda cepat dikenal dan tentu saja membantu lebih banyak lagi konsumen datang, maka harus ada alasan konsumen untuk membicarakan tempat Anda. Jika makanannya enak, itu sudah wajib, tapi perlu ada hal lain yang bisa melengkapinya. Misalnya salah satu tempat di Dago atas dengan produk utamanya bakso, yaitu Warung Lela, memiliki reason to talk, suasananya yang enak untuk ngobrol serta harganya yang murah, pemandangannya langsung ke view kota Bandung, dekorasinya unik seperti di rumah atau untuk para wanita reason to talknya adalah karena ada baju, tas dan kalung-kalung etnik yang dijual di sana.

Nah kalo kurang kuat, Anda bisa saja terinspirasi dari Bakmi Jogja dekat Taman Pramuka, yang menghadirkan nuansa Jawa yang sangat kuat, dari foto-foto pahlawan Jawa, foto Sultan yang sangat besar, silsilah raja Mataram sampai ke falsafah-falsafah Jawa Kuno dihadirkan sebagai diferensiasi ‘context’ dari brand mereka. Pastikan saat konsumen Anda pulang, mereka siap dengan suatu topik yang menarik dan mereka tunggu-tunggu untuk mereka ceritakan ke teman-teman mereka, atau bahkan di Social Media.

5. Gunakan social media
Untuk membantu pembangunan brand awareness Anda saat ini tentu sudah bisa dimanfaatkan Social Media. Karena melalui Social Media terutama twitter, Anda bisa berhubungan langsung dengan konsumen dan membuat mereka ‘menyebarkan’ Anda. Seperti Maicih sebuah produk keripik setan dengan unsur tradisional nama dan panggilan kepada konsumennya ‘Cucu’ membuat mereka tak henti-hentinya kian dibicarakan melalui Twitter. Dan setiap RT yang keluar, bayangkan beratus-ratus atau bahkan beribu target market Anda menontonnya.

Konsep tradisional di dunia hospitality memang menarik, dan tidak ada salahnya digeluti, namun hal-hal di atas harus menjadi perhatian khusus agar Anda tidak berakhir seperti beberapa pemain lain yang gagal menguangkan tren yang sedang marak tersebut. Pastikan kepuasan konsumen Anda terpenuhi, karena hal tersebut merupakan indikator utama keberlangsungan brand Anda. Dan jangan lupa untuk mengukurnya, agar Anda selalu tau sampai sejauh mana brand Anda dapat memenuhi ekspektasi mereka. Semoga bermanfaat dan mari melestarikan ke-tradisional-an negeri kita.

Sumeber gambar: http://www.nst.com.my/articles/02caf/Article/

No comments: