Mar 28, 2011

Angry Birds: Lokomotif atau Gerbong

Saat ini mayoritas pengguna ponsel, gadget dan gamers  pasti mengenal game Angry Birds buatan Rovio.  Bahkan sekarang sudah muncul versi terbarunya, yaitu Angry Birds Rio. Game ini bercerita tentang sekelompok burung yang marah karena telur-telurnya dicuri oleh sekelompok babi hijau, dan tugas kita adalah berupaya merebut kembali telur burung tersebut dari babi hijau yang berlindung di balik dinding dan atap kayu, batu, atau kaca.

Dipadu dengan puzzle yang menantang, grafis yang memikat, dan sudah pasti sensasi touchscreen pada saat memainkannya betul-betul menjadi kombinasi yang menarik bagi penyuka games, atau sekedar pelepas jenuh. Bahkan tidak sedikit yang menjadi addicted untuk menyelesaikan semua level tantangannya.

Namun, faktor utama yang mendorong kesuksesan Angry Birds tidak lain adalah kemunculan game ini bertepatan dengan trend booming iPad, PC Tablet,  dan Handphone Android. Sensasi akses antar muka pada  perangkat baru tersebut yang menggunakan sentuhan jari, seperti gerakan menklik, menggeser, serta drag and drop, benar-benar dimaksimalkan di game Angry Birds.

Sebagai catatan, perangkat gadget iPad, PC Tablet, dan Handphone Android itu sendiri, saat ini telah menjadi wish list untuk dibeli atau sebagai kado hadiah. Sehingga aplikasi atau software yang dibuat khusus untuk perangkat tersebut pun mudah menarik minat penggunanya.

Oke, sekarang jika produk-produk semacam iPad, PC Tablet, dan smartphone Android yang brand-nya telah sukses, kita asosiasikan sebagai sebuah lokomotif, maka pilihan bagi brand lain yang setype atau bersentuhan dengan brand sukses tersebut bisa terdiri dari tiga pilihan. Pertama, berupaya menjadi lokomotif baru lainnya. Kedua, cukup menjadi gerbong yang mendompleng lokomotif tersebut, sambil berharap gerbong tersebut di stasiun berikutnya akan berbalik posisi berada di depan lokomotif. Atau pilihan ketiga, jika memungkinkan menjadi lokomotif berikut gerbongnya sekaligus.

Dalam hal ini, tampaknya Angry Birds cukup cerdas dan sukses menyiapkan gerbong-gerbongnya untuk diberangkatkan dengan beberapa lokomotif.

Cerita tentang gerbong yang posisinya berbalik menjadi di depan lokomotif bisa kita lihat pada kisah sukses Google. Pada awalnya, Google hanyalah gerbong bagi lokomotif Yahoo. Seiring waktu, di stasiun yang ke sekian yang dilewati, posisi gerbong Google telah berpindah di depan lokomotif Yahoo.

Bahkan Google pun bisa menjadi contoh bagaimana ia menjadi lokomotif baru serta membuat gerbongnya dan atau memerger/akuisisi gerbongnya lainnya, misalnya sistem operasi Android, Google SketchUp, Google Earth, Google Map, Blogspot, Gmail dan Google Apps, Google Docs, Google Adword, dll.

Adakah cerita tentang brand yang memilih menjadi lokomotif sendiri daripada menjadi gerbong lokomotif lain?

Hhm, mungkin contohnya adalah tentang keengganan Nokia (Ponsel asal Finlandia) untuk ikut-ikutan dengan Samsung, SonyErricsson, LG, HTC menggunakan OS Android pada produk smartphone-nya. Akhirnya Nokia lebih memilih OS Symbian^3 dan Windows 7 sebagai OS smartphonenya. Sebagaimana lokomotif BlackBerry yang PeDe dengan BlackBerry OS 6 nya.

Kemudian, bicara tentang gerbong, tidak disangkal lagi imej yang terlanjur melekat sebagai gerbong setia adalah handphone china, yang mungkin tiap bulan bisa muncul merk baru. Ketika booming model tombol Qwerty BlackBerry, semua ikut. Sekarang, ketika model qwerty mulai jenuh, beberapa handphone china pun mulai mengikuti gaya touchscreen. Bahkan beberapa tahun ke belakang pun dikenal produk mochin atau motor china, yang modelnya mengkloning sepeda motor jepang.

Jadi, apakah brand Anda ingin menjadi lokomotif atau cukup sebagai gerbong? Tidak akan ada yang men-judge benar salahnya, karena tujuan utama yang sebenarnya adalah memenangkan brand dan menyukseskan penjualan.(D)

Sumber gambar; http://make-your-apple.blogspot.com

1 comment:

sewa mobil said...

lumayan..buat ngilangin stress.