Jun 8, 2009

MENJADI MARKET DRIVER
MELALUI BLUE OCEAN STRATEGY


Nada-nada yang minor….
Lagu perselingkuhan….
Atas nama pasar semuanya begitu cliché……. (Efek Rumah Kaca-Cinta Melulu)

Itulah sepenggal lirik yang dikumandangkan oleh Efek Rumah Kaca. Lagu yang berjudul “Cinta Melulu” ini dapat saya katakan merupakan lantunan kritik yang ditujukan pada pasar music Indonesia saat ini, yang didominasi oleh lagu-lagu cinta dan dibawakan oleh band-band yang mendayu-dayu. Fenomena ini bisa kita amati bersama, acara music seperti “Inbox”, “Dahsyaat”, “Derings”, dan sederet acara yang serupa memang kebanyakan didominasi oleh band-band yang membawakan lagu cinta, belum lagi banyak band-band baru yang hadir dengan karakteristik yang bisa dibilang serupa, kenyataannya pasar sangat menyukai mereka. Pasar sangat menyukai lagu-lagu cinta yang mendayu-dayu. Yah wajar kalau Efek Rumah Kaca protes…..bagaimana tidak?Lagu mereka bukanlah lagu-lagu cinta yang mendayu-dayu, lagu-lagu mereka tercipta dari sebuah idealism dalam berkarya.

Jadi kesimpulannya kalau mau jadi band yang diterima di pasar music Indonesia kita harus jadi band yang mendayu-dayu dengan obralan lirik-lirik bernuansakan cinta dan perselingkuhan?
Ya, itu tergantung kita, mau jadi market driver atau jadi market driven. Kalau jadi market driver berarti kita yang men-“drive” pasar, sedangkan kalau mau jadi maket-driven berarti kita yang di-“drive” oleh pasar. Kalau punya kreativitas dan mampu menjadi band yang out of the box sehingga bisa diterima oleh pasar, kenapa juga harus jadi market-driven?

Nah, sekarang apa kaitannya dengan Blue Ocean Strategy? Sebelum kita bahas lebih jauh lagi ada baiknya saya cerita dulu sekilas tentang Blue Ocean Strategy. Blue Ocean strategy adalah metode yang diperkenalkan oleh W. Chan Kim dan Renee Mauborgne, yaitu sebuah metode tentang pengembangan ruang pasar yang tidak dapat ditentang atau dilawan sehingga membuat persaingan menjadi tidak relevan.

Blue Ocean Strategy merupakan lawan dari Red Ocean Strategy, yaitu persaingan yang dilakukan secara terang-terangan di pasar sehingga persaingan begitu kentara di pasar. Saling menjatuhkan, merebut konsumen dari pesaing dan melakukan persaingan secara terbuka.

Berikut adalah karakteristik dari Red Ocean Strategy dengan Blue Ocean Srategy menurut W. Chan Kim dan Reene Mauborgne :

Red Ocean Strategy :
  • Berkompetisi di ruang pasar yang sudah ada
  • Berusaha menjadi pemenang dalam kompetisi (saling mengalahkan)
  • Eksploitasi permintaan yang sudah ada (existing demand)
  • Menggabungkan keseluruhan system dari aktivitas perusahaan dengan pilihan strategic dari diferensiasi atau biaya yang rendah. (memilih salah satu)
Blue Ocean Strategy :
  • Menciptakan ruang pasar yang tidak dapat dilawan
  • Membuat kompetisi/persaingan menjadi tidak relevan
  • Menciptakan dan menangkap permintaan baru (new demand)
  • Break the value/cost-trade off
  • Menggabungkan keseluruhan system dari aktivitas perusahaan dalam tuntutan diferensiasi dan biaya yang rendah.
Berikut dua cara untuk menciptakan Blue Oceans :
  • Untuk meluncurkan industry baru secara keseluruhan
  • Akan menjadi hal yang umum bagi blue oceans untuk diciptakan di dalam red ocean ketika sebuah perusahaan mengembangkan batasan-batasan dari industry yang sudah eksisting.
Nah, kalau begitu apa kaitannya dengan market driver? Sebuah perusahaan bisa menjadi market driver melalui startegi Blue Ocean, dimana ia mencipatakan sebuah ruang pasar baru dan permintaan baru. Dimana dengan meciptakan ruang pasar baru, ia seolah tidak punya pesaing lain sehingga tidak relevan dengan pesaing-pesaing di pasarnya.

Namun bukan berarti dengan menciptakan industry baru melalui Blue Ocean Strategy berarti kita menjadi pemenang di pasar, karena tetap saja kita harus bersaing dengan pesaing yang lain. Persaingan, biar bagaimanapun akan tetap diperlukan dan pasti hadir terutama di masa sekarang ini, dimana para konsumen sudah punya knowledge yang baik tentang pasar dan mereka sudah bisa memilih produk yang akan ia gunakan.

Selain itu, factor prefernsi konsumen juga harus diperhatikan, karena konsumen bisa memilih produk yang akan ia gunakan belum tentu dengan menciptakan industry baru, produk kita akan diterima oleh mereka. Jadi sisi konsumen juga harus diperhatikan, bukan saja dari sis preferensi tapi juga dari sisi habit, kebutuhan, keinginan dan ekspektasinya.

Bagaimanapun, untuk menciptakan industry baru diperlukan analisis dan persiapan yang tidak sedikit. Kalau dari contoh di atas persaingan antar band di industry music Indonesia, kita harus benar-benar menciptakan industry baru yang memang tidak ada relevansi dengan industry music, tapi bukan berarti kita menciptakan produk baru yang tidak relevan, misalnya berjualan makanan di pasar music, sedangkan kosumennya adalah pecinta music. Menurut saya tetap saja kita menciptakan sesuatu yang ada hubungannya, tapi dibuat seolah-olah tidak berhubungan. Misalnya menciptakan produk makanan yang nama-namanya terinspirasi dari band-band yang ada di industry music. Kedengarannya lucu memang, tapi jika kita punya target market yang sesuai , misalnya penggemar band yang fanatic, maka peluang itu masih bisa terbentuk.

Kesimpulannya, sebuah strategi tidak bisa kita terima mentah-mentah dan kita adaptasi begitu saja tanpa ada analisis yang mendalam dan menyeluruh. Salah-salah kita malah jadi terjerumus, mau untung malah buntung karena salah strategi.

Teori boleh bagus dan perfect, tapi jangan lupakan kondisi lapangan yang bisa membuat semua teori seolah tidak berlaku. Jadi selalu compare antara teori dengan fakta yang ada sehingga kita bisa menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan kondisi lapangan.

1 comment:

andhie-james said...

wah bagus artikelnya pak :), tapi saya pernah dengar ada strategi purple ocean, yg merupakan gabungan antara red & blue ocean kira2 pernah liat artikelnya gk pak?

trima kasih


Andi