Jun 8, 2009

Innovation for Other Innovation


Ditawari Blackberry second oleh atasan dengan harga yang murah membuat saya sempat “ragu” dengan niatan membeli handphone biasa (biasa = yang ada kamera 3,2 MegaPixel, ada MP4, ada radio, ada buat ngedit-ngedit foto, bisa internet-an, dll…biasa banget kan?;p). Di rumah saya mencoba berdiskusi dengan adik saya (yah jujur saja saya nggak begitu jago dalam hal per-gadget-an). Dia bilang kalau mau sih lebih bagus I-Phone, katanya multimedianya lebih komplit, kalau Blacberry kan enaknya buat keperluan bisnis. Hmmm…makin bingung saya!

Di jalan-jalan di Bandung saya mulai melihat ‘persaingan’ dua brand tersebut. Billboard di spot-spot utama, iklan di media massa, bundling dengan provider-provider kuat, dsb. Fiuh…lagi kenceng tuh! Saya suka jadi ‘amaze’ sendiri kadang kalau mengamati perkembangan gadget sekarang ini. Dulu saya salut sekali dengan system inovasi Nokia yang selalu mengeluarkan inovasi produk setiap 3 bulan sekali. Kemarin-kemarin saya lihat Sony Ericcson yang mulai gencar berinovasi dan mengeluarkan produk-produk baru dengan inovasi masing-masing. Sekarang ini sudah terbentuk “budaya” kompetisi yang akhirnya melahirkan inovasi-inovasi yang membuat konsumen merasa termanjakan karena ekspektasinya selalu “dipenuhi”.

Inovasi memang merupakan salah satu cara yang paling ampuh untuk dapat selalu memanjakan customer. Inovasi ini tidak hanya diaplikasikan pada feature produk saja, tapi juga di semua elemen bisnis, mulai dari inovasi servis, system management, dll, yang semuanya ditujukan demi terwujudnya perkembangan bisnis perusahaan. Hal inilah yang sekarang ini banyak menjadi focus perhatian banyak perusahaan (baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil). Kenapa? Karena inovasi juga menjadi diferensiasi yang kuat untuk merebut perhatian target market di tengah menjamurnya para competitor. Jika mau bertahan ditengah persaingan, inovasi memang harus menjadi bargain power yang kuat untuk ditawarkan.

Eiiitzz, tapi jangan pernah berpikir bahwa saat perusahaan kamu memiliki inovasi tercanggih yang tidak ada competitor manapun yang memilikinya, maka perusahaan kamu “aman” dan dapat “berjalan” tenang. Jangan salah, hari ini mungkintidak ada yang punya, tapi besok pasti sudah ada yang mengikuti! Hahaaa! Ini bukan masalah bajak-membajak, saudara-saudara, ini masalah “up to date”! Siapapun punya hak untuk mengadopsi inovasi siapapun juga selama legal! Menyebalkan sih, tapi dalam dunia bisnis, hal-hal seperti itu justru memperkaya situasi industry itu sendiri, malah ada pengkategoriannya segala lho!

Tidak mengherankan memang, seperti yang disebutkan di situs www.12manage.com mengenai Innovation Adoption Curve, ada beberapa kategori personil atau perusahaan yang berhubungan dengan pengadopsian inovasi ini.

1. Innovators
Ini dia sang trully innovator. Dia adalah orang atau perusahaan yang berani melakukan perubahan melalui inovasi-inovasi yang dibuatnya sendiri. Dia selalu focus memperhatikan jalannya bisnis perusahaan, mengamati trend (bahkan meramal tren masa datang) dan berpikir inovasi apa yang harus dilakukan untuk memajukan bisnisnya tanpa ‘terlindas’ competitor. Yang begini ini nih yang jadi sentral perkembangan bisnis, sekaligus “role model” para pembajak, eh, pengikut! Hehee!;p Tapi sayangnya, innovator kadang cenderung “semau-maunya” dalam berinovasi. Yah seperti ilmuwan kali ya, kadang suka “gila”, nggak masuk akal, dan revolusioner! Heheee!

2. Adopters
Kalau adopter ya mungkin kamu ngerti lah yah. Heee! Dia adalah orang atau perusahaan yang “kerjaannya” mengadopsi inovasi yang dibuat si innovator tadi. Walaupun begitu, dia sangat respectable, dan biasanya meruapakan opinion leader. Itu sebabnya saat dia mengadopsi inovasi yang sudah ada, dia tidak di cap sebagai “pembajak”. Dia punya posisi yang cukup kuat di pasar untuk itu. Mencoba ide-ide baru dengan cara yang lebih smooth dan ‘aman’ menjadi kunci keberhasilan si adopter ini. Beda sama innovator jadinya kan?

3. Early Majority.
Hampir mirip sama si adopter sih memang. Dia merupakan orang atau perusahaan yang sangat kuat, sama hati-hatinya dengan si adopter tapi cenderung lebih cepat dalam menerima perubahan maupun mengikuti inovasi dibandingkan kebanyakan orang atau perusahaan. Jadi sebelum yang lain ikut-ikutan, dia sih sudah duluan! Heheee! Nggak ada ceritanya dia nunggu-nunggu. Kelebihannya, walaupun dia pengikut, dia one step higher than majority, jadi konsumen juga akan lebih dulu “melihat” dia daripada para pengikut selanjutnya. Akhirnya ya kalau inovasi yang dia adopsi atau ikuti itu ok dan menarik hati konsumen, ya berarti dia untung lebih dulu!;p

4. Late Majority.
Judulnya saja sudah “late”, pakai “majority” pula! Heheee! Ini sih orang atau perusahaan yang cukup skeptic bahkan bisa jadi nggak peduli sama perubahan atau inocasi yang dilakukan orang lain. Ide-ide baru hanya akan digunakannya kalau sudah banyak orang atau perusahaan menggunakannya juga. Play save istilahnya mah! Yang ada di mind set dia, inovasi kalau sudah banyak yang mengikuti berarti ‘aman’. Rada susah yah kalau jadi tipe ini, telat terus!;p

5. Laggards.
Wih apalagi yang ini! Dia adalah orang atau perusahaan yang sangat tradisional. Ya layaknya nenek kita, kolot dan konservatif banget lah!(heheee, kualat nggak yah saya?;p) Dia sudah terpaku pada hal-hal yang sudah lama. Malah kalau ada ide atau inovasi baru dia cenderung kritis dan hanya mau menerima kalau ide atau inovasi baru tersebut telah menjadi tradisi. Duh, ribet ya? Heee! Susah nih kalau yang begini! Walaupun tujuannya mempertahankan originalitas dan membuat diferensiasi dari orang lain yang lebih ‘modern’, tapi bisa-bisa ketinggalan jauh di belakang tuh! Kalau kata anak gaul bilang sih “So last year banget deh lo!”. =D

Nah, sebenarnya terserah perusahaan sih mau jadi kategori yang mana. Semua kategori punya alasan tersendiri memang untuk diterapkan sebagai budaya atau arah perusahaan. Sesuaikan saja dengan situasi dan budaya perusahaan, jangan lupa merujuk pada visi dan misi perusahaan ya. Mau jadi innovator atau laggards sekalipun, jangan pernah “menutup mata” pada kategori-kategori yang lain, karena siapa tahu kamu tiba-tiba memutuskan untuk “pindah” kategori!=)

No comments: