Oct 19, 2008

Laskar Pelangi
Cerita, Publisitas dan Kesuksesan


Entah ada apa dengan film laskar Pelangi sampai saya harus menonton film ini dua kali dalam 3 hari, namun buat saya hanya ada kata luar biasa dengan beberapa makna yang meliputi benak saya setelah menontonnya.

Luar biasa pertama, Saya melihat persis masa kecil hidup saya dalam cerita laskar Pelangi ini, kehidupan yang kampung yang sangat indah dan damai, dipenuhi canda tawa dan persahabatan yang tak pernah hilang ditelan waktu. Mungkin jika ada yang membedahkan secara signifikan bahwa dahulu Ayah saya cukup diberikan rezeki untuk membiaya saya sampai kuliah dan hidup dengan layak dan nama group kami yang terlalu modern pada saat itu familia rose child. Nama tersebut diambil karena kami bersembilan menyukai telenovela Gadis Pemimpi yang ditayangkan setiap jam tiga sore setiap hari. Sisanya yah kira-kira seperti laskar pelangi inilah, sekolah peot, main di tempat kotor, menyukai gadis cina di pasar (nah ini pengalaman pribadi), ikut cepat tepat dan juara dan beberapa kegiatan lainnya. Intinya film dan novelnya benar-benar menyentuh hati sanubari.

Luar biasa kedua, 10 hari 1,5 juta penonton (jika tidak salah). Entah ini sebuah catatan yang luar biasa atau tidak, namun bila ditilik dari film ini yang kurang dipromosikan dengan gencar dan publikasinya juga tidak seheboh film-film yang sudah beredar sebelumnya (IMHO) seperti Ayat-ayat cinta, catatan jumlah penonton tersebut buat saya sangat luar biasa. Sebagai pencinta film yang selalu meluangkan waktu untuk menikmati film-film bioskop, mengetahui ada Film Laskar Pelangi 3 hari sebelum premier buat saya cukup aneh, untung saja salah satu sahabat saya yang sangat mencintai Novel ini memberitahukan dan mengajak saya untuk menonton premier filmnya, jika tidak, hmmm benar-benar deh saya sama sekali tidak mengetahui film ini akan premier.

Namun tentu ini baru minggu-minggu awal rilis, kalo diperhatikan publikasi media masa mulai cukup banyak muncul setelah film ini tayang seperti Sultan nonton 2 kali (Republika) dan beberapa media lainnya. Munculnya publisitas-publisitas dan kuatnya word of mouth setelah beberapa minggu ini tentu akan punya implikasi posisitif untuk mendorong masyarakat lain untuk menonton film tersebut baik itu di bioskop ataupun dari CD dan DVD nantinya, dan tentu ditambah lagi publisitas dari akibat Presiden RI menonton film ini jika tidak salah, lengkap sudah sepertinya.

Luar biasa ketiga, Tentunya bagi penulisnya. Si Penulis dengan sangat luar biasa mampu meramu cerita masa kecil dengan sangat baik dan membuat banyak pihak tertarik untuk meliput dan melakukan publikasi gratis bagi Novel ini sehingga menjadi sangat terkenal dan terjual lebih dari 500 copy lebih kabarnya. Jujur saja dari sisi cerita, rasanya banyak teman-teman yang masa kecilnya persis atau lebih tragis dari dari anak-anak di novel tersebut namun yah tentu kembali lagi membuat tulisan atau menulis kisah seperti itu jelas bukan perkara mudah bagi banyak orang, di penulis tentu punya give yang tidak dimiliki kebanyakan orang termasuk saya tentunya he....he.

Luar biasa ke empat, coba lihat barisan sponsor dan pendukung film ini, nama-nama mentereng seperti Pertamina, Mandiri, Telkom, Timah ada di dalamnya, hal ini tentu berarti Film ini punya prospek penonton yang sangat luar biasa, setidaknya begitulah pasti asumsi dasar dari dukungan yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan tersebut.

Yah intinya luar biasa, jika dulu saya pernah menulis Film Nasional Buble atau Sustainable, syukurlah sampai saat ini film-film nasional masih mendapatkan tempat yang layak di panggung perfilman Indonesia jika mungkin biasa dikatakan menjadi raja di negeri sendiri.

Ok sekarang kita sedikit kupas bagaimana laskar Pelangi ini bisa demikian suskes baik itu versi cetak maupun versi filmnya ditengah-tengah banyaknya novel-novel dan film yang diproduksi saat ini.

1. Andrea dan Insan Film

Cerita seperti ini sebetulnya cerita banyak orang, saya dan kita semua bahkan mungkin mengalami sendiri masa-masa kecil seperti cerita laskar Pelangi tersebut namun cerita yah tinggal cerita tentunya, Andrea Hirata dengan sangat hebat mampu melakukan hal yang tidak banyak dilakukan oleh lain yaitu Menuliskan Cerita Kecilnya. Kemampuannya menuliskan cerita masa kecilnya dengan cukup detail menciptakan sebuah buku yang sangat luar biasa.

Anda ataupun saya pribadi yang hidup kecilnya kurang lebih memiliki cerita yang sama unik dan menariknya mungkin berguman “wah sama atau kerenan cerita gua waktu kecil” ha.....ha yah tapi itulah faktor Given bisa menuliskannya ga?, kemampuan bercerita dan menuliskan sebuah kondisi dan cerita bukanlah perkara mudah bagi semua orang. Jadi jika bicara cerita, rasanya Laskar Pelangi ini sebetulnya mengangkat cerita yang sudah sangat banyak terjadi dan sangat mungkin kita sendiri yang mengalaminya.

Setelah itu, kemampuan sutradara dan penulis naskah untuk menggali novel ini lewat riset-riset awal di daerah masa kecil Andrea Hirata ini juga patut diacungi jempol, penggambaran suasana, tokoh dan cerita memberikan nilai tambah dan alasan tersendiri untuk kita merasa puas sehabis menonton film tersebut.

2. Publisitas

Ini mungkin salah satu kunci kesuksesan Laskar Pelangi. Saya sendiri mengetahui novel ini ketika ditanyangkan di Kick Andi. Sedikit menyimpang sebentar, jika kita perhatikan acara Kick Andi ini cukup efektif membuat sebuah publisitas terhadap produk, jasa ataupun orang yang dihadirkan di acara tersebut, mungkin secara segmentasi acara ini sangat tepat karena dihadiri oleh audience diberbagai kalangan termasuk wartawan dan juga ditonton oleh penonton Tv dari berbagai segmen yang memiliki pengaruh dalam melakukan buzz word.

Publisitas yang berhasil diciptakan oleh Laskar Pelangi ini kemudian secara cermat mampu dimanfaatkan oleh penulis, penerbit dan teamnya (bila ada) untuk melakukan rangkai komunikasi lanjutan (intergrated marketing communication) untuk terus mendorong produk “Laskar Pelangi” terjual novelnya dan tentunya langkah yang paling ditungguh-tungguh berikutnya peluncuran film Laskar Pelangi. And at last, they did excellent.

3. Komunitas

Entah mengapa saya memasukan unsur ini sebagai salah satu kunci sukses film Laskar pelangi ini. Beberapa hari lalu saya bersama klien saya pergi ke depok mengunjungi tempat pendidikan informal untuk anak-anak tidak mampu, dalam perbincangan dengan guru-guru di tempat tersebut saya cukup suprise bahwa mereka dan beberapa muridnya sudah menonton Laskar Pelangi bersama, “seperti cerita hidup kita, yang sengsara” kira-kira begitu jawaban mereka ketika saya bertanya mengapa mau menonton film tersebut, di informasikan juga dari guru tersebut bahwa teman-teman guru di sekolah yang lain juga bersama-sama muridnya sudah dan akan menonton film tersebut. Esoknya diberita internet sayapun sempat membaca bahwa ada ratusan guru yang juga menoton film ini secara bersama-sama di sebuah daerah.

Inilah hebatnya sekali lagi Film ini, secara disengaja atau tidak disengaja pengarang dan timnya (jika ada) mempu menciptakan beberapa komunitas yang sepertinya komunitas ini memiliki ikatan emosional tersendiri dengan film ini, katakanlah komunitas pendidikan yang di dalamnya terdapat guru dan murid. Coba saja bayangkan jika setiap sekolah mewajibkan atau mengagendakan sekolahnya baik itu murid maupun gurunya untuk menonton film ini, wah-wah tidak salah tentunya film ini mungkin akan mencetak sejarah dalam jumlah audience, ini baru dari sekolah, tentu masih banyak lagi target market baik itu komunitas maupun individu yang menyukai film ini.

Sedikit pembahasan, ketika sebuah produk berhasil menciptakan sebuah komunitas yang loyal dan memiliki ikatan emosional tersendiri hampir dipastika komunitas tersebut akan memberikan benefit yang sangat banyak bagi produk tersebut, yah katakanlah promosi gratis, pembelaan gratis dan sebagainya yang jika di valuekan dengan uang jumlah mungkin akan sangat banyak.

Tentu masih banyak faktor sukses yang bisa dikupas dari Laskar pelangi ini, tapi intinya kita berharap banyak lagi film-film nasional yang terus mendapatkan tempat dan menjadi raja di negeri sendiri, hanya beberapa hal yang perlu dijadikan pelajaran bahwa kekuatan cerita atau sebuah produk belum tentu bisa sukses tanpa marketing strategi yang tepat, yah tentu selalu ada anomali seperti kata guru besar manajemen Peter F Druker, Apa yang menurut kebanyakan orang benar terkadang ternyata salah, bisa saja sebuah film meledak tanpa ada perencanaan marketing strategi, yah siapa tahu khan, tapi pertanyaan terakhir saya, Apa Anda berani mempertaruhkan sebuah kesuksesan tanpa perencanaan?

1 comment:

Anonymous said...

Laksar Pelangi memang menjadi suatu legenda dan prestasi di dunia perfimlan Indonesia, memasarkan sebuah film sama saja dengan memasarkan brand, memerlukan diferensiasi yang cukup kuat untuk membuatnya "booming" di masyarakat.