Feb 26, 2014

Telegram, Early Adopter dan Kunci Sukses

Siapa yang sudah install Telegram? Messenger berbasis mobile ini tiba-tiba saja jadi bahan obrolan di beberapa “tempat obrolan” di media Online. Kehadirannya yang pas banget berdekatan setelah berita Whatsapp dibeli oleh Facebook, membuat orang-orang ingin mencoba yang baru (entah karena image “Facebook” yang hobi buat spot iklan atau karena jenuh atau karena alasan lain).

UI yang mirip dengan Whatsapp yang menjadi keunggulan Whatsapp selama ini (sederhana) dipadukan dengan load yang lebih cepat (entah karena user nya masih sedikit yah..) dan multi sign in, artinya dengan 1 nomor HP sebagai ID Anda bisa gunakan di berbagai gadget yang berbeda di satu waktu yang sama. Selain itu solusi lainnya yang diungguli Telegram dibandingkan Whatsapp adalah dapat digunakan oleh para pengguna IPad.

Saya di sini tidak akan bahas tentang Telegram-nya, karena saya bukan buzzer nya juga ;)) tapi saya akan bahas apa kunci penting dari keberhasilan sebuah produk, dalam hal ini case Telegram menarik untuk dijadikan contoh.

Berhasil tidak berhasil kita belum tahu, karena baru sekali diluncurkan, namun bisa dibilang Telegram tanpa iklan berhasil untuk menarik sejumlah pengguna, bahkan jangan2 “grup” dari Whatsapp atau Line banyak yang coba hijrah ke Telegram. Kalo dalam waktu yang lama mereka puas dengan berbagai fitur yang ditawarkan, bisa jadi mereka akan selamanya meninggalkan grup di Messenger-messenger sebelumnya.

Beberapa waktu lalu saya mendengar sebuah sharing dari praktisi pengembang Start-Up (perusahaan-perusahaan pemula) yang pernah berkiprah di Asia maupun di Silicon Valley (Amerika). Mereka menyebutkan beberapa sebab mengapa produk-produk/bisnis-bisnis Start Up di bidang teknologi cenderung lebih mudah/cepat sukses yang dari Amerika, bukan dari Asia. Salah satu penyebab yang mereka ungkapkan adalah perihal ekosistem.


Apa sih ekosistem? Rumit banget bahasanya. Contoh sederhananya seperti ini. Jamur akan tumbuh dengan cepat dan sehat di lingkungan yang lembab. Sedangkan di lingkungan yang gersang, atau panas misalnya, jamur sulit tumbuh bahkan cenderung mustahil. Nah sama juga di Asia, salah satunya Indonesia, ekosistem pertumbuhan bisnis-bisnis baru di bidang teknologi masih belum mendukung atau belum “lembab” sehingga start-up (perusahaan-perusahaan baru) akan sulit untuk berkembang cepat dan sehat.

Salah satu yang menjadi bagian dari ekosistem tersebut adalah yang kita kenal dengan “Early Adopter” yaitu orang-orang yang bersedia menggunakan produk untuk pertama kalinya. Tentu Early Adopter ini berbeda-beda antar produk. Early Adopter ini juga tidak hanya berlaku di produk yang berhubungan dengan teknologi tapi produk apapun, dari mulai makanan, pakaian, otomotif, apa saja lah you name it. Semua bisnis, semua produk membutuhkan Early Adopter.

Contoh saja dalam kasus telegram ini, dalam setiap circle atau kelompok pergaulan, pasti ada saja yang menjadi “Early Adopter”. Dalam hal ini, bidang teknologi, karakteristik para Early Adopternya antara lain aktif menggunakan gadget dan aplikasi, selalu buka apps store cari aplikasi-aplikasi baru, suka dengan teknologi, dll. Tentu jika produk Anda bukan teknologi akan memiliki karakteristik Early Adopter yang berbeda lagi.

Misalnya Anda produknya makanan, berarti Early Adopter Anda orang-orang yang suka cari tempat makan baru, memiliki daya beli yang baik, dll. Atau produk fashion karakteristik Early Adopternya suka mencoba style baru dalam fashion, tingkat belanja fashion per bulan lebih dari sekali, dll.

Penting untuk produk/bisnis Anda, baik Anda baru mau mulai atau sudah jalan, adalah mendefinisikan siapa Early Adopter dalam indsutri Anda. Setelah mendefinisikan, Anda wajib mengetahui siapa saja yang masuk dalam karakteristik tersebut, berhubungan bahkan lebih baik lagi jika membentuk komunitas dengan mereka.

Mengapa penting? Berikut 3 hal yang dapat diberikan oleh para Early Adopter untuk brand Anda :

1. Mau Mencoba
Hal paling gawat yang dialami sebuah brand atau produk baru adalah saat tidak ada atau sedikit sekali orang yang mau mencoba. Tidak hanya karena tidak mendatangkan profit, namun produk/bisnis jadi tidak mengetahui ada apa yang salah dengan produk. Jangan-jangan tidak ada yang salah, tapi cuma tidak ada yang mencoba saja sehingga berbagai keunggulan dan manfaat produk tidak dinikmati oleh target market.

Itulah mengapa banyak aktivasi yang mendorong para target market untuk “mencoba” dulu saat di awal masa launching, baik brand baru atau produk baru. Kalau di dunia online, sering berbagai aplikasi menawarkan “Free Trial” beberapa bulan. Atau di aplikasi seperti games, download nya gratis hanya untuk Stage 1 saja. Atau di restoran mengundang blogger makanan untuk mereview, dll

Intinya kita harus berterima kasih atas jasa para Early Adopter yang sudah mau bersedia mencoba produk kita. pikirkan tentang bagaimana menarik perhatian mereka, ciptakan sebuah “kemasan” dan komunikasi hingga membuat mereka mencoba dengan tidak perlu dibayar atau diberi iming-iming hadiah.

2. Menyebarkan
Jasanya Early Adopter lagi nih mereka akan menyebarluaskan tentang Anda. Ini bisa baik bisa buruk lho. Dengan fasilitas media social dan internet, sekarang ini semakin mudah orang-orang untuk mendistribusikan informasi dan pendapat.

Setelah mereka mencoba, mereka akan berkomentar dalam circle (kelompok) mereka dan inilah yang akan menentukan seberapa berhasil produk Anda.

Umumnya para Early Adopter adalah Influencer, yang memiliki pengaruh dalam setiap circle (kelompok) mereka. Yang pada akhirnya akan mendorong lebih banyak lagi orang-orang yang mencoba karena telah direkomendasikan oleh para Early Adopter.

3. Memberi Masukan
Sukses tidaknya sebuah produk/bisnis sudah pasti didasari oleh seberapa jauh sebuah produk bisa memberi solusi/memenuhi kebutuhan. Hal inilah PR paling sulit yang harus diselesaikan oleh produk/bisnis. Seringkali yang “dibaca” oleh para pemilik bisnis salah atau kurang tepat. Early Adopter sekali lagi bisa berjasa untuk Anda, karena mereka dengan senang hati akan memberikan opini, dengan syarat ada medianya.

Seringkali produk/bisnis Anda lupa untuk memberi media kepada orang-orang yang telah mencoba produk untuk memberi respon. Dengan hadirnya media social dan internet pada dasarnya brand/bisnis akan lebih mudah untuk menciptakan media itu sendiri.

Akan jauh lebih baik lagi apabila sebelum Anda melaunch sebuah produk/bisnis ke pasar, Anda telah mendefinisikan siapa Early Adopter Anda, hubungi mereka dan undang mereka untuk mencoba dan memberi feedback. Dengan begitu Anda akan mendapatkan masukan dari orang-orang yang tepat, yaitu mereka yang menjadi perwakilan target market Anda dan memiliki kemampuan untuk membesarkan Anda.

Sooo… ternyata Early Adopter penting banget kan? Apakah Anda sudah mengetahui siapa saja Early Adopter produk/bisnis Anda? Apakah sudah menjalin relasi dengan mereka?

Dan.. bagi yang belum coba Telegram, berikut beberapa info keunggulan tambahan Telegram dibandingkan Whatsapp yang bisa dibaca, hasil ngoprek-ngoprek saya dan teman-teman :

  • anggota grup bisa mencapai 100 (di Whatsapp hanya 50)
  • ada secret Chat (katanya sih jika kita chat di sini data obrolan kita tidak terekam di server mereka)
  • bisa kirim Document
  • bisa kirim Location
Popular Post:

Private Label, Lampu Kuning Pemilik Brand
The Power of Free Marketing Ala Google
Aku, Mama, Starbucks dan Pisang Sunpride
Starbucks Catering, Ngejer Setoran?

Creasionbrand I Creative Sales & Brand Partner