Apr 22, 2012

4 Kunci Engagement di Social Media



Mempelajari lebih dalam Social Media Bible karangan Lon Safco cukup menarik, terutama dalam pembentukan pola pikir bagaimana kita terjun memanfaatkan Social Media sebagai kendaraan meningkatkan Brand Equity.

Salah satu yang menarik dan akan saya share melalui artikel ini adalah berkaitan dengan Engagement Strategies, di mana Safco menetapkan adanya 4 pilar dalam membangun engagament tersebut. Dan berikut ini akan saya cantumkan pula beberapa contoh yang bisa memberi inspirasi agar kita semua bisa langsung mengaplikasikannya ke brand yang kita kelola.

Untuk mempermudah memahaminya, saya gambarkan dalam modeling pilar di atas, yaitu bahwa dalam memastikan topangan engagement brand dengan target marketnya di Social Media membutuhkan 4 elemen yang terdiri dari Communication, Collaboration, Educate dan Entertainment.

"Hal ini penting untuk diketahui, agar mindset kita pada saat masuk ke Social Media tidak melulu berjualan ataupun berpromosi, tetapi membangun brand melalui aktivitas publishing"

Sebelum saya menjelaskan tentang satu per satu dan contohnya, perlu kita tanamkan pola pikir di Social Media, bahwa brand yang dikelola atau kita sebagai pengelolanya adalah sebuah publisher dan target market kita semua yang ingin kita jaring atau telah tergabung dalam komunitas Social Media kita adalah para audience. Hal ini penting untuk diketahui, agar mindset kita pada saat masuk ke Social Media tidak melulu berjualan ataupun berpromosi, tetapi membangun brand melalui aktivitas publishing. Perlu kita ketahui bahwa di Social Media, content is the king!

Singkatnya untuk memahami, Anda sebagai followers sebuah akun Twitter tentu akan sangat loyal dan merekomendasikan akun Twitter tertentu, hanya jika Anda merasakan manfaatnya, hanya jika Anda merasa apa yang akun Twitter tersebut berikan kepada Anda adalah bermanfaat. Di Social Media followers/fans Anda akan dengan mudah sekali keluar dari komunitas Anda dan keputusan mereka keluar adalah saat mereka merasa bahwa content Anda tidak lagi menarik.

Lalu apa yang harus Anda lakukan sebagai pengelola brand di Social Media untuk memastikan para audiens Anda suka dan tetap mau bertahan? Semuanya terangkum dalam 4 pilar tersebut. Mari kita bahas satu per satu!

1. Communicate
Kunci terpenting dalam poin pembahasan komunikasi adalah seputar topik. Komunikasi yang Anda jalin hanya akan menjadi berkualitas saat audiens Anda merasa tertarik dengan topik yang Anda sajikan. Kualitas komunikasi di Social Media dinilai baik saat terjadi adanya komunikasi dua arah, saat audiens memberikan respon, dalam bentuk comments, likes atau yang lainnya. Sulitnya komunikasi di media lain seperti televisi, koran atau outdoor media adalah kesulitan dalam mengukur jumlah respon yang terjadi dari hasil “pancingan” topik yang diberikan. Berbeda sekali dengan Social Media yang sangat mampu menyajikan kepada Anda ukuran dari menarik atau tidaknya topik yang Anda sajikan. Kualitas respon dalam komunikasi Anda dengan audiens di Social Media dapat diukur dari jumlah likes, comments, atau jika Anda menyelenggarakan kuis Anda bisa mengukur dari banyaknya peserta dan jika Anda menyajikan layanan newsletter Anda bisa ukur dari jumlah subscriber, dll.

"Komunikasi yang Anda jalin hanya akan menjadi berkualitas saat audiens Anda merasa tertarik dengan topik yang Anda sajikan"

Hal ini menarik untuk saya kemukakan, karena pertanyaan paling sering yang diutarakan oleh para peserta seminar saya adalah apakah Social Media dapat diukur. Dan penjelasan ini adalah jawabannya, bahwa kualitas komunikasi di Social Media sangat bisa diukur, bahkan paling relevan diukur dibandingkan beberapa media konvensional lainnya.

Melalui pengukuran tersebut pula kita dapat mengetahui topik apa yang paling diminati oleh audiens kita. Salah satu contohnya melalui pengukuran Fanpage di Facebook, terdapat data posting status Anda yang paling banyak di like, paling banyak di comment. Hal ini dapat menjadi pelajaran bagi Anda untuk mengembangkan topik-topik yang menarik untuk meningkatkan kualitas komunikasi antara Anda sebagai publisher dan konsumen Anda sebagai audience.

2. Collaborate
Poin kolaborasi di sini dimaksudkan bahwa kita sebagai pengelola brand di Social Media penting untuk memantau aktivitas para audiens kita. Kita harus dapat menemukan media/forum/tempat mereka membicarakan kita atau industri produk yang kita geluti. Contohnya adalah MacRumors.com milik Arnold Kim yang cukup terkenal di AS sebagai sebuah forum berisi para pengguna produk Apple dalam mendiskusikan berbagai fitur maupun penggunaan produk Apple.

Menemukan adanya kelompok audiens ini, Apple tidak tinggal diam, namun melakukan berbagai aktivitas untuk berkolaborasi dengan mereka. Apple meng-endorse ataupun memberikan previlage maupun dukungan kepada komunitas tersebut.

Tentu jika Anda tidak menemukan komunitas yang berhubungan dengan brand Anda, bukan berarti kolaborasi ini tidak dapat diwujudkan. Prinsipnya sama dengan di dunia offline, contohnya salah satu klien kami yang bergerak di bidang printing berkolaborasi dengan komunitas desain grafis yang ada di Online untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan value komunitas mereka. Hal ini ditujukan agar adanya interaksi dalam kolaborasi yang diciptakan, agar brand dapat lebih melekat pada komuntias target market tersebut.

Namun pertanyaannya adalah bagaimana jika tidak juga ditemukan komunitas yang dapat Anda ajak kolaborasi? Tentu saja ciptakanlah komunitas tersebut! Salah satu usaha kolaborasi yang menjadi favorit saya adalah apa yang dilakukan oleh Starbucks melalui penyediaan media Mystarbucksidea.force.com. Melalui aktivitas ini Starbucks tidak hanya menggerakan kolaborasi dengan para target market mereka, tetapi juga yang terpenting adalah di dalam organisasi internal mereka sendiri. Melalui aktivitas Online ini, Starbucks mengajak para anggota organisasinya di seluruh dunia dan para customernya (secara keseluruhan aktivitas ini ditujukan untuk para stakeholder Starbucks) untuk berkolaborasi menciptakan value yang dapat diakomodir oleh Starbucks, yang pada akhirnya dapat bermanfaat bagi seluruh stakeholders tersebut.

Jadi.. jika Anda sudah ada di Social Media, jangan tinggal diam saja, tapi ciptakanlah media untuk berkolaborasi antara brand dengan audiensnya, karena dalam kolaborasi tersebutlah akan tercipta interaksi dan keterikatan (engagement) sebagai dasar loyalitas kepada brand.

3. Educate
Poin yang ketiga adalah edukasi! Berikanlah edukasi kepada audiens Anda. Jangan Anda jadi berpikir terlalu rumit membaca poin ketiga ini. Anda tentu tidak harus mengajar secara panjang lebar untuk audiens Anda, namun poin ketiga ini akan sangat mudah Anda lakukan, karena Anda memiliki keahlian tersebut!

Kembali lagi pada dasar yang di awal ditekankan bahwa kekuatan di Social Media adalah content. Dalam hal ini saya katakan mudah, karena Andalah yang memiliki content tersebut. Anda akan dengan mudah memberikan edukasi kepada audiens Anda terhadap hal yang sudah Anda kuasai.

Sebagai contoh yang sangat menarik, salah satu pelaku industri finansial Monex Investindo Futures mengedepankan edukasi dalam menjalin ikatan dengan para audiensnya. Saat audiens mendapatkan banyak informasi yang bermanfaat dari brand kita, maka selain mereka akan terikat, mereka juga akan mempersepsikan bahwa brand kita memiliki expertised di bidang tersebut.

Hal ini penting mengingat bahwa para audiens akan tetap berada dalam komunitas Social Media Anda selama Anda menyediakan content yang bermanfaat, dan edukasi merupakan content yang dicari oleh banyak orang, di mana para audiens kita ingin belajar dari brand yang memang ahli di bidangnya.

4. Entertain!
Yang terakhir ini yang jadi favorit saya, siapa juga yang tidak suka dengan hiburan. Salah satu cara terbaik untuk menarik perhatian adalah dengan memberikan hiburan. Jika kita sebagai audiens saja, tentu akan sangat tertarik sekali dengan berbagai content yang dapat menghibur. Salah satu contoh Social Media campaign  yang sangat menghibur dan menarik perhatian banyak orang adalah apa yang dilakukan oleh BlendTec, sebuah merk blender di Amerika. Hiburan yang ia lakukan tidak tanggung-tanggung dan cukup ekstrim hingga membuat orang tercengang-cengang dan membuatnya layak dibicarakan (viral).


Tom Dickson, pendiri BlendTec tidak tanggung-tanggung dalam menghibur para audiensnya, ia menjalankan aksi memblender iPad untuk menarik perhatian para audiensnya. Dan cara ini berhasil, karena bukan saja banyak orang yang melihat tapi juga banyak orang yang menyebarluaskannya (ya seperti yang sedang saya lakukan ini).

Lakukanlah hal yang menghibur agar konsumen ingat pada brand Anda, dan melalui Social Media hal ini sangat mungkin untuk dilakukan. Seperti BlendTec yang daripada menghabiskan budgetnya untuk beriklan di televisi, lebih efisien ia habiskan untuk membeli berbagai gadget terbaru untuk ia blender

"Kembangkanlah ide dalam mengeimplementasikan 4 pilar tersebut sesuai dengan industri dan karakter dari audiens Anda. Dan jangan lupa bahwa di Social Media content adalah yang utama"

Keempat pilar di atas : Communicate, Collaborate, Educate dan Entertain adalah hal-hal yang wajib Anda lakukan untuk menciptakan engagement di Social Media. Pilar-pilar tersebut boleh Anda lakukan sendiri-sendiri maupun digabung satu sama lain, namun satu sama lain saling menopang. Kembangkanlah ide dalam mengeimplementasikan 4 pilar tersebut sesuai dengan industri dan karakter dari audiens Anda. Dan jangan lupa bahwa di Social Media content adalah yang utama, dan selalu tanamkan di dalam benak Anda bahwa di Social Media Anda adalah para publisher yang sedang berlomba lomba dengan publisher lainnya dalam memperebutkan perhatian audiens Anda. Content yang paling bermanfaat, dapat berkomunikasi sesuai topik yang menarik, berkolaborasi untuk meningkatkan value, mengedukasi audiens dan menghibur adalah content yang akan membuat audiens Anda terambil hatinya

No comments: