Sudah berapa lama dari kejadian Bom Kuningan? 2 minggu lebih ya? Apa yang sudah kita, means pemerintah dan saya dan kamu sebagai warga negara Indonesia lakukan menghadapi terror tersebut? Pemerintah sibuuuk mencari siapa pelaku bom bunuh diri itu dan membongkar seluruh jaringannya. Masyarakat sibuuk mengutuk dan berkomentar sejak Bom meledak sampai sekarang. Pertanyaan saya adalah, apakah ada yang peduli dengan pemulihan nama baik Indonesia di mata public? Ingat ya, bukan hanya public luar negeri saja yang harus “diyakinkan” mengenai keamanan Indonesia, bahkan public dalam negeri juga justru menjadi target yang harus diperhatikan dalam pemulihan nama baik tersebut.
Saya sangat sepakat dengan pernyataan Menteri Pariwisata kita. Beliau memprediksikan bahwa industi pariwisata di Indonesia pasti akan menurun cukup signifikan. Kalau pariwisata saja akan ‘terganggu’, apalagi diunia bisnis dan perekonomian coba?! Penurunannya bisa lebih signifikan dari pariwiasata. Beliau mengatakan bahwa karena media massa yang menyebarkan berita tentang Bom ini ke seluruh pelosok dunia, maka media massa juga lah yang harus memperbaiki nama baik Indonesia! Hihiiii…kedengarannya sekilas seperti “mengambing hitamkan” media massa ya! Tapi beliau sangat benar!
Lihat saja, hanya 5 menit setelah bom meledak, saya yang berada di Bandung langsung mengetahuinya lewat breaking news di salah satu TV swasta nasional, dan tidak tanggung-tanggung, saya yang kebetulan sedang terbaring sakit (dimana artinya TV menjadi teman setia seharian itu), disajikan berita mengenai Bom seharian itu tanpa henti. Bahkan program infotainment pun bertopikkan bom kuningan selama beberapa hari! See?? Media massa menjadi “orang pertama” yang ‘bertanggung jawab’ atas penyebaran informasi mengenai bom di hotel Ritz Carlton dan JW. Marriot tersebut. Itu artinya media massa juga lah yang ‘bertanggung jawab’ memberikan informasi mengenai pemulihan nama baik Indonesia di mata dunia internasional maupun di warga negara Indonesia sendiri. Bukan bermaksud nyambung-naymbungin sih kalau saya bilang ini juga berlaku kalau-kalau perusahaan atau bisnis kamu mengalami krisis dan dipublikasikan dengan manisnya oleh banyak media.;p
Tapi jangan lupa, penggunaan media massa tidak semudaha tau sesimple yang dibayangkan lho, sekarang ini kita harus memperhatikan beberapa hal.
1. Gunakan semua media
Jangan pernah membatasi media massa hanya berupa TV, Radio, Koran, Majalah, Tabloid, dsj saja. Jangan salah, saat ini internet juga menjadi bagian dari media massa yang harus diperhatikan. Malah harus lebih diperhatikan karena pertukaran informasi di Internet berlangsung hanya dalam hitungan detik! Kalau kamu punya Facebook, kamu pasti lihat di hari Jumat itu status orang-orang hampir semuanya membicarakan mengenai bom tersebut. Gunakan seluruh media informasi di internet, baik itu portal-portal resmi maupun jejaring-jejaring social semacam Face Book, Twitter, My Space, atau bahkan sampai You Tube sekalipun. Apalagi bisnis sekarang ini pergerakannya cukup kencang juga di seluruh macam media. Contoh penggunaan media massa yang luas adalah kasusnya Prita Mulyasari vs RS. Omni!
2. Rangkul Bukan Perintah
Yang menjadi kesalahan berikutnya biasanya pemerintah selaku “pemegang kekuasaan” cenderung berpikir untuk memberikan perintah kepada media massa untuk memuat berita-berita baik mengenai Indonesia. Heyyy…ini bukan orde baru bapak-bapak ibu-ibu. Yang harus dilakukan sekarang ini adalah merangkul media massa agar mereka mau menayangkan berita-berita baik yang bisa memulihkan nama baik Indonesia. Layaknya “anjing galak” (hehee..istilahnya terlalu sadis ya?;p), media massa bisa malah balik menyerang jika tidak didekati dengan baik. Itu pemerintah, tapi pengusaha sekalipun kadang berlaku seperti itu jika merasa punya pengaruh yang cukup kuat dalam perekonomian kita (apalagi jika anaknya si pejabat A, saudaranya menteri A, dll). Ah, sudah tidak musim yang begituan sih sekarang!
3. Talk Less Do More
Sementara itu, jangan hanya focus pada pemberitaan di media massa donk ah! Justru berbanding lurus dengan pemberitaan di media massa, penuntasan kasus bom kuningan tersebut harus terus dilakukan dengan serius dan program-program pemulihan nama baik harus benar-benar dilakukan dengan lebih serius lagi. Jadi pemberitaan dan kenyataan harus berjalan beriringan, bahkan action harus lebih banyak daripada talk! Ingat, masyarakat sekarang tidak mudah “dibohongi” lho, jadi percuma media massa meneriakkan keamanan Indonesia jika dimana2 masih terjadi bom lagi atau pengamanan tidak diperketat atau Polisi terlihat lambat mengungkap kasus ini. Sama halnya dengan bisnis kamu, sesegera mungkin buat program-program atau langkah-langkah yang dapat meyakinkan lagi konsumen mengenai produk atau jasa perusahaan kamu. Mizone bisa jadi contoh yang bagus dalam memulihkan ‘nama baik’nya setelah diterpa issue mengandung zat berbahaya.
Masih banyak pasti hal-hal yang harus dilakukan dalam penggunaan media massa sebagai media recovery, apapun itu, kita sebagai penguasaha harus mampu memahami secara benar karakteristik media massa dan target market kita agar tujuan recovery tersebut dapat tercapai. Satu lagi, jangan jadikan media satu-satunya “kambing hitam” dalam pemulihan bisnis Anda! Siapapun juga pasti tidak mau lah disalahkan, makanya kita “minta” secara smooth saja okhay!=)
Saya sangat sepakat dengan pernyataan Menteri Pariwisata kita. Beliau memprediksikan bahwa industi pariwisata di Indonesia pasti akan menurun cukup signifikan. Kalau pariwisata saja akan ‘terganggu’, apalagi diunia bisnis dan perekonomian coba?! Penurunannya bisa lebih signifikan dari pariwiasata. Beliau mengatakan bahwa karena media massa yang menyebarkan berita tentang Bom ini ke seluruh pelosok dunia, maka media massa juga lah yang harus memperbaiki nama baik Indonesia! Hihiiii…kedengarannya sekilas seperti “mengambing hitamkan” media massa ya! Tapi beliau sangat benar!
Lihat saja, hanya 5 menit setelah bom meledak, saya yang berada di Bandung langsung mengetahuinya lewat breaking news di salah satu TV swasta nasional, dan tidak tanggung-tanggung, saya yang kebetulan sedang terbaring sakit (dimana artinya TV menjadi teman setia seharian itu), disajikan berita mengenai Bom seharian itu tanpa henti. Bahkan program infotainment pun bertopikkan bom kuningan selama beberapa hari! See?? Media massa menjadi “orang pertama” yang ‘bertanggung jawab’ atas penyebaran informasi mengenai bom di hotel Ritz Carlton dan JW. Marriot tersebut. Itu artinya media massa juga lah yang ‘bertanggung jawab’ memberikan informasi mengenai pemulihan nama baik Indonesia di mata dunia internasional maupun di warga negara Indonesia sendiri. Bukan bermaksud nyambung-naymbungin sih kalau saya bilang ini juga berlaku kalau-kalau perusahaan atau bisnis kamu mengalami krisis dan dipublikasikan dengan manisnya oleh banyak media.;p
Tapi jangan lupa, penggunaan media massa tidak semudaha tau sesimple yang dibayangkan lho, sekarang ini kita harus memperhatikan beberapa hal.
1. Gunakan semua media
Jangan pernah membatasi media massa hanya berupa TV, Radio, Koran, Majalah, Tabloid, dsj saja. Jangan salah, saat ini internet juga menjadi bagian dari media massa yang harus diperhatikan. Malah harus lebih diperhatikan karena pertukaran informasi di Internet berlangsung hanya dalam hitungan detik! Kalau kamu punya Facebook, kamu pasti lihat di hari Jumat itu status orang-orang hampir semuanya membicarakan mengenai bom tersebut. Gunakan seluruh media informasi di internet, baik itu portal-portal resmi maupun jejaring-jejaring social semacam Face Book, Twitter, My Space, atau bahkan sampai You Tube sekalipun. Apalagi bisnis sekarang ini pergerakannya cukup kencang juga di seluruh macam media. Contoh penggunaan media massa yang luas adalah kasusnya Prita Mulyasari vs RS. Omni!
2. Rangkul Bukan Perintah
Yang menjadi kesalahan berikutnya biasanya pemerintah selaku “pemegang kekuasaan” cenderung berpikir untuk memberikan perintah kepada media massa untuk memuat berita-berita baik mengenai Indonesia. Heyyy…ini bukan orde baru bapak-bapak ibu-ibu. Yang harus dilakukan sekarang ini adalah merangkul media massa agar mereka mau menayangkan berita-berita baik yang bisa memulihkan nama baik Indonesia. Layaknya “anjing galak” (hehee..istilahnya terlalu sadis ya?;p), media massa bisa malah balik menyerang jika tidak didekati dengan baik. Itu pemerintah, tapi pengusaha sekalipun kadang berlaku seperti itu jika merasa punya pengaruh yang cukup kuat dalam perekonomian kita (apalagi jika anaknya si pejabat A, saudaranya menteri A, dll). Ah, sudah tidak musim yang begituan sih sekarang!
3. Talk Less Do More
Sementara itu, jangan hanya focus pada pemberitaan di media massa donk ah! Justru berbanding lurus dengan pemberitaan di media massa, penuntasan kasus bom kuningan tersebut harus terus dilakukan dengan serius dan program-program pemulihan nama baik harus benar-benar dilakukan dengan lebih serius lagi. Jadi pemberitaan dan kenyataan harus berjalan beriringan, bahkan action harus lebih banyak daripada talk! Ingat, masyarakat sekarang tidak mudah “dibohongi” lho, jadi percuma media massa meneriakkan keamanan Indonesia jika dimana2 masih terjadi bom lagi atau pengamanan tidak diperketat atau Polisi terlihat lambat mengungkap kasus ini. Sama halnya dengan bisnis kamu, sesegera mungkin buat program-program atau langkah-langkah yang dapat meyakinkan lagi konsumen mengenai produk atau jasa perusahaan kamu. Mizone bisa jadi contoh yang bagus dalam memulihkan ‘nama baik’nya setelah diterpa issue mengandung zat berbahaya.
Masih banyak pasti hal-hal yang harus dilakukan dalam penggunaan media massa sebagai media recovery, apapun itu, kita sebagai penguasaha harus mampu memahami secara benar karakteristik media massa dan target market kita agar tujuan recovery tersebut dapat tercapai. Satu lagi, jangan jadikan media satu-satunya “kambing hitam” dalam pemulihan bisnis Anda! Siapapun juga pasti tidak mau lah disalahkan, makanya kita “minta” secara smooth saja okhay!=)
No comments:
Post a Comment