Saya yakin setiap orang punya mimpinya masing-masing. Saya pun punya mimpi, mimpi yang sedang saya usahakan untuk jadi kenyataan. Sejak dulu saya sangat menyukai dunia anak-anak, dan sejak itu saya mempunyai mimpi untuk membuka sebuah sekolah bagi anak-anak (entah itu Play Group atau TK). Mimpi jangka panjang memang, dan Mama saya setuju sekali dengan mimpi saya yang ini. Tapi saya juga punya mimpi jangka pendek, saya ingin dalam setahun atau dua tahun ini saya bisa memiliki bisnis fashion. Saya sangat menyukai pakaian yang keren (definisi keren sangat luas dibandingkan bagus), saya menyukai perhiasan atau aksesories yang lucu, terkadang saya greget sendiri jika melihat orang berdandan tidak pantas, bawaannya ingin make over saja! Hihiii.
Berlatar belakang kecintaan saya pada dunia fashion dan perempuan, saya berencana membuka sebuah butik bersama teman saya yang senang membuat aksesories. Kali ini mimpi saya tersebut tidak mendapat sambutan yang terlalu baik dari Mama. Mau tahu apa alasannya? “Toko baju mah sekarang kaya jamur! Dimana-mana ada toko baju! Persaingannya terlalu ketat!”, itu jawabannya. Hhmmm…persaingan ya…
Kompetisi, bagaimanapun juga tidak hanya saya hadapi di dunia bisnis yang ingin saya geluti tersebut, tapi di semua sisi kehidupan bukan?. Saat sekolah kita berkompetisi untuk jadi juara kelas, saat kuliah saya berkompetisi untuk bisa lulus paling cepat diantara teman-teman saya yang lain, saat kerja apalagi! Saya berkompetisi dengan karyawan lainnya untuk semakin mengembangkan diri dan bersikap professional. Jadi jika kita berbicara mengenai kompetisi, ya dimana-mana juga ada kompetisi mah! Apalagi di dunia bisnis! Jangan kan jualan baju, yang memang kebutuhan sekunder paling primer, jualan kain kafan saja pasti ada kompetitornya! (heee...contohnya jauh banget ya?;p).
Kompetisi jangan dipandang sebagai momok yang menghambat kita dalam bergerak. Justru seharusnya kompetisi menjadi motivasi tersendiri bagi kita untuk terus maju, lebih maju dari kompetitior kita. Kita pasti bisa kok menhadapi kompetisi seketat apapun, asaaaalll…kita tahu cara menangani kompetisi tersebut. Untuk itu, kita tentu harus tahu membuat analisis mengenai nilai industry yang akan kita geluti. Salah satu caranya yaitu dengan mengidentifikasi kekuatan kompetitif yang sangat fundamental. Bingung, sebaiknya kita lihat saja 5 fundamental competitive force dari Michael Potter.
1. Entry of competitors.
Kita harus lihat, semudah atau sesulit apakah bagi para pemain baru untuk memulai kompetisi, dimana banyak barrier yang tentu telah eksis di indutri tersebut. Sebagai “pemula” saya tentu akan dihadapkan pada para pemain lama atau bahkan pemimpin pasar untuk bersaing. Disini saya harus menganalisa apakah mudah bagi saya untuk ‘masuk’ ke industry fashion dan berkompetisi dengan butik-butik lain yang telah cukup kuat posisinya? Setelah berhasil ‘masuk’ pun saya masih harus berusaha untuk melewati rintangan-rintangan yang pasti ada saat saya ingin mengembangkan bisnis tersebut.
2. Threat of substitutes.
Hal lain yang harus kita lihat adalah semudah apakah product atau jasa yang kita miliki dapat disubtitusi oleh yang lain? Atau bahkan semurah apakah kita mampu menawarkan produk atau jasa tersebut ke pasar? Semakin sulit produk atau jasa kita digantikan oleh yang lain, kompetisi yang kita hadapi juga semakin mudah. Terang saja, pasar hanya mempunyai sedikit preferensi untuk produk atau jasa yang kita tawarkan bukan? Apalagi jika kita bisa memberikan harga yang lebih murah dibandingkan competitor, kompetisinya akan lebih mudah bagi kita.
3. Bargaining power of buyers.
Jangan lupakan posisi pembeli! Kita harus menganalisa juga seberapa kuat posisi target market yang kita bidik. Hal ini jelas berkaitan erat dengan apakah mereka dapat bekerja sama dalam menggunakan product atau jasa kita dalam kuantiti yang besar atau jangka waktu yang panjang. Bukankah merebut pembeli sebanyak mungkin adalah inti dari kompetisi yang sesungguhnya? =) Jadi ya mau tidak mau kita harus pintar-pintar merebut hati mereka. Kesuksesan mendapatkan pembeli sebanyak mungkin mencerminkan kesuksesan kita dalam memenangkan kompetisi.
4. Bargaining power of suppliers.
Tidak cukup hanya pembeli donk ah…kita juga harus perhatikan seberapa kuatnya posisi penjual, apakah dia mampu menjual produk atau jasa kita dengan maksimal atau tidak. Kita juga harus menghitung seberapa banyak supplier potensial yang eksis sekarang ini. Kalaupun hanya sedikit, apakah cukup mampu ‘berperang’ di pasar? Atau mungkin justru kita mereapkan system monopoli? Yah apapun system yang diambil, disini keterampilan kita sebagai bisnisman untuk dapat memberikan penawaran yang menarik harus diasah sedemikian rupa agar menguntungkan kedua belah pihak (yah syukur-syukur kalau bisa menguntungkan kita lebih banyak ya! Hihiii!;p).
5. Rivalry among the existing players.
Kompetisi ya pasti ada competitor-nya lah! Coba untuk menganalisa apakah kompetisi dengan para pemain lama yang sudah eksis di industry yang sama itu berlangsung ketat atau tidak. Amati dengan seksama apakah yang terjadi adalah hanya satu-dua pemain yang sangat dominan atau ternyata semuanya sama saja dilihat dari sisi kekuatan maupun size perusahaan yang kita miliki. Biasanya sih memanga da satu-dua perusahaan yang sudah menjadi pemimpin pasar ya, tapi memang tidak menutup kemungkinan tidak ada pemimpin pasar di suatu industry tertentu (wah, peluang bagus nih kalu ada yang begini!;p). Nilai juga diri sendiri apakah cukup mampu untuk bersaing dengan pemain-pemain lama tersebut ya!
Selain lima hal di atas, biasanya ditambahkan juga point:
6. Government.
Pemerintah bagaimanapun juga mempunyai kekuatan dan kekuasaan penuh untuk menentukan kompetisi seperti apa yang harus atau boleh dilaksanakan di Indonesia. Biasanya pemerintah akan menjaga agar industry bisnis dapat berjalan dengan lancar bagi semua pihak.
Kekuatan kompetitif yang fundamental ini pada akhirnya akan membantu kita dalam menentukan langkah atau program seperti apa yang tepat untuk kita lakukan dalam bisnis yang kita geluti. Dengan memahaminya secara baik, kita pasti dapat berkompetisi dengan perusahaan manapun dengan baik pula. Tinggal kitanya, siap tidak untuk itu?=)
Berlatar belakang kecintaan saya pada dunia fashion dan perempuan, saya berencana membuka sebuah butik bersama teman saya yang senang membuat aksesories. Kali ini mimpi saya tersebut tidak mendapat sambutan yang terlalu baik dari Mama. Mau tahu apa alasannya? “Toko baju mah sekarang kaya jamur! Dimana-mana ada toko baju! Persaingannya terlalu ketat!”, itu jawabannya. Hhmmm…persaingan ya…
Kompetisi, bagaimanapun juga tidak hanya saya hadapi di dunia bisnis yang ingin saya geluti tersebut, tapi di semua sisi kehidupan bukan?. Saat sekolah kita berkompetisi untuk jadi juara kelas, saat kuliah saya berkompetisi untuk bisa lulus paling cepat diantara teman-teman saya yang lain, saat kerja apalagi! Saya berkompetisi dengan karyawan lainnya untuk semakin mengembangkan diri dan bersikap professional. Jadi jika kita berbicara mengenai kompetisi, ya dimana-mana juga ada kompetisi mah! Apalagi di dunia bisnis! Jangan kan jualan baju, yang memang kebutuhan sekunder paling primer, jualan kain kafan saja pasti ada kompetitornya! (heee...contohnya jauh banget ya?;p).
Kompetisi jangan dipandang sebagai momok yang menghambat kita dalam bergerak. Justru seharusnya kompetisi menjadi motivasi tersendiri bagi kita untuk terus maju, lebih maju dari kompetitior kita. Kita pasti bisa kok menhadapi kompetisi seketat apapun, asaaaalll…kita tahu cara menangani kompetisi tersebut. Untuk itu, kita tentu harus tahu membuat analisis mengenai nilai industry yang akan kita geluti. Salah satu caranya yaitu dengan mengidentifikasi kekuatan kompetitif yang sangat fundamental. Bingung, sebaiknya kita lihat saja 5 fundamental competitive force dari Michael Potter.
1. Entry of competitors.
Kita harus lihat, semudah atau sesulit apakah bagi para pemain baru untuk memulai kompetisi, dimana banyak barrier yang tentu telah eksis di indutri tersebut. Sebagai “pemula” saya tentu akan dihadapkan pada para pemain lama atau bahkan pemimpin pasar untuk bersaing. Disini saya harus menganalisa apakah mudah bagi saya untuk ‘masuk’ ke industry fashion dan berkompetisi dengan butik-butik lain yang telah cukup kuat posisinya? Setelah berhasil ‘masuk’ pun saya masih harus berusaha untuk melewati rintangan-rintangan yang pasti ada saat saya ingin mengembangkan bisnis tersebut.
2. Threat of substitutes.
Hal lain yang harus kita lihat adalah semudah apakah product atau jasa yang kita miliki dapat disubtitusi oleh yang lain? Atau bahkan semurah apakah kita mampu menawarkan produk atau jasa tersebut ke pasar? Semakin sulit produk atau jasa kita digantikan oleh yang lain, kompetisi yang kita hadapi juga semakin mudah. Terang saja, pasar hanya mempunyai sedikit preferensi untuk produk atau jasa yang kita tawarkan bukan? Apalagi jika kita bisa memberikan harga yang lebih murah dibandingkan competitor, kompetisinya akan lebih mudah bagi kita.
3. Bargaining power of buyers.
Jangan lupakan posisi pembeli! Kita harus menganalisa juga seberapa kuat posisi target market yang kita bidik. Hal ini jelas berkaitan erat dengan apakah mereka dapat bekerja sama dalam menggunakan product atau jasa kita dalam kuantiti yang besar atau jangka waktu yang panjang. Bukankah merebut pembeli sebanyak mungkin adalah inti dari kompetisi yang sesungguhnya? =) Jadi ya mau tidak mau kita harus pintar-pintar merebut hati mereka. Kesuksesan mendapatkan pembeli sebanyak mungkin mencerminkan kesuksesan kita dalam memenangkan kompetisi.
4. Bargaining power of suppliers.
Tidak cukup hanya pembeli donk ah…kita juga harus perhatikan seberapa kuatnya posisi penjual, apakah dia mampu menjual produk atau jasa kita dengan maksimal atau tidak. Kita juga harus menghitung seberapa banyak supplier potensial yang eksis sekarang ini. Kalaupun hanya sedikit, apakah cukup mampu ‘berperang’ di pasar? Atau mungkin justru kita mereapkan system monopoli? Yah apapun system yang diambil, disini keterampilan kita sebagai bisnisman untuk dapat memberikan penawaran yang menarik harus diasah sedemikian rupa agar menguntungkan kedua belah pihak (yah syukur-syukur kalau bisa menguntungkan kita lebih banyak ya! Hihiii!;p).
5. Rivalry among the existing players.
Kompetisi ya pasti ada competitor-nya lah! Coba untuk menganalisa apakah kompetisi dengan para pemain lama yang sudah eksis di industry yang sama itu berlangsung ketat atau tidak. Amati dengan seksama apakah yang terjadi adalah hanya satu-dua pemain yang sangat dominan atau ternyata semuanya sama saja dilihat dari sisi kekuatan maupun size perusahaan yang kita miliki. Biasanya sih memanga da satu-dua perusahaan yang sudah menjadi pemimpin pasar ya, tapi memang tidak menutup kemungkinan tidak ada pemimpin pasar di suatu industry tertentu (wah, peluang bagus nih kalu ada yang begini!;p). Nilai juga diri sendiri apakah cukup mampu untuk bersaing dengan pemain-pemain lama tersebut ya!
Selain lima hal di atas, biasanya ditambahkan juga point:
6. Government.
Pemerintah bagaimanapun juga mempunyai kekuatan dan kekuasaan penuh untuk menentukan kompetisi seperti apa yang harus atau boleh dilaksanakan di Indonesia. Biasanya pemerintah akan menjaga agar industry bisnis dapat berjalan dengan lancar bagi semua pihak.
Kekuatan kompetitif yang fundamental ini pada akhirnya akan membantu kita dalam menentukan langkah atau program seperti apa yang tepat untuk kita lakukan dalam bisnis yang kita geluti. Dengan memahaminya secara baik, kita pasti dapat berkompetisi dengan perusahaan manapun dengan baik pula. Tinggal kitanya, siap tidak untuk itu?=)
No comments:
Post a Comment