Jul 21, 2009

Salah kaprahnya Branding!

Di kalangan pebisnis, terutama bisnis yang masih tergolong konvensional, seringkali pemahaman mengenai proses pembangunan brand masih lemah. Selain kurangnya awareness mereka terhadap pentingnya pembangunan sebuah brand, mereka seringkali juga “salah kaprah” terhadap peran brand dalam perjalanan bisnis mereka. Hal inilah yang seringkali menghambat perkembangan perusahaan konvensional untuk memenangkan market, terutama menghadapi persaingan dengan para bisnis raksasa dari luar negeri yang sudah menjadikan brand sebagai ujung tombak penjualan produk mereka.

Tengok saja kiprah Unilever dan P&G yang selalu memegang pangsa pasar dominan dari kategori produk-produk mereka, sejak awal masa kemerdekaan mereka tidak pernah lepas dari program-program pembangunan brand. Mulai dari pemasangan poster-poster, iklan radio hingga iklan TV yang kini menjadi media paling berpengaruh di Indonesia, para raksasa bisnis tersebut tidak pernah berhenti membangun brand mereka.












sumber gambar:
herik.multiply.com/photos/album/11/iklan_jaman_dulu

forum.kafegaul.com/showthread.php

Lalu di sisi yang lain, para produsen lokal “megap-megap” menghadapi para raksasa bisnis ini. Memang begitu banyak faktor yang membuat para pemain lokal/nasional ini tidak mampu mengalahkan kiprah para perusahaan internasional. Salah satunya adalah permodalan, sistem distribusi yang kuat dan strategi marketing modern mereka, yaitu dengan mengedepankan pembangunan brand.

Terbukti bahwa tidak hanya brand internasional saja yang bisa sukses dari hasil jerih payah mereka membangun brand, tetapi brand lokal pun demikian. Sebut saja Cap Bintang Toedjoe dan Nyonya Meneer. Apa sebenarnya langkah pembangunan brand yang penting dan apa saja salah kaprah nya proses branding, silakan baca ulasannya berikut ini.

Di mana peran brand dalam perkembangan bisnis Anda?


Dalam “mendeliver” produk Anda kepada customer, dapat dilakukan 2 cara yaitu Push dan Pull. Aktivitas yang selama ini menjadi fokus bisnis konvensional hanya pada aktivitas Push, di mana biasanya para pemilik bisnis “mendorong” produk mereka kepada para konsumen. Contohnya adalah aktivitas mendistribusikan produk ke sebanyak mungkin toko-toko atau menciptakan sebanyak mungkin tenaga penjual untuk “menjajakan” produk Anda.

Tetapi di luar dari hal-hal tersebut, seringkali perusahaan konvensional tidak memikirkan langkah Pull yang melengkapi kekurangan langkah Push, yaitu langkah untuk “menggarap” para konsumen itu sendiri.

Kondisi pasar sekarang ini penuh dengan persaingan antar para pemain bisnis, hal inilah yang menjadi pemicu pengembangan strategi Pull, dimana produsen langsung memberikan informasi dan berkomunikasi kepada para konsumen, sehingga keputusan pembelian ada di tangan mereka sendiri (tidak lagi di tangan tenaga penjual seperti masa konvensional dulu).

Aktivitas yang memberi efek Pull, di mana konsumen sendirilah yang mencari produk adalah aktivitas pembangunan brand, di mana konsumen tidak hanya mengetahui, tetapi juga mengenal dengan baik, atau bahkan mencintai brand tersebut.

Berikut merupakan salah kaprah yang seringkali terjadi dalam pemahaman sebuah konsep pembangunan brand :

Brand adalah merk dagang
Salah satu aktivitas rutin yang sering saya lakukan adalah dengan mendamping para Brand Associate kami untuk melakukan perkenalan corporate kepada para calon klien. Berbagai karakter orang yang kami temui, dari mulai para staff, manager, profesional hingga pemilik bisnisnya sendiri. Begitu banyak kesalahan persepsi yang mereka miliki mengenai sebuah brand. Dan hampir sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa brand adalah merk dagang.

Brand yang berasal dari bahasa Inggris, memang kalau diterjemahkan adalah merk. Tetapi pengertian brand bukanlah sekedar merk/nama sebuah produk, melainkan sekumpulan nilai yang melekat pada produk tersebut.

Brand dibentuk dari begitu banyak elemen yang ada, seperti persepsi konsumen terhadap produk, keindahan desain packaging nya, wangi/rasa produknya, pelayan yang menjualnya, dll. Brand terlalu kompleks untuk disebut sebagai sebuah merk dagang.

“Ah.. kita mah belum perlu yang seperti ini… Hanya perusahaan besar yah kayaknya yang perlu gini-gini.”
Persepsi bahwa brand hanya perlu dibangun oleh perusahaan besar merupakan kesalahan terbesar ke-2. Karena perusahaan kecil bisa besar, dikarenakan adanya usaha untuk membesarkan sebuah brand. Singkat kata coba tanyakan hal ini kepada diri Anda sendiri : “Apa yang membuat Anda menilai sebuah produk/perusahaan adalah sesuatu yang besar?” Yup! Jawabannya adalah keterkenalannya. Kalau produk/perusahaan tersebut terkenal, pasti Anda akan memiliki persepsi bahwa produk/perusahaan tersebut lebih besar dibanding pesaingnya yang bahkan belum pernah kedengaran namanya. Jadi apakah Anda masih berpikir-pikir untuk membangun brand Anda mulai dari sekarang?

“wah kita udah terkenal nih mbak, ga perlu dibranding lagi!”
Branding adalah sebuah proses, bukan sebuah tujuan. Jadi seperti nya tidak ada kata berhenti untuk melakukan proses branding. Apakah Anda pernah melihat Unilever menghentikan aktivitas branding mereka? Tahapan aktivitas pembangunan brand dapat dilihat di bagan di bawah ini, di mana tahap pembangunan setelah brand tersebut mature/sukses adalah dengan memaintain/mempertahankan eksistensi brand tersebut, serta melakukan inovasi agar para konsumennya tetap loyal dan tidak meninggalkan brand tersebut.












“Kita mah jualnya ke distributor, nga ke konsumen langsung, jadi kayaknya ga perlu branding deh!”

Banyak orang yang beranggapan bahwa pembangunan brand hanya diperlukan oleh industri B2C saja. Hal ini tidaklah benar, karena industri B2B juga membutuhkannya. Salah satu contohnya adalah kasus Intel, walaupun Intel merupakan bisnis B2B, Intel terus melakukan aktivitas pembangunan brand. Hanya saja strategi pembangunan brandnya yang berbeda antara B2B dan B2C, di mana untuk B2B tidak hanya 1 jalur saja yang digunakan, tetapi dengan strategi multi-phase. Butuh tidaknya pembangunan brand tidak ditentukan dari apakah perusahaan tersebut B2B atau B2C, tetapi selama masih ada pesaing, butuh dilakukan aktivitas pembangunan brand, agar mempengaruhi konsumen untuk lebih memilih produk kita.

Tidak adanya pesaing juga tidak dapat diartikan dalam posisi aman, karena di tengah pertumbuhan bisnis yang kian “liar”, pesaing bisa muncul kapan saja, dan bisa saja saat itu Anda sudah terlambat membangun brand. Jadi bisa Anda simpulkan sendiri kan kapan Anda perlu mulai membangun brand Anda!

“Oh.. branding tuh yang kayak masang-masang iklan itu yahhh..”

Banyak masyarakat yang beranggapan bahwa branding adalah advertising, atau branding adalah pasang iklan. Salah kaprah ini begitu besar, sehingga membuat para pelaku bisnis begitu saja melupakan pentingnya pembangunan brand. Branding tidak sama dengan memasang iklan. Memasang iklan adalah salah satu cara membangun brand, jadi tidak selalu aktivitas membangun brand itu adalah memasang iklan. Aktivitas lain seperti brand activation atau event juga merupakan aktivitas pembangunan brand, atau mengadakan talkshow dengan para konsumen, membuka account Facebook untuk produk kita, mencantumkan nama perusahaan kita menjadi signature di email kita, memakai kaos berlogo toko kita atau membujuk tetangga untuk membeli produk kita juga adalah aktivitas branding.

Jadi dalam melakukan aktivitas branding, jangan asal melakukan, atau asal pasang iklan karena orang marketing majalahnya udah nelponin terus. Buatlah sebuah perencanaan aktivitas sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan tentu saja sesuaikan dengan karakteristik produk dan budget Anda.

“wah kita ga ada dananya nih buat yang seperti ini”

Begitu banyak asumsi bahwa kegiatan branding adalah kegiatan yang butuh banyak biaya. Hal ini adalah salah. Program pembangunan brand dapat disesuaikan dengan berapapun budget yang Anda miliki. Sekalipun Anda tidak memiliki budget, Anda tetap bisa memanfaatkan source yang Anda miliki sendiri untuk memulai melakukan aktivitas pembangunan brand. Contohnya adalah WOM, aktivitas word of mouth tidak butuh biaya. Yang terpenting bukan biayanya, tetapi perencanaannya dan pelaksanaannya. Tentu saja besarnya biaya akan berimpact pada sejauh mana aktivitas Anda memberi dampak. Misalnya saja pemilihan media televisi dikatakan memakan biaya yang sangat besar, tetapi juga efeknya pun tidak main-main. Jadi Anda bisa menetapkan skala yang ingin Anda capai seperti apa, begitu pula alokasi pembiayaannya.

Sekarang ini strategi pembagunan brand melalui internet merupakan solusi bagi Anda yang memiliki pembiayaan terbatas. Bagi Anda yang sekarang ini telah melakukan berbagai aktivitas offline juga perlu melakukan aktivitas pembangunan brand di dunia online. Karena internet merupakan sebuah dimensi baru kehidupan manusia. Itulah mengapa di beberapa tahun terakhir ini, kami selalu menjadikan online strategies bagi klien-klien kami sebagai prioritas aktivitas pembangunan brand.

Semoga setelah membaca beberapa penjelasan di atas, Anda tidak lagi salah kaprah ya mengenai pentingnya pembangunan brand! Dan seperti 3 Mul yang sering diomongin orang :
  • Mulailah dari hal kecil (tidak perlu aktivitas berbudget besar jika kondisi keuangan Anda belum mampu)
  • Mulai dari sekarang
  • dan Mulailah dari diri sendiri (dari brand Anda tentunya!)

No comments: