“Pokoknya kita mau promosi yang segencar mungkin sehingga semua orang tau bahwa produk kita unggul, urusan sustain ke depannya nanti saja kita bicarakan karena sudah sangat tight waktunya”. Sepenggal kalimat yang dilontarkan calon klien pada meeting pagi ini.
Dalam hati saya, enak bener yah jadi agency klien ini, objektifnya mudah amat, pasang iklan dan awareness jangka pendek serta menggunakan media nasional yang sangat terkenal, jika bukan karena idealisme dan integritas sudah gua yes Bos in ajah nih, susun rencana semasive mungkin, ajukan fee yang gede dan done.
Lanjut lagi, saya kemudian menimpali komentar calon klien saya tersebut “Pak, mencapai awareness apalagi di media besar seperti yang bapak utarakan buat kami jelas bukan perkara sulit, apalagi kami punya cukup banyak experience di bidang ini, hanya saja apakah bapak mau bertanggung jawab jika setelah iklan beres ternyata dampaknya hanya orang tahu (oh brand A) tapi mereka tidak tertarik untuk investasi di tempat bapak karena ternyata setelah melihat websitenya “kok jelek yah dan tidak informative”, ketika mencari di search engine kok tidak ketemu” atau ketika melakukan in coming call “kok customer servicenya ga ngerti product yah?”, apakah bapak mau seperti itu?” Tanya saya kembali.
Yah seperti dugaan saya, meskin menyadari si Bpk ini tetap saj seolah-olah apa yang dia pikirkan adalah yang terbaik, “yah pokoknya siapkan saja mas, mana biayanya dan secepatnya di eksekusi” buset dah. Yah sudah, akhirnya daripada kehilangn project, sebagai partner saya harus coba mengakali strategi yang akan dieksekusi ini, karena biar bagaimanapun juga, saya yakin betul pemilik perusahaan ini akan melihat dari perspektif yang berbeda (hopelly of course).
Sometimes dibeberapa kesempatan presentasi saya masih sering menjumpai tipikal karyawan seperti ini padahal embel-embel jabatan rata-rata cukup mentereng, mulai dari marketing director, business director dan lainnya. Yah tentu sikap seperti ini juga kadang kala sangat biasa terjadi khususnya bila yang bersangkutan (apakah itu marketing director, promotion, business deveploment dll) punya tanggung jawab langsung terhadap penjualan perusahaan, alih-alih memikirkan target menengah dan jangka panjang, mereka tentu akan lebih suka memikirkan bagaimana 1,2 atau 3 bulan lagi, karena nasib dan performa kerja mereka ditentukan oleh hasil penjualan pada ketiga bulan tersebut (apalagi dibekali dana promo yang besar).
Lalu bagaimana seharusnya. Yah tentu tidak ada formula khusus sejauh pemahaman terhadap brand, marketing dan sales bisa sejalan, kuncinya hanya ketiga hal tersebut, dengan memahami brand, marketing dan sales, perusahaan dapat menempatkan sebuah goal pada porsi yang jelas dan terukur tentunya, dan juga dengan memahami ketiga hal tersebut, perusahaan dapat membangun tim yang jauh kuat dalam mencapai tujuan jangka pendek, menengah dan pajang.
Halaa, curhat colongan banget yah, mungkin monggo jika ada yang mau komentos dan kritikos?. Salam sukses.
(Sumber gambar: www.marieclare.com)
(Sumber gambar: www.marieclare.com)
1 comment:
Wah, setuju banget niiii....
Sometimes di perusahaan (keluarga biasanya) ada paradigma dimana bukan orang (person) yang dimasukan ke dalam struktur, tapi ada posisi yang dibuat untuk "memasukan" orang tersebut kedalam struktur.
Kalo emang orang nya kompeten si mungkin ga ada masalah yaaaa....
Tapi kalo orang nya ga kompeten emang sering nya malah bikin repot, cuma dia punya power kuat untuk membuat keputusan...
Nah, kalo udah gini... ya kita2 yang jadi bawahannya yang harus pinter2 ngakalin... heheheheee...
kok jadi saya yang curhat ya?
Post a Comment