Dec 9, 2008

OBJECTIVES, GOALS
BUAT SESEMPURNA MUNGKIN YUK!


Entah karena saya masih tergolong “orang baru” atau karena saya tidak terbiasa, tapi saya terkadang ‘panik’ jika klien atau calon klien bertanya pada saya mengenai apa sasaran atau tujuan atau target dari program-program yang saya ajukan. Tentunya yang secara riil ya, bukan yang hanya sebatas meningkatkan brand awareness, meningkatkan penjualan, membentuk brand loyalty, dan sebagainya. Belum lagi jika mereka bertanya bagaimana saya bisa membuat program-program dan menetapkan tujuan atau target atau sasaran yang diajukan. Hah? Dulu kadang rasanya saya ingin memaki dri sendiri karena tidak menyiapkan diri untuk pertanyaan-pertanyaan seperti itu atau kenapa saya tidak menyiapkan ajuan yang tidak akan menimbulkan pertanyaan seperti itu. Namun dengan proses belajar dan gemblengan dari para senior serta bos saya, sekarang saya tidak pernah takut menghadapi pertanyaan-peretanyaan seputar itu.

Saya jadi terbiasa menyiapkan ajuan sejelas mungkin, baik itu sasaran atau tujuan atau target yang hendak dicapai dari program-program yang saya buat. Selain itu dalam membuat program dan memikirkan tujuan/ sasaran/ target, saya biasanya memikirkan dahulu hal-hal di bawah ini:

1. Masuk Akal
Kita bisa saja membuat sasaran atau tujuan setinggi atau sebagus mungkin, tapi apakah semua itu bisa diwujudkan? Itu menjadi pertanyaan besar yang harus dipecahkan terlebih dahulu oleh setiap penyusun. Kita bisa bicara mengenai sasaran menguasai jalur distribusi di seluruh Indonesia, tapi apakah mungkin jika produksi maksimal mesin yang kita miliki di pabrik tidak mampu memenuhi permintaan barang dalam kuantity sebesar itu? Tidak kan? Maka dari itu sebaiknya sasaran atau tujuan diturunkan ke ‘level’ yang lebih bawah dari itu, misalnya cukup dengan menguasai jalur distribusi di pulau Jawa.

Ini sama sekali bukan berarti bahwa kita tidak boleh bermimpi setinggi mungkin, tapi membuat sasaran atau tujuan yang masuk akal akan membuat kita terhindar dari kekecewaan yang lebih besar saat semua itu tidak dapat tercapai. Tidak tercapai bukan karena kita tidak mampu, tapi karena situasinya tidak memungkinkan, seperti keterbatasan SDM, teknologi, dan sebagainya. Yah gampangnya nih ya, kalau cuma punya uang lima juta, ya jangan pengen bisa liburan keliling Eropa! Keliling Jawa Barat aja cukup kan?

Produk local seperti Teh Bintang Sobo misalnya, bisa saja merebut pasar Teh Botol Sosro secara mutlak. Sungguh bukan hal yang tidak mungkin dalam dunia bisnis. Namun menjadi hal yang tidak mungkin jika target tersebut di rencanakan dapat tercapai hanya dalam kurun waktu 5 tahun misalnya dengan fundamental perusahaan yang tidak sekompetitif Teh Botol Sosro. Semua butuh proses, tapi pikirkan perjalanan proses yang masuk akal. Masuk akal untuk diharapkan, masuk akal untuk dijalankan dan masuk aka untuk dicapai.

2. Dimulai Dari yang Kecil
Setiap owner pasti menginginkan hasil yang besar, tujuan dan sasaran yang besar. ‘My Big Dream’ kalau para owner istilahkan. Ada salah satu klien saya yang mempunyai big dream bahwa produknya harus menguasai seluruh kota besar di Indonesia. Sekarang mari kita lihat hal-hal apa yang harus dilakukan sebelum big dream itu dapat terwujud. Sebelum perusahaan dapat menguasai seluruh kota besar di Indonesia, itu berarti distribusi produk harus menjangkau seluruh kota besar tersebut.

Distribusi di seluruh kota besar dapat dilakukan dengan meningkatkan kerjasama dengan para distributor yang ‘berkuasa’ di masing-masing daerah. Kerjasama dengan para distributor tersebut bisa didapatkan dengan memberikan penawaran yang menguntungkan bagi mereka. Penawaran yang menguntungkan dapat diberikan dengan menggunakan SDM yang mengerti benar mengenai perhitungannya. SDM sehandal itu didapatkan melalui training yang bagus dari tim mamgemen. Begitu seterusnya diruntut sampai ke hal terkecil.

Yah tidak ada sesuatu yang besar tanpa didukung oleh sesuatu yang lebih kecil kan. Semua itu justru akan membuat yang besar itu jauh lebih mudah untuk dicapai jika yang kecil-kecil tersebut mendukung keberhasilannya. Jadi, jangan pernah berpikir hanya sebatas mimpi besar saja, tapi pikirkan juga pritilan-printilannya ya! 

3. Bertahap
Tidak ada yang instan di dunia ini. Bayi saja harus melewati proses perkembangan selama 9 bulan untuk bisa lahir ke dunia. Begitupun dengan dunia bisnis. Segala sesuatu yang ingin dicapai tidak mungkin bisa sesederhana itu terwujud. Semua membutuhkan proses dan tahapan. Saking kreatifnya, strategic planner biasanya mempunyai banyaaak sekali plan-plan yang hendak dijalankan perusahaan. Mungkin semuanya masuk akal untuk dilakukan, namun tetap saja bahwa semua itu tidak mungkin bisa dilakukan sekaligus secara bersamaan. Perusahaan harus memilah-milah sejak awal program mana yang harus didahulukan atau program mana yang memang harus pertama dijalankan sebelum program-program lainnya. Jangan sampai karena ingin lekas selesai atau terlalu bersemangat, semua dijalankan tanpa memikirkan kesanggupan SDM, dan yang lainnya.

Mengambil contoh yang pernah saya singgung sebelumnya, tidak mungkin dapat menguasai distribusi tanpa menambah mesin di pabrik dan memaksimalkan produksi produk. Semua tahapan harus dipahami dengan baik oleh semua pihak yang terlibat dan dijalankan sesuai dengan tahapannya. Jangan tergesa-gesa, jangan gegabah. Sabar kali yaaa! Heheee…

4. Pesona Angka
Angka-angka-angka…Ah mana mungkin angka tidak menjadi pesona yang melenakan bagi para owner, apalagi jika angka tersebut dijawantahkan dalam kenaikan omset dan profit yang tinggi! Uh, pasti mata owner berbinar-binar melihatnya! Minggu lalu bos saya menemani salah seorang klien kami bertemu dengan konsultan yang bergerak di bidang system produksi. Beliau bercerita bahwa dia sangat terkesan dengan cara konsultan itu berpresentasi. Bukan dari cara dia berkomunikasi atau menguasai materi, tapi dari kepedeannya memberikan angka sebagai target dari kerja yang dia lakukan. Ia mengatakan bahwa setelah bekerjasama dengan perusahaan konsultan yang dia kelola, perusahaan kliennya mampu meningkatkan omset penjualan sebesar 20% dari omset biasanya. Terlepas dari dia hanya membual atau bersungguh-sungguh (Hehee!), tapi bos saya bilang hal seperti langsung memberikan ketertarikan yang lebih dari klien kami tersebut (dan bos saya juga sebenarnya! Hehee! ;p ).

Memang tidak semua hal bisa diukur dengan angka yang pasti, namun jika masih memungkinkan untuk keluar angka, sebaiknya keluarkan! Angka akan lebih mudah diukur dan dilihat keberhasilan atau kegagalannya. Owner, yang notabene mempunyai banyak focus pikiran, juga pasti akan lebih mudah membayangkan sasaran atau tujuan yang akan dicapai jika pengukurannya diterjemahkan dalam angka.


3 comments:

Anonymous said...

Bagaimana menetapkan sasaran kerja selain divisi marketing? misalnya customer service?

thanks

Anonymous said...

saya sangat tertarik. tapi ada yang mengganjal mengenai angka. bagaimana cara menghitung angka-angka tersebut?? pakai metode apa gitu?? dan bagaimana cara hitungannya??

thnx

Anonymous said...

yah, segala sesuatunya memang dimulai dari proses untuk sebuah pembelajaran.