Tiba-tiba beberapa hari kemudian mulailah bertebaran di berbagai social media seperti twitter, whatsapp, path, blog dan social media lainnya rangkuman "tata bahasa" yang digunakan Vicky ketika wawancara yang waktu itu dilakukan di C&R, isinya seperti ini:
"Di usiaku saat ini .. ee .. ya twenty nine MY AGE ya ..Tapi aku tetap masih merindukan apresiasi karena .. basically aku seneng .. seneng musik walaupun KONTROVERSI HATI Aku lebih menyudutkan kepada KONSPIRASI KEMAKMURAN yang kita pilih ..."Nggak ..kita .. kita belajar .. apa ya HARMONISASI dari hal terkecil sampai terbesar.. Kupikir kita nggak boleh ego terhadap satu kepentingan dan KUDETA apa yang kita menjadi keinginan yaa."Dengan adanya hubungan ini bukan MEMPERTAKUT, bukan MEMPERSURAM STATUSISASI KEMAKMURAN keluarga dia gitu .. tapi menjadi CONFIDENT, tapi .. kita harus bisa MENSIASATI KECERDASAN itu untuk LABIL EKONOMI kita tetap lebih baik ... dan aku sangat bangga." (Sumber internet)
Lebih eudan lagi mulai dari pakar tata bahasa sampai kamus bahasa Indonesia kata-kata di atas muncul di dunia online lewat berbagai media seperti blog dan social media itu sendiri tentu. Belom lagi kemudian berimbas pada traffic di youtube yang sudah melebihi 1.5 juta viewer hanya untuk nonton cuplikan wawancara Vicky dan C&R, 3.39 juta pencarian kata "kontroversi hati" dan 231.000 "konspirasi kemakmuran" di google (sumber #beritagar), sadisss. Sampai-sampai penulis blog terkenal seperti Yuswohady dan sayapun "harus" nulis soal Vicky ini, terlalu hebat untuk dilewatkan haha (narsis mode on).
Ada apa ini? Mengapa Vickynisasi ini menjadi sangat viral, sampai follower twitter akunnya @VickyPrasetyo_ (yg saya yakin ini bukan Vicky Asli) mencapai 34 ribu hanya dalam beberapa hari saja. Padahal pake buzzer ajah ga akan secepat ini pertumbuhannya haha, dan bayarnya cukup mahal lagi wkwk. Coba yuk kita lihat dari sudut pandang marketing bagaimana Vickynisasi ini bisa menjadi viral khususnya melalui online channel dan kemudian spreading ke offline channel.
1. Kontroversi Always Sell (Tata Bahsa Vicky)
Yah sesuatu yang sifatnya kontroversi biasanya selalu menarik untuk dibagikan dan dijadikan bahan permbicaraan, ga percaya? coba saja Anda buat video youtube nyanyi dan main gitar sambil sambil bugil, ga akan butuh waktu lama Anda akan terkenal dan menyebar di dunia online untuk kemudian menunggu waktu polisi datang mengetuk rumah Anda (hehe becanda). Contoh nih, Agung Hercules, kontroversi ga tuh nyanyi pake Barbel sehingga kemudian kontoversi ini menciptakan "conversation" yang menjadi santapan di warga online.
Brand bisa memanfaatkan "kontroversi" sebagai konten dari campaignnya untuk bisa membangun awareness yang besar namun dibuat harus dengan sangat hati-hati karena namanya juga kontroversi, bisa-bisa apa yang ada campaignkan malah berbalik menyerang brand Anda. Jadi? Yah jadi kalo brand Anda ingin tampil dengan sesuatu yang kontroversi pastikan Anda sudah siap mengelolah dan siap dengan konsekuensi yang mungkin saja terjadi.
2. Power of Social Media
Social media khususnya saat ini betul-betul sangat powerfull dalam membuat penyebaran sebuah kasus atau berita dan biasanya tanpa terkendali, mengapa? Yah siapa saja bisa menyebarkan, siapa saja bisa membuat dan bahkan menambahkan berita atau kasus yang menurut mereka "layak sebar" dan jangan tanya kecepatakan nyebarnya, hitungan detik coi, satu gambar meme yang muncul di group Whatsapp dalam hitungan detik bisa bertebaran ke whatsapp, line, kakao, wechat dan bb group lain yang juga kita bergabung di dalamnya.
Bagi brand ini adalah peluang untuk membangun brand dengan biaya jauh lebih murah pada dasarnya melalui channel social media ini, coba lihat video seperti Blentech, dengan biaya yang relatif lebih murah brand ini bisa meningkatkan penjualan mencapai 700 persen melalui YouTube atau yang paling deket deh Khong Guan, ini brand bisa dikatakan asik banget mendapatkan "jatah" iklan gratis yang luar biasa akhir2 ini dengan seringnya dijadikan becandaan kalengnya di dunia online, tidak tahu impact negatif atau positive tapi dari sisi awareness setidaknya Khong Guan ga perlu keluar biaya gede.
Tapi tadi saya ingatkan kembali, media social khususnya bukanlah media yang bisa dengan mudah di kontrol oleh brand selaykanya media konvensional seperti koran, jaman dulu sebelum ada sosmed, orang paling-paling kalo komplain kirim ke koran dan mungkin bisa masuk surat pembaca, sekarang? Wah sudah sadis konsumen sekarang, delay pesawat sebentar ajah sudah langsung "ngetweet" dan sebut brand lagi, atau makan di resto dengan pelayanan yang tidak enak lansung ngetweet "Pelayanan cafe A Sucks, ga rekomen deh dateng ke sini" gawat khan.
3. What's Next
Nah ini yang penting dipertanyakan ketika keheboan muncul dengan sengaja atau tidak disengaja khususnya di social media, apa selanjutnya? kalo kemudian what's nextnya masuk penjara yang saya yakin ngapain juga jadi tenar dan muncul di berbagai media (saya rasa ini tentu bukan ekspektasi dari vicky pada awal).
Brand juga demikian, katakanlah sebuah brand mampu menciptakan wom yang sangat viral, menjadi bahan pembicaraan entah ini karena alami terjadi atau sengaja di scenario oleh sebuah brand, apa yang kemudian bisa menjadi manfaat untuk brand tersebut? Awareness kah? Perceived Quality kah atau bahkan ada impact sampai ke penjualan?
Yah kunci pentingnya adalah PENGUKURAN mengenai dampak setelah brand menjadi perbincangan di rana online, contoh seperti Es Krim Magnum bbrp tahun lalu sempat heboh di rana online, banyak sekali yang mengganti profile picnya dgn eskrim magnum dan kemudian juga produknya jadi heboh karena sulit sekali di cari, secara impact awareness bisa dikatakan sangat luar biasa, penjualan (ga ada datanya saya hehe)?
Kisah Sticker yg Membuat Mama Membeli Mesin Cuci
8 Tips Melakukan Konversi (Jualan) di Website
Tongkat Narsis, Bu Ani Ajah Ikut Eksis
Aceh, Uda Gembul dan Going Global
Creasionbrand I Creative Sales & Brand Partner
No comments:
Post a Comment