Sabang merupakan tempat nongkrong favorit saya jika sedang berada di jakarta, bukan tanpa alasan tentunya, hal ini lebih kerena klien saya kantornya di dekat jalan ini sehingga jalan sabang merupakan alternatif yang paling tepat. Nah, bicara di jalan sabang ini, ada satu tempat nongkrong paling favorit yang hampir setiap saat saya datangi ketika menunggu waktu rapat ataupun sedang membuat janji dengan beberapa rekan untuk sekedar bertemu dan kong kow bareng yaitu Coffe Shop Sabang 16.
Loh kok Sabang 16, padahal ada beberapa tempat yang lebih terkenal juga di jalan sabang ini seperti Kopi Tiam Oey dan Bangi Kopi Tiam? Hehe kalo bicara nyaman, saya rasa semua tempat memberikan kenyamanan (acc, colokan listrik dan Wifi, ini defini nyaman saya yah), tapi ada 1 hal yang tidak dijual di semua tempat (atau mungkin saya tidak pernah liat ajah) yaitu Indomie Goreng/ Rebus. Penting yah? Oh penting banget kalo buat saya sih haha, selain kesempatan makan makanan kegemaran, sekaligus bisa hemat uang makan, padahal sih kalo dipikir2 ga murah juga harga 13 ribuan untuk versi singel dengan bakso dan telur mata sapi.
Dalam marketing, walaupun mudah sekali ditiru (jual indomie di cafe) ini kita namakan differensiasi brand, Sesuatu yang membuat brand kita berbeda dengan tempat lainnya, dan uniknya membuat perbedaan ini kadang tidak butuh effort besar seperti halnya menyediakan Indomie Goreng/ Rebus. Yah tentu saya yakin ini bukan differensiasi yang Sabang 16 inginkan (kok differensiasi indomie haha), tapi dalam benak saya inilah faktor differensiasi yang sangat penting yang membuat saya memutuskan untuk selalu mampir di sana hehe.
Differensiasi adalah hal mutlak untuk setiap brand yang ingin memenangkan hati dan dompet konsumen, dan repotnya makin ke sini, membuat differensiasi yang powerfull bukanlah perkara mudah, satu konsumen seperti saya yang suka dengan Indomie belom tentu pontesi market kemudian bagus dan differensiasi tersebut cukup powerfull untuk menangkan kompetisi cafe di jalan sabang, buktinya tempat lain seperti kopi Tiam Oey sekilas mata tetap jauh lebih ramai dengan"differensiasi" nya sendiri, sehingga perlu sekali ketika menetapkan differensiasi apa yang ingin dibangun dan di"janjikan" serta di realisasikan ke konsumen, kita harus memperhatikan beberapa hal di bawah:
1. Besarnya pasar
Secara sederhana, pertanyaan berapa besar nih omset yang bisa kita dapet kalo kita membangun differensiasi dengan "Indomie?" cukup besar kha? Menguntungkan kha? Pilu "l ataihan dalam menggarap konsumen yang "lebih banyak" tapi bayar lebih sedikit atau "lebih sedikit" tapi bayar lebih banyak juga perlu dipertimbangkan dengan matang karena punya dampak dan strategi yang berbeda untuk menggarap masing-masing konsumen tersebut.
2. Differensiasi Competitor
Pelajari juga dengan seksama apa yang menjadi differensiasi dari kompetitor di sekitar kita? Berapa harga yang mereka tetapkan, apa sajah varian yang mereka jual dan bagaimana mereka memberikan layanan kepada konsumen mereka. Caranya yang paling sederhana tentu lakukan saja on Spot surveyaga, perhatikan apa yang sering dibeli oleh konsumen mereka, ngapain ajah konsumennya di sana, bagaimana profile konsumennya, apa yang dibicarakan oleh orang di social media mengenai kompetitor Anda tersebut sampai coba kalo bisa interview konsumen yang berkunjung ke sana.
3. Keinginan Pelanggan
Perhatikan juga apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen ketika datang ke sebuah lokasi untuk berbagai keperluan, hal-hal sederhana seperti Wifi, Colokan listrik dan situasi yang nyaman mungkin sekali sudah menjadi standart "yg diharapkan" jadi tempat Andapun harus menyediakan hal tersebut dan perlu dicatat itu bukan differensiasi tapi sebuah keharusan yang diharapkan oleh pelanggan, dan hal ini tentu saya tidak akan menjadi faktor penentu ketika pesaing pun melakukan hal yang sama.
4. Kapasitas internal perusahaan
Dibeberapa starbucks misalnya saya lihat mereka menyediakan laptop untuk bisa digunakan oleh konsumen mereka, pun demikian dengan Mc Donald, kita bisa mendapatkan PC yang sudah siap diakses internetnya sehingga tidak perlu repot membawa laptop atau PC, nah kemudian Anda ini ingin Anda terapkan di Cafe Anda yang cuma kapasitas 20 kursi misalnya, yah tentu saya hal ini menjadi sangat tidak efektif bahkan jadi cost yang besar buat cafe Anda, atau kompetitor jualan Nasi Goreng Mozarella dgn jumlah kapasitas kurni 100, Anda ingin ikut2an jualan hanya dgn jumlah kursi kapasitas 20? Balik modal ajah udah bagus tuh hehe, jadi dalam hal ini kapasitas internal baik itu dari sisi competency dan modal juga harus diperhatikan.
Nah setelah ke empat hal di atas kita pelajari barulah kita coba bangun differensiasi yang dapat membuat Brand kita memenamgkan hati dan dompet konsumen. Ok pertanyaan selanjutnya, differensiasi apa ajah yang bisa dibangun untuk brand kita bisa memenangkan hati dan dompet konsumen?
Ada beberapa pendekatan yang bisa digunakan dalam membangun differensiasi bagi brand kita, tapi ingat harus berdasarkan insight yang mengacuh pada 4 hal di atas tentunya (company, customer, competitor dan Change). Coba yuk kita bahas secara singkat sebagai guideline ajah.
1. Dari sisi Produk
Differensasi bisa dibangun dari sisi produk, misalnya Indomie tadi, ketika semua menjual berbagai macam variasi produk yang secara cost akan memberatkan kita sebagai pemilik cafe, nah kita melihat celah di mana kompetitor kita tidak memiliki sebuah produk yang secara market cukup besar, misalnya jualan Indomie.
Atau seperti Kopi Tiam Oey yang memang terkenal karena menjual makanan-makanan khas Nusantara seperti Gado2 Bonbin, Lontong Sayur, Nasi Tim dll sehingga kita sebagai konsumen ga perlu jauh-jauh ke tempat makan khan tersebut karena bisa dinikmati di Kopi Tiam Oey.
2. Dari sisi Harga
Ketika semua menjual dengan rata-rata harga di atas 25 ribu untuk main course, Cafe Anda muncul dengan produk yang memiliki range harga hanya 15-25 ribu untuk makanan utama yang disajikan, tentu saja makanannya berbeda, tapi tidak berarti lebih murah marginnya lebih rendah toh?
"Rasa Bintang Lima Harga Kaki Lima" pernah dengar tagline ini? Yah ini Tagline D'Cost, restaurant yang bisa terbilang bagus dengan mengusung konsep gedung sendiri atau berada di Mall tapi dengan harga produk yang murah meria. Nah dari sini terlihat sangat jelas bahwa D Cost membangun differensiasi brandnya melalui harga murah tapi kualitas bintang lima (hmm mungkin maksudnya kualitas bintang lima ini dari standart WC nya kali yah hehe bukan dari sisi makanannya hehe).
3. Dari sisi Promosi
Kalo produk ga bisa dijadikan differensiasi, harga juga udah mentok yang coba mainkan differensiasi dari sisi promosi misal Free Teh Manis setiap rabu atau makan berdua discount 10 persen atau everyday is discount day (yah tentu biaya sudah Anda perhitungkan dan margin juga sudah sesuai harapan) jadi nanti dari sini terbangun differensiasi kalo mau murah, nyaman dan enak yah di Cafe A.
4. Dari sisi People
Misal nih, cafe mu rekruitnya pelayan-pelayan yang caukep dan cantiik plus rama, penuh senyum dan bersahaja lagi, nah bakal rame cafe mu, nanti akan dikenal dengan cafe Gaul dan rama dan asik banget, mungkin dari sisi cost akan lebih tinggi namun ini bisa diimbangin dengan margin jualan yang juga cukup baik.
Anda pernah pergi ke Daiso? Toko kelontongan di mall yang menjual berbagai barang dengan harga seragam? nah coba lihat bagaimana pelayan mereka kita Anda masuk ke tokonya, semua teriak (dalam bahasa jepang), yan setidaknya ini akan menjadi bahan pembicaraan "Eh lucu deh di cafe itu, tiap kita masuk ke sana pegawainya langsung joget dan menyapa kita dengan gembira", mau itu produkmu standart, harga sama ajah dengan kompetitor tapi setidaknya punya differensiasi dibandingkan pesaing, betul ga?
4 pendekatan differensiasi di atas lebih menjurus pada differensiasi dari sisi Content (what to offer), ada juga pendekatan dari sisi Context (how t offer), kita akan bahas lain waktu. Nah demikian bahasan soal Differensiasi yang bisa saya sharing kali ini, semoga bahasan singkat ini memberikan sedikit (yah dikit ajah saya udah bersyukur kok hehe) inpirasi bagi kita dan bisa dimplementasikan jika kita memiliki bisnis ataupun sedang handling Brand. Salam Creative Sales.
Brown & Cony: Is it love?
Kisah Sticker yg Membuat Mama Membeli Mesin Cuci
8 Tips Melakukan Konversi (Jualan) di Website
Tongkat Narsis, Bu Ani Ajah Ikut Eksis
Aceh, Uda Gembul dan Going Global
Creasionbrand I Creative Sales & Brand Partner
Sumber gambar
http://www.cikopi.com/
1 comment:
Artikelnya banyak yang bagus tapi sayangnya kontennya banyak kesalahan ketik. Sayang banget kan artikel bagus tapi orang males baca karena banyak kesalahan pengetikan.
Post a Comment