Jul 6, 2011

Lionel Messi dan Dunia Kreatif



Akhir-akhir ini weekend jadi kurang seru karena liga-liga sepakbola dunia baru aja selesai. Sebagai gantinya, di sela-sela libur musim kompetisi ini kita disuguhi 3 kejuaraan yang cukup bergengsi, Euro Cup U21 yang melahirkan Spanyol sebagai juaranya, Gold Cup (dulu lebih tenar disebut Piala Concacaf) dengan juaranya Mexico, dan yang terakhir yaitu Copa America yang saat ini masih berjalan.

Copa America ini ibarat “Piala Eropa”nya untuk Amerika Latin. Tentunya kejuaraan ini jadi ajang bergengsi bagi negara-negara Amerika Latin untuk membuktikan diri sebagai yang terbaik. Bicara Amerika Latin, apalagi sepakbola, ya pasti ngga bisa jauh-jauh dari Brazil dan Argentina. Diantara negara-negara Amerika Latin lainnya, tentu 2 negara ini yang menjadi pusat perhatian pecinta sepakbola dunia. Terutama kemunculan sinar baru dari sosok seorang Neymar dari Brazil, dan “bocah ajaib” Argentina dengan predikat pemain terbaik dunia selama 2 tahun berturut-turut, yaitu Lionel Messi.

Masih segar diingatan juga bagaimana sepak terjang Messi di klubnya Barcelona yang mencukur Manchester United 3-1 di final Liga Champion lalu. Begitu supremasinya Barcelona, hingga tak jarang orang menyebut klub ini sebagai “dewa”nya permainan sepakbola. Permainan cantik melalui operan pendek dan efektivitas gerakan pemain-pemainnya yang lincah tak ayal lagi menjadi salah satu keunggulan yang sulit ditandingi.

Sebagai pemain di klub, Messi merupakan salah satu pemain yang paling lengkap prestasinya. Berbagai tropi sudah ia raih bersama Barcelona termasuk yang paling bergengsi adalah Piala Liga Champions dan gelar pemain terbaik dunia versi FIFA. Tapi prestasi ini berbeda ketika ia bermain untuk negaranya, Argentina.

Sinarnya meredup diantara kebesaran namanya di klub. Jangankan untuk meraih tropi, bergerak lincah dan mencetak gol saja sulit baginya ketika bermain untuk negaranya. Padahal kalau kita liat permainannya di klub, “bocah” ini ibarat dewa. Ibaratnya, sambil tutup mata juga dia bisa ngelewatin banyak orang dan mencetak gol. Kondisi ini memang bukan dialami Messi saja. Tak jarang pemain-pemain sepakbola lainnya yang juga meredup ketika ia pindah klub atau bermain dengan tim nasional negaranya.

Potensi Kreatif Dalam Dunia Kerja Kreatif
Bercermin dari permainan Messi yang cemerlang di klub tapi meredup di Timnas, saya terpikirkan akan kondisi yang sama ketika kita bicara tentang kerja kreatif, yaitu dunia kerja di mana kreativitas menjadi main core dari bisnis yang dijalani. Andaikan Messi adalah potensi kreatif dalam sebuah industri/ bisnis kreatif, tentu banyak pebisnis yang menginginkannya untuk berada dalam tim.

Kreativitas Messi dalam mengolah bola diibaratkan sebagai cara kerja seseorang yang punya pemikiran “out of the box”, selalu memberikan ide cemerlang di saat yang lain menemui kebuntuan ide; kecepatannya bergerak menandakan cara kerja yang cepat pula, tidak menunda-nunda pekerjaan; gerakannya yang luwes, lincah, dan meliu-liuk saat melewati pemain lawan diibaratkan sebagai pekerja yang dinamis, mengerti keindahan, dan menghargai proses kerja kreatif; kehebatannya dalam mencetak gol memberikan ia pengertian sebagai pekerja yang fokus, efektif dalam berpikir dan mengeksekusi.

Begitu lengkapnya potensi Messi dalam industri kreatif. Bayangkan jika Anda memiliki “pemain” seperti ini dalam bisnis Anda. Kemudahan koordinasi kemudian akan membawa perusahaan Anda pada keuntungan yang mengalir.

Tapi anehnya, saat berada di Timnas potensi Messi meredup. Seolah-olah segala kemampuannya menghilang, berbeda dengan saat ia di klub. Efektivitasnya hilang, penguasaannya terhadap bola tidak baik, pergerakannya yang lincah tidak lagi nampak. Messi dengan lingkungannya di Barcelona menjadi yang terbaik dan sulit dibendung oleh para pemain lawan. Sementara Messi di Timnas Argentina, sejauh ini, tak berbeda dengan pemain biasa dengan kemampuan cukup.

Padahal kita semua tahu, Timnas negara manapun merupakan kumpulan pemain terbaik dari tiap klub. Artinya, Messi didukung semua pemain-pemain hebat kan tapi kenapa ya kemampuannya ngga keluar?

Coba perhatikan Inggris. Kurang hebat apa mereka? Liganya paling ketat, pemain-pemainnya yang terbaik di tiap klub, tapi belum pernah lagi tuh mereka sejak juara Piala Dunia 1966 dulu. Masa-masa keemasan seperti saat Inggris masih punya pemain jenius dan top macam Bryan Robson, Gascoigne, Shearer, Beckham, Gerrard, sampai Rooney sekarang ini, jangankan juara, masuk final pun belum pernah lagi.

Apa yang menjadi perhatian utama di sini? Kalau Anda peka, yang saya maksudkan adalah lingkungan. Sebagaimana di lingkungan kerja lainnya, dalam sepakbola pun lingkungan sangat berpengaruh. Hal ini terbukti kan?! Terkadang memiliki orang hebat di posisinya masing-masing bukanlah sebuah jaminan untuk tim Anda.

Balik sejenak ke dunia kreatif. Pernahkah Anda melihat kantor Google? Ngga perlu datang ke kantornya, cukup googling aja kok. Lihatlah bagaimana suasana yang dibangun di kantor mereka, begitu fun, berwarna, dan sangat mendukung para karyawan dalam proses kerja kreatif. Hal ini juga bisa kita lihat di lingkungan kerja berbagai biro iklan ataupun biro desain ternama, ngga perlu sampai mendunia deh, di Indonesia juga keren-keren.

Selain sarana infrastruktur yang mendukung, lingkungan ini pun dipenuhi berbagai orang hebat. Hebat pemikirannya, hebat cara kerjanya, hebat desainnya, dan hebat-hebat lainnya yang kemudian melebur jadi satu lewat pemimpin dan kerja tim yang hebat, sehingga Google kini jadi “pemain besar” di dunia online.

Ada beberapa hal yang hilang dalam membangun suasana kerja yang baik terutama untuk menghasilkan kerjas maksimal di dunia kreatif, karena menurut saya dibutuhkan lebih dari sekadar skill atau experience dari setiap individu di dalamnya. Diantaranya adalah kesamaan visi setiap individu, lingkungan kerja nyaman dan kondusif, dan rasa saling percaya.

Tentang Dunia Kerja Kreatif
Bicara kesamaan visi, lingkungan kerja kondusif, dan rasa saling percaya, bolehlah kalau saya ambil Google sebagai contoh. Sederhananya, Larry page dan Sergey Brin –si pendiri Google ini- bisa sukses karena mereka berdua punya misi sama sejak mereka di bangku kuliah. Rasa saling percaya akhirnya terbangun dengan sendirinya meski perdebatan sering terjadi diantara mereka. Berangkat dari ide sederhana, yaitu bagaimana menyajikan berbagai informasi yang ada di internet dengan mudah, yaitu dengan hanya membuka 1 situs bank data, maka lahirlah Google. Sepak terjang Google pun semakin mengkilap ketika Eric E Schmidt, seorang mantan karyawan Sun Microsystems, bergabung dengan Larry dan Sergey. Hal ini menunjukkan kesamaan visi dan kepercayaan yang mereka bangun menjadi sesuatu kekuatan penting dalam berkarya.

Kondisi yang kondusif dan saling mendukung ini jadi modal kuat bagi mereka saat kemudian mereka mendirikan Googleplex (kantornya Google.Inc). Apa hebatnya Googleplex? Ngga terlalu bagus sih, cuma Majalah Fortune pernah menjuluki Googleplex sebagai tempat bekerja terbaik di AS pada tahun 2007. Suasana kekeluargaan, makanan gratis 3 kali sehari, lokasi perawatan bayi bagi ibu muda, lalu ada kursi pijat elektronis, dll. Tuh, ngga terlalu bagus kan?! *padahal ngiri :D

Okelah kalau membandingkan, ini semua kelihatannya berat karena Google kelasnya mendunia. Tapi semua mulanya sama kan?! Ada orang-orang yang punya visi sama untuk membuat sesuatu dan mereka mulai membuatnya dari 1 komputer di garasi rumah, persis ceritanya Steve Jobs yang juga mulai merakit Apple di garasi rumahnya.

Nah, intinya apa yang perlu sama-sama kita perhatikan adalah bagaimana potensi seseorang bisa dibangun hingga menjadikannya yang terbaik. Namun dalam prosesnya, potensi itu sendiri bisa menjadi lebih baik atau justru menjadi tenggelam, semua ini tergantung pada lingkungan yang pasti memengaruhinya setiap saat. Secara sederhana, berikut adalah simpulan dari bahasan kali ini.

1. Miliki visi yang sama (Good Vision)
Kalau kita janjian ketemuan dengan seseorang di suatu tempat, apa kita peduli jalan mereka ke tempat itu? Atau kita yakin bahwa apapun jalan yang diambil, pasti kita akan bertemu di tempat tersebut. Itulah gunanya punya visi/ tujuan yang sama. Visi turut membangun kepercayaan sekaligus menjadi guide supaya kita tidak salah jalan dari tujuan sebenarnya.

2. Lingkungan kondusif (Good Ambience) 
Lingkungan kondusif meliputi infrastruktur dan sumber daya manusianya. Suasana kerja yang dibangun dengan rasa nyaman dan atas dasar kepercayaan akan sangat memudahkan setiap individu dalam bekerja, hingga bisa menciptakan karya yang hebat.

3. Bangun kerja tim (Good Teamwork)
Pemimpin yang hebat bukanlah yang sekadar bisa mencontohkan, tapi juga yang bisa menjadi contoh. Contoh positif inilah yang harus ditularkan agar setiap individu bisa bekerjasama secara tim (kompak) dengan landasan visi seorang pemimpin.

Seorang pemain mungkin punya skill dan experience hebat tapi saat bicara tim, kemampuan dan pengalamannya harus menyatu dengan pemain lainnya. Ngga bisa dong Messi menang sendiri dengan gocek sana-sini melawan 11 pemain lawan. Dia butuh tim dengan visi sama, dia butuh suasana kondusif dan positif untuk membangun kerjasama tim hebat, dan terutama dia butuh sosok pemimpin yang bukan hanya jago meracik strategi terbaik tapi juga pemimpin yang dekat dan bisa mengeluarkan potensi dirinya.

Mungkin, itulah yang hilang dari tim Argentina, bagi Messi. Mungkin itulah yang perlu dibangun dalam dunia kerja kreatif: Good Vision, Good Ambience, & Good Teamwork.

sumber gambar: lionelmessifan.com

2 comments:

Anonymous said...

Haha

Anonymous said...

betul juga ya :D