Aug 10, 2009

Competitive Advantage? Do you have it?

Posisi manapun Anda dalam sebuah organisasi bisnis, menuntut Anda untuk selalu memberikan ide/aksi untuk mengembangkan perusahaan. Terlebih jika Anda berada dalam posisi Top Management atau pemilik bisnis itu sendiri. Bisa jadi setiap harinya Anda terjebak dalam rutinitas; memikirkan kinerja tim Anda yang semakin menurun atau pusing memikirkan perputaran uang Anda. Itulah mengapa dalam sebuah organisasi bisnis dibutuhkan adanya pembagian fokus kerja, agar setiap fungsi yang wajib dijalankan, dapat berjalan dengan baik.

Bagaimana dengan perusahaan kecil? Extra effort yang Anda butuhkan! Sesibuk-sibuknya Anda dalam menjalankan bisnis Anda, jangan lupa untuk selalu mengambil langkah maju. Hal ini sangat penting untuk memastikan bisnis Anda selalu berkembang. Apa bedanya kita orang yang memiliki pengalaman dan fasilitas untuk maju, dibandingkan dengan penjual Mie Arang yang sering saya makan dari saya kecil? Karena kita punya kesempatan dan pemikiran untuk maju, sedangkan mereka belum. Dari waktu kecil saya sering ke sana, hingga sekarang kios mereka memiliki bentuk yang sama percis; menu merekapun demikian, dan jumlah porsi yang mereka masak pun sama; walaupun seringkali baru jam 6 sore saja mereka sudah tutup karena habis, padahal masih banyak tamu yang ingin makan. Saya rasa Anda cukup dapat berfikir bukan untuk tidak menjejakan kaki di tempat yang sama selama bertahun-tahun, atau bahkan berpuluh-puluh tahun?!

Extra effort yang Anda butuhkan adalah dengan sesering mungkin kembali memikirkan apa advantage yang Anda miliki? Di tengah persaingan yang ganas dalam memperebutkan market bersama para competitor, advantage diperlukan untuk unggul dibandingkan pesaing. Advantage sebuah bisnis beragam dan pada dasarnya dikategorikan menjadi 2 jenis :

A. Comparative advantage
Merupakan keunggulan-keunggulan yang kita miliki tanpa memerlukan extra effort, atau bahasa alami nya “sudah ada dari sono nya”. Seperti misalnya Telkomsel memiliki jaringan yang begitu luas dibandingkan dengan pesaingnya, hal ini merupakan comparative advantage dari Telkomsel. Tentu saja demikian, karena jaringan Telkomsel bergabung bersama dengan Telkom yang memiliki jaringan skala nasional.

Contoh lainnya adalah Haagen Dazs, sebuah merk es krim asal New York yang sudah membuka market nya di Indonesia melalui Franchisor dari HongKong dan Jepang. Berbicara mengenai pemasarannya di Indonesia, Haagen Dazs merupakan kategori es krim dengan produk yang sangat unggul. Bagaimana tidak? Dalam filosofi produk mereka, bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan es krim mereka merupakan bahan-bahan terbaik dari seluruh dunia. Hal ini bagi pemasaran produk Haagen Dasz di Indonesia menjadi comparative advantage, karena “udah dari sono nya produknya bagus”, dan hal ini menjadikan rasa dari produk Haagen Dazs ini unggul dibandingkan produk merk lainnya.

B. Competitive advantage
Competitive advantage berbeda dengan comparative. Apabila comparative adalah advantage yang “sudah ada dari sono nya”, competitive advantage adalah advantage yang kita ciptakan sendiri. Hal ini diperlukan, karena di tengah perkembangan dunia sekarang ini, siapa saja bisa menjadi pesaing kita dan memiliki comparative advantage yang sama atau bahkan lebih unggul. Competitive advantage ini juga dibutuhkan untuk menjawab kebutuhan customer yang sebenarnya, karena pada konteksnya, tidak semua customer ternyata membutuhkan comparative advantage yang kita miliki. Contohnya saja dari kasus Haagen Dazs tadi, apakah masyarakat Indonesia membutuhkan rasa yang enak untuk sebuah es krim? Jawabannya tidak kan, hanya segmen market tertentu saja yang masuk ke dalam penggarapan comparative advantage mereka; sedangkan sebagian besar masyarakat Indonesia memilih es krim yang murah, walaupun rasanya tidak seenak Haagen Dazs (bisa jadi nyoba aja belum yah..)

Competitive advantage ini adalah yang harus dicari, dibangun dan dikomunikasikan kepada customer. Tentunya dalam menentukan apa competitive advantage bisnis Anda, tidak bisa sembarangan, harus sesuai baik dengan customer yang Anda layani maupun dengan kapabilitas Anda sendiri.

3 Steps to found and decide what is your competitive advantage.

1. Do market research!
Mengetahui apa yang diinginkan customer menjadi informasi mutlak yang harus dimiliki untuk kemudian dijadikan materi pertimbangan mengenai competivite advantage Anda. Market research yang dilakukan kepada para customer kita dapat menjawab pertanyaan kita mengenai apa yang customer inginkan, apa yang customer butuhkan dan apa yang customer ekspektasikan.

Selain mengetahui tentang customer, penting juga dalam market research untuk mengobservasi Competitor. Untuk mengetahui comparative dan competitive advantage apa saja yang competitor miliki. Tentunya kita harus berbeda atau bahkan lebih unggul dari yang mereka miliki.

Begitu pula dengan perlunya mencari tahu kondisi market dari sisi industri. Competitive advantage yang kita tentukan perlu dicari tahu apakah memungkinkan dilaksanakan dalan industri terkait, atau bahkan terdapat elemen-elemen penghambat yang berpengaruh.

Contoh dari hal tersebut adalah pada saat sebuah perusahaan Forex Trading ingin menciptakan competitive advantage mereka melalui pengadaan kantor cabang yang tersebar luas di Indonesia. Hal ini tidak dapat dilakukan karena adanya kondisi industri yang tidak memungkinkan, yaitu berupa peraturan pemerintah yang menetapkan bahwa sebuah perusahaan Forex Trading tidak diberkenankan membuka cabang lebih dari 5 cabang. Hal-hal seperti ini tentu dapat menggagalkan ide competitive advantage Anda.

2. Study your internal advantage
Mau sehebat apapun ide Anda, kalau tidak memiliki kapasitas melakukannya tentu tidak akan terwujud. Maka yang penting Anda lakukan adalah melakukan studi ke internal perusahaan Anda sendiri bagaimana kondisi di dalamnya, dari segi kompetensi produk, proses atau bahan SDM yang Anda miliki. Cukup banyak mereka yang menentukan competitive advantage justru dari keunggulan yang mereka sadari mereka miliki di internal bisnis mereka.

3. Check the advantage lifetime
Setelah Anda menemukannya, langkah terakhir yang perlu Anda ricek adalah perihal lifetime yang dimiliki oleh advantage tersebut. Pastikan lifetime yang dimiliki cukup lama, sehingga effort Anda untuk membangun diferensiasi dan mengkomunikasikannya kepada customer tidak menjadi sia-sia. Competitive advantage yang Anda bangun selayaknya menjadi ciri khas, diferensiasi dan tercemin dalam positioning yang Anda komunikasikan.

Penetration through Network

Menurut Anda melalui apakah cara paling ampuh kita memperkenalkan atau membuat para target market mau mencoba produk kita? beberapa dekade terakhir, TVC menjadi salah senjata yang cukup ampuh digunakan untuk memperkenalkan produk, tetapi apakah melalui media yang bernilai sangat tinggi tersebut para target market mau mencoba menggunakan produk atau bahkan loyal terhadap produk kita?

Seperti kita ketahui media yang kita pilih memiliki fungsi dan impact yang berbeda-beda. Tetapi ada satu cara untuk meng”grab” market dengan biaya yang tidak besar, tetapi dapat digunakan oleh setiap produk. Cara inilah yang selalu menjadi agenda kerja kami untuk mengembangkan brand-brand klien kami, walaupun dengan budget yang terbatas.

Cara tersebut kita sebut saja dengan Penetration through Network. Cara ini dilakukan dengan memanfaatkan network yang sudah ada. Definisi network yang dimaksud disini tidaklah kompleks, tidak seperti network bisnis ataupun jaringan sistem IT di sebuah kantor yang rumit. Network ada di sekeliling kita dan selalu ada di setiap aspek kehidupan manusia. Itulah mengapa strategi Penetration through Network dapat digunakan di setiap jenis produk dengan segmentasi mana saja. Latar belakang pemikiran ini berdasar pada prinsip bahwa tidak ada manusia yang hidup sendirian, di mana setiap individu pasti memiliki lingkungan dan intinya adalah bagaimana cara kita memanfaatkan situasi tersebut.

Agar anda lebih terbayang dengan apa yang dimaksud dengan Penetration through Network, saya akan bercerita sedikit mengenai strategi yang sama yang digunakan oleh IBM di masa awal persaingannya dengan raja teknologi dan kualitas : Apple. Pada saat itu, IBM melihat bahwa prospek India dan kualitas Sumber Daya (terutama manusia) yang ada di sana sangat tinggi, terutama dalam hal teknologi. Pada akhirnya IBM memberikan support banyak perangkat hardware kepada berbagai perusahaan besar di India untuk mendukung kegiatan operasional dan bisnis mereka.

Hal ini disambut baik oleh para pelaku bisnis di India, karena pada saat itu India merupakan Negara yang cenderung miskin dan teknologi menjadi perangkat yang sangat mahal. Program support dari IBM inilah yang menciptakan suatu keterikatan yang tinggi baik karena faktor telah mengalami produk atau “rasa terima kasih”. Pada masa itu para pekerja profesional dari India sering bekerja di berbagai Negara, termasuk di Amerika; dan ketergantungan mereka terhadap IBM begitu tinggi (atau karena tidak dapat mengoperasikan yang lainnya) sehingga tempat dimana mereka bekerja harus menyesuaikan perangkat yang dapat mereka operasikan, yaitu IBM.

Contoh kasus tersebut merupakan salah satu strategi Penetration through Network yang dilakukan secara global, melibatkan Negara tertentu. Penetration through Network tidak hanya dapat dimanfaatkan dalam skala luas, tetapi juga pada produk/bisnis skala lokal sekalipun. Sebut saja beberapa pemain baru provider yang masuk ke pasar melalui strategi Penetration through Network. Salah satunya adalah Axis yang menggarap network para umat muslim. Melalui produknya, Axis berharap dapat mempengaruhi jaringan tersebut untuk lebih “mengirit” dalam berkomunikasi satu sama lain.

Strategi Penetration through Network tidak hanya dilakukan oleh pemain baru, tetapi juga pemain lama seperti Esia di kategori CDMA. Esia dapat dikatakan merupakan provider yang paling “rajin” memanfaatkan jaringan yang sudah terbentuk di masyarakat. Di antaranya adalah Esia Slank yang dipersembahkan khusus kepada para Slankers. Dengan menggunakan Esia Slankers ini, selain konsumen mendapatkah Special Content dari Slank, juga dapat menghemat biaya dalam berkomunikasi antar sesama Slankers. Selain jaringan yang dibentuk oleh grup rock Slank, Esia juga memanfaatkan jaringan umat muslim seperti Axis.

Tidak hanya mereka, tentunya Anda juga dapat dan harus memanfaatkan jaringan sebagai salah satu peluang Anda melakukan penetrasi pasar, tetapi jangan salah langkah atau bahkan salah sasaran dalam membidik jaringan yang tepat. Berikut beberapa hal penting yang perlu diperhatikan mengenai penerapan strategi Penetration through Network :

1. Hubungkan jaringan dengan produk
Jangan sampai nih Anda asal saja dalam menjalankan strategi ini. Yang terpenting adalah ciptakan hubungan antara jaringan tersebut dengan produk. Jangan sampai network yang Anda bidik bukan target market Anda atau bahkan tidak bisa mengkonsumsi produk Anda. Misalkan salah satu langkah yang dilakukan oleh Sunlight dan Surf yang masuk ke jaringan para ibu-ibu rumah tangga.

2. Mulailah dari jaringan terdekat Anda/konsumen Anda
Penjelasan sebelumnya berhubungan dengan poin ini. Anda dapat menghubungkan produk dengan network hanya apabila network yang Anda bidik adalah konsumen Anda atau network yang bisa menjadi konsumen Anda (memiliki peluang untuk diarahkan ke kebutuhan akan produk). Akan jauh lebih mudah untuk memulainya dari konsumen Anda sendiri. Contoh lainnya adalah acara Festival Jajanan Bango yang beberapa tahun belakangan ini diadakan secara rutin. Acara ini semata-mata bukan hanya untuk end customer saja (para pembeli di Festival Jajanan Bango), tapi juga dengan memanfaatkan jaringan penjual makanan pinggir jalan, yang merupakan potential customer.

3. Internet adalah surga network
Kategori jaringan berdasarkan medianya terdiri dari 2, yaitu konvensional (offline) dan modern (online). Kategori modern atau online dengan media internet merupakan sebuah network yang sangat besar dan potensial, keunggulannya dibandingkan network offline adalah persebaran berita yang sangat cepat dan tidak adanya batasan wilayah, sifat jaringan ini adalah global dan cepat. Tetapi jangan terjebak dengan segala keunggulannya termasuk biaya yang murah, Anda harus tetap memastikan jaringan di dunia online ini adalah target market Anda dan dapat dikorelasikan dengan produk. Masalahnya di Indonesia banyak produk-produk yang belum relevan untuk dikorelasikan dengan target market di dunia online. Sebut saja produk-produk yang ditujukan untuk menengah ke bawah atau kelompok usia di atas 40 tahun. Di Indonesia pengguna internet masih sangat terbatas didominasi oleh golongan ekonomi menengah dan menengah atas serta kategori usia 40 tahun ke bawah.

4. Ciptakan program yang mengikat
Program yang Anda ciptakan untuk jaringan yang Anda garap selayaknya memiliki impact keterikatan yang tinggi. Sebut saja MLM, MLM adalah sebuah contoh pemasaran yang sukses dengan menggunakan strategi Penetration through Network. Aktivitas yang sangat mengikat terlihat dengan jelas, hal ini sangat diperlukan untuk menjaga eksistensi produk pada jaringan tersebut. Hal ini juga menjadi antisipasi adanya produk pesaing yang masuk ke network tersebut.

5. Pastikan ada benefitnya
Hal ini sangatlah mendasar, tetapi seringkali dalam menyusun konsep sebuah program kita seringkali melupakannya. Jangan sampai fokus program Anda hanya pada produk Anda sendiri, ingatlah bahwa customer adalah poros bisnis Anda, sehingga sudah selayaknya kepentingan mereka menjadi yang paling utama. Sama halnya pada saat Anda menciptakan program untuk menggarap network, pastikan Anda menetapkan sebuah atau beberapa benefit bagi mereka jika mereka mau mengikuti program Anda. Jangan sampai Anda main tebak-tebakan dalam hal ini. Sangat perlu diadakan terlebih dahulu preliminary research dengan mengumpulkan beberapa target market untuk dijadikan responden dan digali mengenai insight dan ketertarikan mereka mengikuti program. Aktivitas In-Depth Interview atau FGD ini perlu diadakan untuk menemukan temuan-temuan baru yang bisa melengkapi/menyempurnakan program Anda.

6. Lakukan dengan konsisten
Jangan lakukan hanya sekali saja! Aktivitas dalam menggarap sebuah network harus dilakukan secara konsisten dalam waktu yang lama. Hal ini dengan tujuan menanamkan image/keterikatan tertentu; dimana tujuan ini tidak akan tercapai hanya dalam 1 kali aktivitas.

7. Network tidak sama dengan komunitas!
Setiap komunitas merupakan bagian dari sebuah network. Tetapi sebuah network belum tentu berupa sebuah komunitas. Hal ini perlu Anda pahami agar tidak terjebak dalam pola pemikiran yang sempit. Seperti contoh sebelumnya Festival Jajanan Bango yang diadakan oleh Kecap Bango menarget penggarapan pada “network pelaku industri kuliner” yang tidak hanya terdiri dari komunitas penjual makanan tetapi juga seluruh konsumen penjual makanan tersebut. Sehingga dapat digaris bawahi bahwa network yang dimanfaatkan oleh Kecap Bango tidak hanya sebatas sebuah komunitas saja.

Nah.. semoga strategi Penetration through Network dapat menjadi sebuah strategi baru yang membantu Anda tidak saja dalam aktivitas pemasaran, tetapi juga tentu saja menciptakan loyal customers bagi produk Anda.

Corporate Culture Penting atau Tidak Penting

Budaya Perusahaan…Apa menariknya membicarakan tentang itu ya? Mungkin lebih asyik membahas budaya barat, budaya tradisional Indonesia, atau budaya-budaya lain yang terdengar lebih menyenangkan! Heheee…budaya perusahaan memang bukan sesuatu yang ayik untuk dibicarakan. Pemimpin atau jajaran manajemen perusahaan lebih sering menganggap itu adalah hal sepele, di lain pihak, karyawan juga sering mengangap itu adalah hal yang tidak ada hubungannya dengan mereka. Hhmmm…

Kemarin saya sempat mengobrol-ngobrol santai dengan salah seorang teman saya. Dia berkeluh kesah tentang rekan kerjanya satu timnya yang tidak juga bisa membuat tim mereka dinilai bagus oleh pimpinan mereka. Hasil kerja mereka dinilai tidak optimal bahkan sampai etos kerja mereka pun dianggap tidak bisa menyamai tim yang lain. Sebal? Jelas! Dia merasa telah melakukan yang terbaik, tapi temannya tidak. Ia juga sempat mengatakan bahwa kadang dia merasa tidak sanggup mengikuti pola kerja perusahaannya yang sangat ketat terhadap target dan bekerja dengan sangat cepat. Sampai-sampai kadang dia harus lembur hampir setiap hari untuk mengerjakan deadline tugas yang (padahal) baru masuk hari itu! Ditambah lagi rekan satu tim yang dia bilang “lelet banget!. For your information, teman saya itu bekerja di perusahaan advertising yang sedang berkembang di Jakarta.

Lain lagi dengan teman saya yang berkerja di sebuah instansi. Dia selalu bercerita bahwa dia sangat menikmati pekerjaannya. Bagaimana tidak, kerjaannya sedikit banget katanya! Seringnya dia hanya bekerja sampai waktu istirahat, setelah itu dia hanya bermain-main games di computer, buka face book, nulis blog, ngerumpi, dll, hanya untuk membunuh waktu sampai jam pulang tiba. Setiap dinas keluar kota dia selalu mendapat uang jalan dari kantornya yang paling hanya habis ¼ nya saja untuk perjalanan itu! Sisanya ya milik dia sepenuhnya. (*Dunia memang tidak adil…! Heheee!;p).

No-no…ini bukan membanding-bandingkan maksudnya, tapi dari dua cerita itu saja kita bisa lihat bahwa tiap perusahaan ataupun instansi pemerintahan memiliki pola kerja, etos kerja, standarisasi kerja atau apalah itu namanya, yang tentu berbeda-beda. Jangankan membandingkan perusahaan swasta dengan departemen negara, antar perusahaan swasta sekalipun pasti memiliki perbedaan itu. Sebagai professional (dan supaya terlihat intelek! Heeee!;p) kita sering menyebutnya dengan budaya perusahaan atau corporate culture kalau bahasa gayanya sih!=)

Nah, dari dua cerita di atas sebenarnya terlihat jelas kan kalau budaya perusahaan memegang peranan penting dalam perkembangan karyawan apalagi perusahaan itu sendiri. Kenapa? Karena saya bisa melihat dengan jelas perbedaan ouput teman-teman saya tersebut. Teman yang pertama mengalami perkembangan kemampuan dan pengetahuan yang luar bisa meningkat selama bekerja (walaupun dia bilang “mana ampun dah kantor gw!”), sementara teman yang kedua cenderung statis, ya gitu-gitu saja kemampuan dan pengetahuannya, tidak ada perkembangan yang signifikan (padahal dia bilang kantornya sangat menyenangkan!). Mau tahu apa efeknya? Bagi karyawan, itu membentuk value diri mereka secara personal, dan bagi perusahaan itu sebuah amunisi yang sangat berharga untuk dapat berkembang dan mencapai visi misi perusahaan.

Maka dari itu, jangan pernah menganggap budaya perusahaan sebagai hal sepele, karena itu sangat erat kaitannya dengan citra perusahaan juga, bahkan itu juga menjadi salah satua lasan turn over karyawan di sebuah perusahaan. Sebagai karyawan, yang perlu dilakukan hanyalan memahami dengan baik budaya perusahaan yang telah terbentuk, atau jika dirasa perlu, tunjukan budaya baru yang dinilai lebih baik bagi karyawan itu sendiri dan bagi perusahaan. Sebagai perusahaan, yang perlu dilakukan tentunya membentuk budaya perusahaan yang baik dan sesuai dengan visi dan misi serta jenis bisnis yang digeluti, kalau sudah terbentuk, coba evaluasi apakah budaya perusahaan itu baik bagi perusahaan dan apakah karyawan telah mampu menjalankan budaya itu atau belum.

Untuk itu kita harus paham budaya perusahaan macam apa saja yang bisa diterapkan di perusahaan kita sendiri. Deal dan Kennedy mengatakan bahwa budaya perusahaan ditentukan berdasarkan feedback speed (seberapa cepat feedback didapatkan) dan degree of risk (seberapa tinggi resiko yang bisa didapatkan). Dari situ mereka berdua menyimpulkan bahwa ada empat bentuk budaya perusahaan yang bisa diterapkan oleh perusahaan :

1. Tough-Guy Macho Culture
Budaya perusahaan yang ini, sesuai namanya,, merupakan budaya perusahaan dengan feedback dan reward yang cepat dan tentu saja memiliki resiko yang tinggi. Biasanya budaya seperti ini ditandai dengan tingkat stress yang tinggi yang memungkinkan munculnya peningkatan atau penurunan reward yang didapatkan oleh karyawan maupun perusahaan. Selain itu, ciri yang lain adalah karyawan cenderung focus pada saat ini (tidak terlalu memusingkan besok atau nanti), akibatnya individualisme lebih mendominasi dibandingkan kerja tim. Sangat mudah melihat budaya perusahaan seperti ini, lihat saja perusahaan yang bergerak di bidang advertising, futures, dan semacamnya.

2. Work-Hard, Play-Hard Culture
Hampir mirip-mirip dengan Tough-Guy Macho Culture, budaya perusahaan bentuk ini juga memiliki tingkat kecepatan feedback dan reward yang tinggi, hanya saja, dari sisi degree of risk, ini memiliki resiko yang rendah. Kita bisa melihatnya dari tingkat stress yang cukup tinggi yang disebabkan oleh jumlah pekerjaan yang cukup banyak. Maka dari itu karyawannya pun bekerja dengan fokus dalam kecepatan tinggi, yang tentunya membutuhkan energy yang jauh lebih tinggi lagi untuk itu. Sales, tempat makan (kafe, restoran, dll), dan perusahaan elektronik atau otomotif bisa dijadikan contoh perusahaan yang seringkali menerapkan budaya perusahaan jenis ini.

3. Process Culture
Kalau bentuk budaya perusahaan yang ini berbeda dengan dua bentuk di atas. Kali ini feedback dan reward yang didapatkan cenderung lambat, berjalan pelan. Berbanding lurus dengan hal tersebut, resiko yang didapatkan juga cenderung rendah. Ciri-cirinya yaitu tingkat stress yang secara umum rendah, tapi situasi ini tidak selalu disebabkan oleh karyawan atau beban pekerjaan yang sedikit, bisa juga terbentuk dari politik internal dan system yang tidak tepat. Dari sisi karyawan, mereka cenderung focus dalam detail dan proses yang sangat baik dalam bekerja. Bisa kita lihat bahwa perusahaan-perusahaan seperti bank, perusahaan asuransi dan periusahaan yang bergerak di bidang public service menerapkan budaya perusahaan jenis ini.

4. Bet-Your-Company Culture
Nah, yang ini beda lagi. Budaya perusahaan jenis ini memiliki feedback dan reward yang cenderung lambat namun memiliki resiko yang tinggi. Aneh juga ya? Tapi mungkin kita bisa lihat ciri-ciri budaya perusahaan ini. Tingkat stress cukup tinggi disebabkan tingkat resiko yang cukup tinggi itu tadi dan sebelum mengetahui apakah apa yang mereka kerjakan memberikan hasil yang baik atau tidak. Karyawannya juga cenderung focus pada long term, dimana mereka bekerja dengan persiapan dan perencanaan yang baik. Perusahaan farmasi, produsen pesawat terbang, dll, bisa dijadikan contoh perusahaan yang menerapkan budaya perusahaan ini.

Well, sekarang tinggal kita lihat lagi ke dalam, bentuk budaya perusahaan apa yang kita terapkan dan jenis mana yang sesungguhnya tepat kita terapkan dalam perusahaan. Sekali lagi jangan pernah menganggap bahwa budaya perusahaan tidak punya peran yang signifikan dalam membentuk karyawan dan mengembangkan perusahaan, karena jika perusahaan tidak sesuai denagn bisnis yang dijalani atau tidak mampu diikuti, maka akan menghambat perusahaan disadari maupun tidak. Sok, budaya perusahaan mana yang akan kamu terapkan untuk perusahaan kamu?

Competitive Forces

Saya yakin setiap orang punya mimpinya masing-masing. Saya pun punya mimpi, mimpi yang sedang saya usahakan untuk jadi kenyataan. Sejak dulu saya sangat menyukai dunia anak-anak, dan sejak itu saya mempunyai mimpi untuk membuka sebuah sekolah bagi anak-anak (entah itu Play Group atau TK). Mimpi jangka panjang memang, dan Mama saya setuju sekali dengan mimpi saya yang ini. Tapi saya juga punya mimpi jangka pendek, saya ingin dalam setahun atau dua tahun ini saya bisa memiliki bisnis fashion. Saya sangat menyukai pakaian yang keren (definisi keren sangat luas dibandingkan bagus), saya menyukai perhiasan atau aksesories yang lucu, terkadang saya greget sendiri jika melihat orang berdandan tidak pantas, bawaannya ingin make over saja! Hihiii.

Berlatar belakang kecintaan saya pada dunia fashion dan perempuan, saya berencana membuka sebuah butik bersama teman saya yang senang membuat aksesories. Kali ini mimpi saya tersebut tidak mendapat sambutan yang terlalu baik dari Mama. Mau tahu apa alasannya? “Toko baju mah sekarang kaya jamur! Dimana-mana ada toko baju! Persaingannya terlalu ketat!”, itu jawabannya. Hhmmm…persaingan ya…

Kompetisi, bagaimanapun juga tidak hanya saya hadapi di dunia bisnis yang ingin saya geluti tersebut, tapi di semua sisi kehidupan bukan?. Saat sekolah kita berkompetisi untuk jadi juara kelas, saat kuliah saya berkompetisi untuk bisa lulus paling cepat diantara teman-teman saya yang lain, saat kerja apalagi! Saya berkompetisi dengan karyawan lainnya untuk semakin mengembangkan diri dan bersikap professional. Jadi jika kita berbicara mengenai kompetisi, ya dimana-mana juga ada kompetisi mah! Apalagi di dunia bisnis! Jangan kan jualan baju, yang memang kebutuhan sekunder paling primer, jualan kain kafan saja pasti ada kompetitornya! (heee...contohnya jauh banget ya?;p).

Kompetisi jangan dipandang sebagai momok yang menghambat kita dalam bergerak. Justru seharusnya kompetisi menjadi motivasi tersendiri bagi kita untuk terus maju, lebih maju dari kompetitior kita. Kita pasti bisa kok menhadapi kompetisi seketat apapun, asaaaalll…kita tahu cara menangani kompetisi tersebut. Untuk itu, kita tentu harus tahu membuat analisis mengenai nilai industry yang akan kita geluti. Salah satu caranya yaitu dengan mengidentifikasi kekuatan kompetitif yang sangat fundamental. Bingung, sebaiknya kita lihat saja 5 fundamental competitive force dari Michael Potter.

1. Entry of competitors.
Kita harus lihat, semudah atau sesulit apakah bagi para pemain baru untuk memulai kompetisi, dimana banyak barrier yang tentu telah eksis di indutri tersebut. Sebagai “pemula” saya tentu akan dihadapkan pada para pemain lama atau bahkan pemimpin pasar untuk bersaing. Disini saya harus menganalisa apakah mudah bagi saya untuk ‘masuk’ ke industry fashion dan berkompetisi dengan butik-butik lain yang telah cukup kuat posisinya? Setelah berhasil ‘masuk’ pun saya masih harus berusaha untuk melewati rintangan-rintangan yang pasti ada saat saya ingin mengembangkan bisnis tersebut.

2. Threat of substitutes.
Hal lain yang harus kita lihat adalah semudah apakah product atau jasa yang kita miliki dapat disubtitusi oleh yang lain? Atau bahkan semurah apakah kita mampu menawarkan produk atau jasa tersebut ke pasar? Semakin sulit produk atau jasa kita digantikan oleh yang lain, kompetisi yang kita hadapi juga semakin mudah. Terang saja, pasar hanya mempunyai sedikit preferensi untuk produk atau jasa yang kita tawarkan bukan? Apalagi jika kita bisa memberikan harga yang lebih murah dibandingkan competitor, kompetisinya akan lebih mudah bagi kita.

3. Bargaining power of buyers.
Jangan lupakan posisi pembeli! Kita harus menganalisa juga seberapa kuat posisi target market yang kita bidik. Hal ini jelas berkaitan erat dengan apakah mereka dapat bekerja sama dalam menggunakan product atau jasa kita dalam kuantiti yang besar atau jangka waktu yang panjang. Bukankah merebut pembeli sebanyak mungkin adalah inti dari kompetisi yang sesungguhnya? =) Jadi ya mau tidak mau kita harus pintar-pintar merebut hati mereka. Kesuksesan mendapatkan pembeli sebanyak mungkin mencerminkan kesuksesan kita dalam memenangkan kompetisi.

4. Bargaining power of suppliers.
Tidak cukup hanya pembeli donk ah…kita juga harus perhatikan seberapa kuatnya posisi penjual, apakah dia mampu menjual produk atau jasa kita dengan maksimal atau tidak. Kita juga harus menghitung seberapa banyak supplier potensial yang eksis sekarang ini. Kalaupun hanya sedikit, apakah cukup mampu ‘berperang’ di pasar? Atau mungkin justru kita mereapkan system monopoli? Yah apapun system yang diambil, disini keterampilan kita sebagai bisnisman untuk dapat memberikan penawaran yang menarik harus diasah sedemikian rupa agar menguntungkan kedua belah pihak (yah syukur-syukur kalau bisa menguntungkan kita lebih banyak ya! Hihiii!;p).

5. Rivalry among the existing players.
Kompetisi ya pasti ada competitor-nya lah! Coba untuk menganalisa apakah kompetisi dengan para pemain lama yang sudah eksis di industry yang sama itu berlangsung ketat atau tidak. Amati dengan seksama apakah yang terjadi adalah hanya satu-dua pemain yang sangat dominan atau ternyata semuanya sama saja dilihat dari sisi kekuatan maupun size perusahaan yang kita miliki. Biasanya sih memanga da satu-dua perusahaan yang sudah menjadi pemimpin pasar ya, tapi memang tidak menutup kemungkinan tidak ada pemimpin pasar di suatu industry tertentu (wah, peluang bagus nih kalu ada yang begini!;p). Nilai juga diri sendiri apakah cukup mampu untuk bersaing dengan pemain-pemain lama tersebut ya!

Selain lima hal di atas, biasanya ditambahkan juga point:

6. Government.
Pemerintah bagaimanapun juga mempunyai kekuatan dan kekuasaan penuh untuk menentukan kompetisi seperti apa yang harus atau boleh dilaksanakan di Indonesia. Biasanya pemerintah akan menjaga agar industry bisnis dapat berjalan dengan lancar bagi semua pihak.
Kekuatan kompetitif yang fundamental ini pada akhirnya akan membantu kita dalam menentukan langkah atau program seperti apa yang tepat untuk kita lakukan dalam bisnis yang kita geluti. Dengan memahaminya secara baik, kita pasti dapat berkompetisi dengan perusahaan manapun dengan baik pula. Tinggal kitanya, siap tidak untuk itu?=)

Understanding Of Creativity

Begitu banyak orang yang putus asa karena merasa diri mereka tidak kreatif. Sebenarnya bukan salah diri mereka juga untuk menjadi tidak kreatif. Pasalnya sistem di Indonesia lah yang terkadang menjadikan seseorang tidak kreatif. Salah satu pengalaman saya dalam mengamati sebuah kelas pengembangan diri untuk mereka yang berusia 30 tahun ke atas bisa memperkuat pernyataan tersebut. Trainer meminta mereka untuk menggambar pemandangan dalam waktu 1 menit. Selama 1 menit seluruh peserta antusias dan menggambar sesuai dengan imajinasi mereka. Lalu apa yang terjadi? Setelah 1 menit usia, beberapa di antaranya diminta untuk menceritakan gambar mereka. Dapat Anda tebak kan, bahwa seluruhnya! Bukan hanya sebagian besar ya, tapi seluruhnya menggambar 2 buah gunung dengan jalan di tengah nya, hamparan sawah di kanan dan kiri dan matahari di bagian atasnya (kalau mereka tidak menyadari usia mereka sudah 30 tahun tentu akan menambahkan senyuman di matahari tersebut).

Fakta tersebut menunjukkan bahwa sejak usia TK, kreativitas kita dibunuh. Anak-anak TK yang tidak menggambar gunung dan sawah dianggap berbeda dan berbeda di sekolah umum kita dikategorikan negatif. Semakin besar, SD, SMP lalu SMU, seluruh siswa berlomba-lomba untuk semakin sama dengan gurunya; menjawab pertanyaan sama percis dengan yang diajarkan. Hal ini kontras sekali dengan sistem pengajaran di Jepang, di mana bagi mereka yang bisa menjawab sama percis dengan gurunya mendapat nilai B, sedangkan mereka yang bisa menemukan teori baru dan lebih pintar dari gurunya baru bisa mendapatkan nilai A.

Tapi di usia kita yang sekarang, rasanya sudah tidak ada gunanya mendedam dengan sistem pengajaran di Indonesia, terlebih guru TK Anda, karena yang terpenting sekarang adalah kita mencari solusi agar menjadi lebih kreatif lagi. Kreativitas bukan merupakan sesuatu yang sulit, dan tidak ada ceritanya orang tidak dilahirkan menjadi kreatif, seperti kalimat pembelaan yang sering kita lontarkan kalau udah mentok “Gua emang ga kreatif dari sononya!” yang ada hanyalah kita tidak mau lebih berusaha lagi untuk berpikir keluar dari kotak/pola yang sudah terbentuk.

Kaitannya dengan bisnis, kreativitas adalah kunci inovasi dalam bisnis. Kreativitas adalah cikal bakal terbangunnya sebuah bisnis, dan jalan keluar kebuntuan persaingan Anda dengan competitor. Siapa yang lebih dulu berinovasi, dialah yang akan dilirik oleh customer, dan bisa jadi hasil inovasi tersebut menurunkan popularitas atau bahkan mematikan bisnis pesaingnya. Jadi Anda sebaiknya berfikir dua kali untuk memilih tidak menjadi pengusaha yang kreatif. Untuk menemukan ide yang baru Anda tidak perlu menciptakan sesuatu yang hebat! Karena tidak ada yang baru di bawah langit ini, yang ada hanyalah kemampuan kita untuk menggabungkan 2 hal yang sudah ada sebelumnya. Seperti kata rekan kerja saya yang hobi sekali mengiang-ngiangkan kata-kata Melly Goeslaw, “Saya tidak pernah menciptakan lagu, saya hanya merangkai kata-kata yang sudah pernah ada sebelumnya".

Sebut saja sebuah ide yang brilian yang baru saja dilaunch oleh Walt Disney. Perusahaan yang telah fokus merambah dunia perfilman tersebut melaunch penjualan film mereka dalam sebuah Memory Card. Di mana pola pemikiran yang terpaku pada penjualan film dalam sebuah VCD atau DVD dipecahkan menjadi sebuah ide baru. Memory Card yang dirilis pertama di Jepang ini juga memiliki fungsi untuk menghindari pembajakan dengan teknologi anti copy. Menurut Anda apakah ini sesuatu yang baru? Sesuatu yang Anda pikir tidak mungkin tercetus dalam benak Anda? Padahal idenya sangat simple, karena film bukan hal yang baru di dunia ini, dan tentu saja Memory Card sudah sering beredar di kehidupan kita. Fakta ini memperkuat bahwa ide baru hanya berasal dari gabungan 2 hal yang sebelumnya telah ada.

Tips pebisnis agar selalu kreatif :

1. Buka internet.
Rasanya tips pertama saya ini terdengar konyol. Karena jaman skarang siapa yang ga buka internet. Eits.. jangan terjebak dalam pola pikir tersebut. Terlalu banyak pebisnis yang saya temui dan mereka tidak mampu membuka email. Gap habit antara pebisnis era masa kini dan era sebelumnya ada pada internet. Sangat disayangkan jika walaupun usia Anda sudah tidak muda lagi, tapi Anda membatasi perkembangan diri Anda, terutama dalam hal penggunaan teknologi. Karena Anda tidak dapat membayangkan apa yang sebenarnya ada di dunia online.
Berbagai inspirasi yang Anda butuhkan untuk mendapatkan ide-ide baru, semuanya ada dan gratis di internet.

2. Ciptakan relasi dan jaringan yang seluas-luasnya
Internet memang ampuh, tetapi ada yang lebih memberikan inspirasi lagi, yaitu aktivitas bertemu dan berkomunikasi dengan orang lain. Jangan batasi kenalan/teman Anda, karena Anda akan mendapatkan lebih banyak lagi ide baru bukan hanya dari rekan-rekan bisnis Anda sendiri, tapi juga orang-orang dari lingkungan, status sosial dan ekonomi yang berbeda dari Anda. Di sanalah Anda akan menemukan sudut pandang baru dan informasi yang belum pernah Anda dengar sebelumnya.

3. Lanjutkan hingga yang ke-10!
Berapa banyak ide/pemikiran yang Anda keluarkan dalam sebuah problem? Mungkin Anda akan berhenti maksimal di opsi ke-3. Dalam mencari solusi/pemikiran baru terhadap suatu permasalahan, seringkali kita mudah menyerah, dan berhenti berpikir pada solusi pertama yang kita pikirkan. Kita merasa bahwa solusi tersebut sudah yang terbaik. Padahal apabila Anda mau meluangkan lebih banyak lagi untuk kembali memikirkannya Anda akan menemukan berbagai opsi lain untuk permasalahan tersebut, dan bisa jadi ide no. 7 Anda lebih baik dari yang no. 1

4. Do something out of the box
Terkadang hal yang membuat Anda tidak mampu berpikir lagi, bukanlah otak Anda yang sudah maksimal, tetapi kejenuhan yang Anda alami. Pernahkah Anda merasa bahwa berpikir di malam hari rasanya sudah seperti jalan buntu, tetapi pada saat Anda bangun di pagi harinya ternyata solusi permasalahan yang semalam Anda pikirkan semudah itu untuk dipecahkan. Otak Anda bukan mesin (bahkan mesin saja butuh diistirahatkan). Jadi lakukanlah hal-hal yang di luar rutinitas Anda untuk tetap menjaga otak Anda menjadi fresh dan mudah berpikir. Lakukan hal yang sebelumnya belum pernah Anda lakukan, dan Anda akan menemukan inspirasi yang baru untuk mendukung lahirnya ide-ide baru Anda.

5. Stay in logic!
Kreativitas yang liar memang menghasilkan hal-hal yang brilian, tetapi harus ada yang memagarinya, yaitu logika. Anda harus kembali mengingat bahwa Anda berada dalam dunia bisnis, bukan dunia seni. Aturan dunia bisnis hanya satu, if doesn’t sell it’s not creative. Dalam dunia bisnis begitu banyak pertimbangan, dan hal-hal tersebutlah yang akan menilai ide Anda, apakah sudah relevan dengan market?

Jadi jangan terburu-buru menyerah, menilai diri Anda tidak kreatif, karena semua orang bisa menciptakan ide yang brilian, jika usaha Anda sudah mengarah ke sana, tinggal tunggu waktunya saja.

Recovery vs Media Massa

Sudah berapa lama dari kejadian Bom Kuningan? 2 minggu lebih ya? Apa yang sudah kita, means pemerintah dan saya dan kamu sebagai warga negara Indonesia lakukan menghadapi terror tersebut? Pemerintah sibuuuk mencari siapa pelaku bom bunuh diri itu dan membongkar seluruh jaringannya. Masyarakat sibuuk mengutuk dan berkomentar sejak Bom meledak sampai sekarang. Pertanyaan saya adalah, apakah ada yang peduli dengan pemulihan nama baik Indonesia di mata public? Ingat ya, bukan hanya public luar negeri saja yang harus “diyakinkan” mengenai keamanan Indonesia, bahkan public dalam negeri juga justru menjadi target yang harus diperhatikan dalam pemulihan nama baik tersebut.

Saya sangat sepakat dengan pernyataan Menteri Pariwisata kita. Beliau memprediksikan bahwa industi pariwisata di Indonesia pasti akan menurun cukup signifikan. Kalau pariwisata saja akan ‘terganggu’, apalagi diunia bisnis dan perekonomian coba?! Penurunannya bisa lebih signifikan dari pariwiasata. Beliau mengatakan bahwa karena media massa yang menyebarkan berita tentang Bom ini ke seluruh pelosok dunia, maka media massa juga lah yang harus memperbaiki nama baik Indonesia! Hihiiii…kedengarannya sekilas seperti “mengambing hitamkan” media massa ya! Tapi beliau sangat benar!

Lihat saja, hanya 5 menit setelah bom meledak, saya yang berada di Bandung langsung mengetahuinya lewat breaking news di salah satu TV swasta nasional, dan tidak tanggung-tanggung, saya yang kebetulan sedang terbaring sakit (dimana artinya TV menjadi teman setia seharian itu), disajikan berita mengenai Bom seharian itu tanpa henti. Bahkan program infotainment pun bertopikkan bom kuningan selama beberapa hari! See?? Media massa menjadi “orang pertama” yang ‘bertanggung jawab’ atas penyebaran informasi mengenai bom di hotel Ritz Carlton dan JW. Marriot tersebut. Itu artinya media massa juga lah yang ‘bertanggung jawab’ memberikan informasi mengenai pemulihan nama baik Indonesia di mata dunia internasional maupun di warga negara Indonesia sendiri. Bukan bermaksud nyambung-naymbungin sih kalau saya bilang ini juga berlaku kalau-kalau perusahaan atau bisnis kamu mengalami krisis dan dipublikasikan dengan manisnya oleh banyak media.;p

Tapi jangan lupa, penggunaan media massa tidak semudaha tau sesimple yang dibayangkan lho, sekarang ini kita harus memperhatikan beberapa hal.

1. Gunakan semua media
Jangan pernah membatasi media massa hanya berupa TV, Radio, Koran, Majalah, Tabloid, dsj saja. Jangan salah, saat ini internet juga menjadi bagian dari media massa yang harus diperhatikan. Malah harus lebih diperhatikan karena pertukaran informasi di Internet berlangsung hanya dalam hitungan detik! Kalau kamu punya Facebook, kamu pasti lihat di hari Jumat itu status orang-orang hampir semuanya membicarakan mengenai bom tersebut. Gunakan seluruh media informasi di internet, baik itu portal-portal resmi maupun jejaring-jejaring social semacam Face Book, Twitter, My Space, atau bahkan sampai You Tube sekalipun. Apalagi bisnis sekarang ini pergerakannya cukup kencang juga di seluruh macam media. Contoh penggunaan media massa yang luas adalah kasusnya Prita Mulyasari vs RS. Omni!

2. Rangkul Bukan Perintah
Yang menjadi kesalahan berikutnya biasanya pemerintah selaku “pemegang kekuasaan” cenderung berpikir untuk memberikan perintah kepada media massa untuk memuat berita-berita baik mengenai Indonesia. Heyyy…ini bukan orde baru bapak-bapak ibu-ibu. Yang harus dilakukan sekarang ini adalah merangkul media massa agar mereka mau menayangkan berita-berita baik yang bisa memulihkan nama baik Indonesia. Layaknya “anjing galak” (hehee..istilahnya terlalu sadis ya?;p), media massa bisa malah balik menyerang jika tidak didekati dengan baik. Itu pemerintah, tapi pengusaha sekalipun kadang berlaku seperti itu jika merasa punya pengaruh yang cukup kuat dalam perekonomian kita (apalagi jika anaknya si pejabat A, saudaranya menteri A, dll). Ah, sudah tidak musim yang begituan sih sekarang!

3. Talk Less Do More
Sementara itu, jangan hanya focus pada pemberitaan di media massa donk ah! Justru berbanding lurus dengan pemberitaan di media massa, penuntasan kasus bom kuningan tersebut harus terus dilakukan dengan serius dan program-program pemulihan nama baik harus benar-benar dilakukan dengan lebih serius lagi. Jadi pemberitaan dan kenyataan harus berjalan beriringan, bahkan action harus lebih banyak daripada talk! Ingat, masyarakat sekarang tidak mudah “dibohongi” lho, jadi percuma media massa meneriakkan keamanan Indonesia jika dimana2 masih terjadi bom lagi atau pengamanan tidak diperketat atau Polisi terlihat lambat mengungkap kasus ini. Sama halnya dengan bisnis kamu, sesegera mungkin buat program-program atau langkah-langkah yang dapat meyakinkan lagi konsumen mengenai produk atau jasa perusahaan kamu. Mizone bisa jadi contoh yang bagus dalam memulihkan ‘nama baik’nya setelah diterpa issue mengandung zat berbahaya.

Masih banyak pasti hal-hal yang harus dilakukan dalam penggunaan media massa sebagai media recovery, apapun itu, kita sebagai penguasaha harus mampu memahami secara benar karakteristik media massa dan target market kita agar tujuan recovery tersebut dapat tercapai. Satu lagi, jangan jadikan media satu-satunya “kambing hitam” dalam pemulihan bisnis Anda! Siapapun juga pasti tidak mau lah disalahkan, makanya kita “minta” secara smooth saja okhay!=)