Nov 8, 2009

Menjadi Brand yang Kuat Butuh Proses

Sampai sekarang saya kadang masih berpikir bagaimana mulanya sampai suatu produk bisa diidentikkan dengan suatu brand. Maksud saya begini, sampai sekarang, masih banyak sekali kita temui orang yang hendak membeli air mineral berkata, “Bang beli Aqua botol donk 1!”. Saat si pedagang memberinya sebotol air mineral dengan merek B, si pembeli tersebut sama sekali tidak merasa terjadi “kesalahan”. Kenapa? Karena sebenarnya dia memang hanya ingin beli air mineral, dan secara sadar atau tidak, menganggap bahwa Aqua = air mineral, dan air mineral = merek apapun asal isinya air putih. Heheee! Lucu ya! Dan hal ini tidak hanya terjadi pada Aqua lho! Sebutlah Rinso (= detergent), Supermie (= mie instant), Chiki (=snack makanan ringan), dan masih banyak brand lain yang telah begitu melekat dengan jenis produk mereka.

Kalau dipikir-pikir, hebat ya! Saya pribadi merasa bahwa brand-brand tersebut telah menjadi brand yang sangat kuat dalam jenis produknya masing-masing (tentu perpektif yang bahas saat ini dengan mengenyampingkan merek menjadi generic dan hilang di pasar seperti Odol). Apakah semua brand bisa seperti itu? Apakah brand-brand yang lain mampu “mengalahkan” mereka? Jawabannya ya tentu saja mungkin! Asalkan sebuah brand dapat mencapai tingkatan yang sanagt kuat di target marketnya, saya yakin akan banyak “Aqua-Aqua” lain di pasar.


Lalu mungkin pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana sebauh brand bisa menjadi begitu kuat di pasar? Daniel Surya, Country Director The Brand Union, pernah menyampaikan bahwa ada 3 tahapan yang bisa membuat brand kita menjadi powerful brand.

1. Visual Identity
Apa yang pertama konsumen ketahui dari produk yang kita miliki? Tentu saja adalah segala sesuatu yang dapat mereka lihat. Yah yang paling gampang mungkin nama brand itu sendiri, logo dan kemasan. Berusalah sekuat mungkin untuk membuat konsumen kita tertarik begitu melihat nama, logo dan kemasan produk kita, karena itu adalah hal pertama yang akan membuat mereka mengingat atau menyimpannya di benak mereka.

Nama yang bagus bukan berarti nama yang kebarat-baratan, bukan bearrti nama yang elegan dan sebagainya. Nama yang bagus adalah nama yang merepresentasikan produk yang dijual dan sesuai dengan target market yang dituju. Logo yang baik juga bukan berarti logo yang rumit, yang penuh filosofi berat yang justru memusingkan saat dilihat, tapi adalah logo yang juga merepresentasikan apa yang ingin ditanamkan melalui produk yang kita miliki. Kemasan yang bagus pun harus mampu menarik perhatian targert marketnya untuk setidaknya melirik atau tidak ragu untuk mengambilnya di rak display misalnya.

Intinya adalah, di tahapan visual identity ini kita harus memikirkan sebaik mungkin bentuk-bentuk visual yang mampu membuat target market kita merekam dengan jelas apa saja yang mereka lihat dari produk kita.

2. People Identity
Jika brand kita telah mampu memberikan visual identity yang tepat dan menarik di target market, berarti sudah waktunya kita bermain di tahapan selanjutnya untuk menjadi brand yang kuat di pasar. Di tahap people identity ini, yang “bermain” adalah orang-orang yang mewakili brand itu sendiri. Disini orang-orang yang berhadapan langsung maupun tidak langsung dengan konsumen harus mampu memberikan service yang terbaik bagi mereka. Memang pada intinya di tahapan ini service adalah segalanya. Memberikan konsumen kepuasan akan produk yang kita miliki merupakan hal terpenting yang akan mempertaruhkan keberhasilan kita untuk menjadi brand yang kuat.

Pernah lihat tulisan “Anda tidak puas, silakan hubungi kami. Anda puas, silakan hubungi teman-teman Anda.”. Itu tulisan yang sering saya lihat di warteg-warteg atau warung nasi yang dulu suak saya kunjungi semasa kuliah. See? Bahkan “sekelas” warteg dan warnas saja menyadari penuh bahwa kepuasan konsumen akan berdampak sangat besar bagi usahanya. Pernyataan besarnya adalah bahwa kepuasan bisa didapatkan dari pelayanan atau service yang baik dan maksimal yang mereka terima. Maka dari itu jangan pernah meremehkan service.

3. Mind Identity
Ok, tahapan visual identity sudah dapat terlewati dengan baik oleh brand kita. Tahapan people identity juga telah terpenuhi dengan sangat baik. Selamat, ini berarti brand kita layak untuk naik di tahap selanjutnya, tahap terakhir untuk menjadi powerful brand, yaitu mind identity. Disini, yang “bermain” bukan lagi kita atau produk kita, tapi justru konsumen itu sendiri. Setelah mereka melihat, tertarik dan mengingat produk kita, lalu kemudian mendapatkan kepuasan dari service yang kita berikan, secara otomatis mereka akan menyimpan brand kita tersebut di dalam benak mereka. Pencapaian tertinggi apa lagi dalam sebuah usaha branding jika bukan mencapai benak konsumen dengan sempurna?

Tertanamnya brand kita di benak konsumen akan memberikan banyak keuntungan bagi kita. Selain mungkin saja brand kita bisa menyamai fenomena Aqua, Rinso, Chiki dan lain-lain itu tadi di atas, hal ini juga memberikan peluang yang sangat besar dalam membentuk loyalitas konsumen terhadap produk adan brand kita tersebut. Kita memang harus berbicara tentang banyak factor lain jika berbicara mengenai peningkatan penjualan ataupun loyalitas. Namun brand yang mampu ada di tahapan ini sudah pasti akan mampu bertahan di tengah kondisi bisnis atau perekonomian seperti apapun.

Bagaimanapun juga brand yang kuat adalah impian dan tujuan dari semua pebisnis dari produk yang mereka miliki. Tidak sulit sebenarnya kan? Kita hanya perlu menghadapi 3 tahapan di atas. Ini hanyalah masalah komitmen! Komitmen semua pihak untuk mau bersama-sama melewati tahapan-tahapan itu denagn baik dan mencapai kesuksesan, menjadi powerful brand!

3 comments:

Elsa said...

wuuuooooooooo......
relly good lesson. thanks for sharing

reinhard said...

continue your expression!!

blogger said...
This comment has been removed by the author.