Jul 21, 2009

Result Oriented Management,
It’s Not a Nightmare for Us


Saya tipe orang yang sangat ‘menggilai’ berkumpul dengan teman-teman, baik itu teman kerja, teman kuliah, SMA, SMP, bahkan teman sedari TK pun masih saya jaga silaturahminya sampai sekarang. Menjadi lebih menyenangkan lagi karena topic obrolan kita setiap kali berkumpul tidak lagi hanya seputaran cinta, keluarga, ataupun pertemanan, tapi ditambah dengan topic pekerjaan. Karena semua dari kami mayoritas telah bekerja untuk orang lain (bukan wiraswasta maksudnya), sudah dipastikan cerita-cerita mengenai situasi kerja, sifat para atasan, corporate culture, dan curhatan mengenai pekerjaan tak pernah absen menjadi bahan obrolan kami.

“ Gw suka kesel deh kalau si bos ngasih gw tugas yang susaaah banget dan dengan manisnya bilang “Terserah gimana kamu caranya, yang penting saya mau besok tugasnya sudah selesai!”…ampun deh! Suka nggak mau tau proses, maunya hasil aja!”, ini curhatan salah satu teman SMP saya yang sekarang ini sedang bekerja di salah satu IT Consultant di Bandung. Entah hanya bermaksud menimpali atau memang curcol (curhat colongan) teman saya yang lain yang sekarang bekerja di salah satu koran harian umum di Bandung langsung nyerocos “ Iya tuh, udah gitu pas kita serahin hasilnya, dia protes, ngomel-ngomel karena hasilnya kurang memuaskan versi dia. Dia mah nggak pernah mau tahu kalau kita berusaha kemaksimal mungkin kaya orang gila, sampai nangis darah sampai nggak tidur semaleman untuk ngerjain itu. Don’t care with the process, just need the result! Dasar Result Oriented! Yang penting hasil, bukan proses!”. Saya sampai wondering, dia pasti mengalami hal yang seperti itu dari atasannya. Berapi-api banget!=D

Hmmm…saya sih jadi berpikir sendiri dalam hati, “atasan saya kaya apa ya? ‘paham’ seperti apa yang ‘dianut’ oeh kantor saya ya? Ngak pernah kepikiran sampai kesitu sih sebelumnya…”. Saya masih ingat dulu salah satu bos saya pernah “memarahi” tim activation kita, padahal event-nya sukses lho,tapi menurut beliau, dia ‘kecewa’ karena dia tahu proses yang terjadi selama persiapan hingga pelaksanaan, prosesnya kacau sekali. Menurut beliau, saat proses yang harus dijalani berjalan dengan baik, maka hasil sih pasti mengikuti. Makanya saya berpikir bahwa dia ‘proccess oriented’. Ah tapi dalam beberapa hal, beliau akan tetap marah jika prosesnya benar sementara hasilnya tidak seperti yang diinginkan. Lho, jadi gimana nih??

Heee…sebenarnya sih kalau kita mau membuka pikiran, apapun itu, mau result oriented atau process oriented, ya ujungnya pasti hasilnya harus bagus. Ya nggak make sense juga kan kalau prosesnya baguuus sekali, tapi hasilnya tidak ok. Buat apa? KJadi ya pada dasarnya semua perusahaan pasti menganut paham result oriented lah!=)

Eitz, sebenarnya apa sih result oriented management itu? Ya gampangnya adalah system manajemen yang menginginkan hasil maksimum dengan pengukuran yang jelas. Jadi kalau kamu dikasih tugas jadi marketing, pengukuran keberhasilan kamu sebagai marketing sudah ada ukiuran yang jelas. Misalnya dalam 1 minggu harus ada closing minimal 1 deal. Maka kamu akan lebih mudah melihat bagaimana caranya supaya hasilnya tercapai, manajemen juga jadi mudah mengukurnya, kalau tidak ada 1 closing bulan ini, ya bewrarti kamu gagal. Justru malah fair kan?

Tapi jangan salah, menerapakan result oriented management itu memerlukan beberapa tahapan, seperti yang disampaikan oleh Jan Schouten and Wim van Beers :

1. Set the target
Jangankan perusahaan, kamu saja pasti punya target dalam hidup kamu kan? Tidak ada perusahaan yang jalan dengan prinsip ‘go with the flow’, profit dan kemajuan perusahaan saja sudah masuk menjadi target/ tujuan perusahaan. Target akan memudahkan perusahaan untuk ‘melihat’ masa depan perusahaan dan menkadi penyemangat bekerja para karyawannya. Jadi di awal, jangan lupa untuk menentukan target apa yang ingin atau harus dicapai. Ini bisa merujuk pada tujuan jangka panjang perusahaan, jadi target jangka pendek atau target individu pun yang dibuat harus sejalan dengan hal tersebut.

2. Translating
Setelah target ditentukan, waktunya menerjemahkan tujuan perusahaan ke dalam tujuan Strategic Bussiness Units (SBU) dan juga tujuan individu. Maksudnya disini, tahap selanjutnya perusahaan harsu menyusun SBU yang sesuai atau berdasarkan tujuan perusahaan, nggak ‘masing-masing’. Begitu juga dengan tujuan divisi sampai tujuan individu sekalipun, semuanya harus berdasarkan tujuan perusahaan secara umum, tidak boleh bertentangan. Ya nggak akan lucu saja kan kalau perusahaan, manajemen, dan individu memiliki tujuan yang tidak ada hubungannya dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan. Nggak nyambung! Bagaimana bis maju kalau begitu?=)

3. Result Oriented Agreements
Nah seperti sempat saya singgung di atas, hasil yang ingin dicapai sebaiknya memang memiliki pengukuran yang jelas. Tapi jelas saja tentu belum cukup. Banyak karyawan yang iya-iya saja saat atasannya menentukan taeget yang harus mereka capai, tapi saat pengukuran ternyata baru diketahui mereka lupa atau misperception dengan pengukuran yang dibuat. Maka dari itu, perusahaan selanjutnya harus membuat suatu result oriented agreement mengenai tujuan yang ingin dicapai tersebut. Agreement ini akan menjadi “buku besar” bagi perusahaan dan karyawannya. Dan karena semua pihak sudah ‘agree’, maka tidaka ada excuse sedikitpun untuk penyimpangan atau pelaksanaan yang tidak maksimal.

4. Implementation
Semua persiapan sudah tersusun dengan baik, maka apalagi langkah selanjutnya jika bukan implementasi. Setiap individu dalam perusahaan harus mampu mengaplikasikan semua tujuan dan target tersebut, menyetir dirinya sendiri dan memanage laporan yang harus diberikan pada perusahaan atau pada atasan. Tidak ada gunanya tujuan yang hebat, target yang tinggi, jika semuanya itu tidak dapat diterapkan di dunia nyata saat pelaksanannya. Baik divisi maupun individu yang in charge harus juga mampu mengarahkan dirinya untuk dapat melaksanakan tugas sebaik mungkin hingga dapat mencapai tujuan atau target. Jangan lupa juga selalu sempatkan untuk membuat laporan mengenai proses itu baik diminta ataupun tidak. Karena sesungguhnya laporan itu akan menjadi saksi mata ‘perjuangan’ kamu dan juga sebagai ‘alarm’ kamu.

5. Periodic appraisals, progress control.
Walaupun semua tujuan dan target sudah disusun bahkan sudah dilaksanakan, bukan berarti semuanya stop sampai disitu. Jangan pernah lupa untuk melakukan pengecekan laporan dan pengukuran secara periodic terhadap proses dan pencapaian hasilnya. Selain itu, selama implementasi tersebut jangan sampai tidak ada pengontrolan terhadap setiap progress yang ada. Kontrol yang baik akan menghindarkan kita dari kekeliruan atau ‘ketersesatan’ dari tujuan dan target yang ingin kita capai. Semua ini lebih menjadi ‘guardian’ kita untuk mencapai tujuan dan target yang telah ditetapkan. Selama ada yang menjaga dan mengingatkan, rasa-rasanya kemungkinan gagal sedikit sekali ya!=)

Jadi gimana, tidak salah kan jika perusahaan menganut system result oriented? Lagipula proses dan maknanya tidak ‘sekasar’ yang teman-teman saya utarakan di awal kan? Kalau yang kaya gitu sih saya juga bisa ngomel-ngomel dalam hati (walaupun kadang ada juga sih! Hehee!;p). Tapi sekarang kita jadi tahu kan bahwa pengertiannya bukan seperti itu dan proses-proses itu membuka mata kita bahwa it’s not a nightmare kok! Hehee!;p

No comments: