Jul 21, 2009

Bisnis = otak kiri + otak kanan


Selama ini bertemu dengan berbagai karakteristik pebisnis membuat saya belajar banyak. Satu kesimpulan besar, adalah mereka pebisnis yang sukses adalah seorang yang jenius! Dulu pada waktu masih menjadi mahasiswa dan berada di lingkungan orang-orang teknik, saya merasa bahwa orang teknik itu jenius banget yah!! Ya.. beberapa tahun setelah bergelut di bidang perekonomian dan bertemu dengan orang-orang yang mampu membangun bisnis dari nol hingga beromset besar membuat saya berubah pikiran. Saya rasa pebisnis adalah orang paling jenius dibandingkan profesi lainnya, dan kenyataannya mereka tidaklah harus bergelar S1, S2, S3 atau es teler…

Latar belakang opini saya tersebut adalah bahwa seorang pebisnis yang sukses tidak hanya mampu mengembangkan otak kiri mereka, yaitu berupa pengelolaan keuangan, jalur distribusi dan sistem stok barang, tetapi juga otak kanan mereka, berupa konsep produk atau jasa yang mereka tawarkan, kemampuan psikologi mereka dalam melakukan pendekatan baik kepada karyawan mereka sendiri atau bahkan kepada para konsumen. Sebelum bertemu dengan orang-orang di balik kesuksesan perusahaan raksasa tersebut, saya berasumsi bahwa “pasti ada para profesional di balik semua kesuksesan ini”, tapi ternyata saya salah, yang sebenarnya adalah “ada orang jenius di balik para pekerja profesional tersebut”.

Selama ini juga saya berkali-kali bertukar pikiran, melakukan berbagai diskusi dan studi dan bahkan sesekali merenung untuk mendapatkan “keyword” atas keberhasilan sebuah bisnis. Di awal langkah saya bergabung dengan perusahaan in-house brand and marketing ini, saya merasa kreativitas memegang peranan penting (maklum, waktu itu saya berada di divisi kreatif). Saya seringkali berasumsi bahwa dalam membesarkan sebuah brand/bisnis, kreativitas memegang peranan penting, bahwa pada saat sebuah produk berhenti untuk berinovasi, maka produk tersebut akan mati. Tetapi dengan berjalannya waktu, saya menemukan banyak elemen lain dalam bisnis. Bagaimana dengan pemasaran? Bagaimana dengan pengelolaan keuangan? Investasi perusahaan? Sistem internal atau bahkan pengelolaan SDM? Begitu banyak kunci bukan, yang harus dibuat “sempurna” untuk bisa menghasilkan sebuah bisnis yang sukses?

Lalu melangkah ke divisi Strategic Planning, saya merasa bahwa peran strategi sungguh kuat dalam menentukan kesuksesan bisnis, terutama yang berhubungan dengan visi perusahaan yang diterjemahkan dalam berbagai strategi jangka pendek perusahaan. Idealisme saya mengatakan bahwa kunci utama dalam sebuah perusahaan besar adalah kekuatan para profesional yang ada di dalamnya yang mampu menjalankan setiap rincian perencanaan menjadi nyata, baik yang menyangkut ke pengembangan internal perusahaan maupun mengenai pemasaran ke para target market. Lalu apakah selesai sampai di sana tanda tanya yang muncul?
Ternyata tidak! Karena strategi adalah sebuah barang onggokan sampah tanpa adanya kekuatan untuk membuat seluruh organisasi bergerak menjalankannya.

Lalu apa yang menjadi jawaban atas pertanyaan tersebut? Orang-orang yang saya temui dan memegang peranan besar dalam bisnis mereka masing-masing memiliki 1 karakteristik yang sama. Mereka bisa mengantarkan bisnis menjadi besar, karena mereka adalah seorang pemimpin! Yup! Itu adalah jawabannya. Pemimpin atau Leader adalah “keyword” dari seluruh kesuksesan perusahaan. Leader atau CEO sebuah perusahaan adalah penggerak; mereka adalah bahan bakar yang membuat sebuah bisnis berjalan dan melangkah menuju tujuan bersama-sama. Itulah mengapa orang-orang yang berkompetensi menjadi CEO handal merupakan the most wanted person di dunia bisnis dan sudah menjadi sasaran langganan para head-hunter. Jawaban inilah yang memberikan pencerahan pada beberapa kasus yang kami tangani, bahwa beberapa perusahaan terkadang tidak menyadari hal tersebut. Mereka fokus pada pengembangan teknologi, produk, atau bahkan strategi marketing; mengeluarkan banyak uang untuk bisa bermimpi mengalahkan para pesaingnya. Tapi apakah mereka pernah mengevaluasi : sudah benarkah pemimpin perusahaan mereka menjalani fungsi kepemimpinan itu sendiri?

Saya rasa, begitu banyak perusahaan yang fungsi organisasinya masih lemah dan itulah akar dari ketidakberhasilan program-program yang diciptakan. Beberapa kasus dari Harvard Business Review yang sempat saya studi, menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan besar di dunia mengagendakan hal terpenting dalam perencanaan bisnis para pemegang saham adalah menentukan siapa CEO terbaik yang harus memimpin perusahaan mereka. Hal ini memperlihatkan betapa pentingnya sebuah leadership dalam sebuah bisnis. Para pemegang saham P&G pun memutuskan untuk meng-hire A.G. Lafley sebagai CEO mereka di tengah krisis pada pertengahan tahun 2000, karena berdasarkan career history, mereka yakin bahwa beliau adalah orang yang tepat dan berpengalaman dalam menyelematkan krisis perusahaan.

Pada artikel nya “What only the CEO can do” (HBR May 2009), A.G. Lafley menjelaskan 4 koridor utama pekerjaan CEO berdasarkan observasi Drucker :

1. Defining and interpreting the meaningful outside
Melakukan pengumpulan data outlook (internal dan eksternal perusahaan), melakukan analisa bisnis dan penyusunan strategi perusahaan (otak kiri)

2. Answering, time and again, the two part question : What business are we in and what business are we not in?
Mengamati peluang dan memanfaatkan peluang tersebut dengan berbagai inovasi, dengan tetap diimbangi pertimbangan analisa bisnis (kreativitas = otak kanan)

3. Balancing sufficient yield in the present with necessary investment in the future
Melakukan perencanaan investasi baik dalam hal keuangan, produk dan teknologi (otak kanan)

4. Shaping the values and standards of the organization
Penciptaan culture perusahaan dan berbagai pendekatan organisasional, termasuk di dalamnya penciptaan corporate values (kreativitas dan psikologi = otak kanan)

Bagi kami, pengalaman menangani perusahaan dengan skala yang beragam (tidak hanya skala besar) membuat kami memiliki lebih banyak input dalam menganalisa problem bisnis, tidak hanya dari sudut pandang yang ideal tetapi juga perusahaan yang masih dalam proses berkembang. Terkadang analisa kami menyatakan bahwa masalah utama seringkali terlihat bukan dari aktivitas pemasarannya, tetapi dari fungsi organisasinya, atau lebih buruknya lagi : tidak memiliki seorang pemimpin! Bagaimana dengan perusahaan Anda?

Sudahkah ada orang yang tepat dengan kemampuan otak kanan dan kirinya yang mampu membawa perusahaan Anda menjadi lebih baik?

No comments: