Dec 9, 2013

Jualan Kok Lewat Sosmed .....

Beberapa waktu lalu saat saya bertemu kakak dan kakak ipar saya yang sudah 5 tahun tinggal di Australia, kami mendiskusikan tentang perkembangan tren penggunaan internet dalam bisnis. Di Australia, sama seperti di Negara-negara maju lainnya, internet telah menjadi bagian dari infrastruktur utama kehidupan masyarakat, sama seperti air dan listrik. Bisa dibilang seluruh bagian aktivitas masyarakat menggunakan fasilitas internet. Dari beli tiket bioskop sampai beli tiket tol (tidak ada layanan bayar tol offline).

Apalagi belanja online, belanja online tidak hanya masuk dalam kategori produk fisik namun juga semua bentuk transaksi sudah terbiasa orang lakukan melalui internet. Lalu karena memang saya penasaran saya bertanya apakah mereka juga jualan lewat messenger dan social media seperti yang heboh sekali di Negara kita. Ternyata jawabannya tidak. Malah mereka sempat bingung masa iya social messenger digunakan untuk jualan, apalagi social media, komentarnya kurang lebih "Jualan kok lewat sosmed?"

Dan penguat saya pada akhirnya ingin menuliskan ini, karena saya baru membaca data yang dikeluarkan oleh Marketeers di tahun 2013 ini, terkait kebenaran bahwa e-commerce di Indonesia dikuasai oleh social channels. (Lihat Tabel di Atas)

Lebih dari setengah pelaku transaksi online menggunakan social channels yaitu social media (26.4%) dan messenger group (27%). Sedangkan channel yang umum digunakan untuk transaksi online di luar negeri, yaitu online forum for shopping dan online shop memiliki jumlah yang lebih sedikit.

Judul artikel ini diperkuat dengan alasan mereka kenapa membeli melalui messenger adalah karena gampang! Tidak hanya alasan pertama, namun jika kita telusuri alasan-alasan berikutnya, sangat erat sekali dengan karakter masyarakat kita yaitu  lebih mudah, kenal dengan yang jual (trust) dan rekomendasi teman. Mau media offline, mau media online masyarakat Indonesia tetap ya gitu.. karakternya ga berubah. Cuma medianya saja yang pindah.

Kembali ke pembahasan tentang berjualan melalui social channel, khususnya social messenger seperti Blackberry Messenger, Whatsapp, Line, Kakao, bahkan yang tren sekali di kalangan penjual tas KW adalah Instagram. Kira-kira berikut adalah beberapa plus minusnya dibandingkan dengan Anda membuat sebuah Online Store.

1. Membeli karena cocok
Jangankan teman-teman yang tinggal di sub urban, saya sendiri yang tinggal di kota besar masih membeli karena factor sreg. Kalo offline contohnya, saya bisa tidak jadi beli di sebuah restoran atau toko hanya karena saya tidak sreg dengan orang yang melayani.

Sama juga dengan transaksi online. Kalo online store, buat saya desain penting, karena kalau desainnya tidak merepresentasikan brand yang terpercaya saya tidak mood untuk beli. Begitu juga dengan penjual via messenger. Jika orang yang melayani saya tidak suka maka saya tidak jadi beli. Tapi kalo mereka enak diajak ngobrol, menjawab apa yang ditanya bahkan memberi berbagai informasi penting, wah langsung ga sadar udah transfer.

Keunggulan pertama dari menggunakan sebuah social messenger untuk berjualan adalah Anda dengan mudah memunculkan sisi human dalam layanan Anda. Jangan lupa bahwa setiap konsumen tetap akan lebih senang dilayani secara customized, oh apalagi orang Indonesia :)

Tipsnya jadilah pribadi yang menyenangkan dan helpful, baik bagi Anda jika masih Anda yang menangani langsung atau bagi petugas Customer Service Anda yang menangani BBM/Whatsapp/Line/Instagram bisnis Anda. Buatlah konsumen merasa cocok dengan Anda, dan mereka akan dengan senang hati membeli.

2. Engagement and Virality
Social messenger memungkinkan engagement yang lebih erat dibandingkan sebuah toko online.  Tidak hanya conversation yang tercipta lebih mendalam, namun juga lebih mudah untuk mengirimkan informasi produk atau promo terbaru Anda.

Bisa kita lihat bahwa habit go online mulai bergeser dari Social Media seperti Facebook ke Social Messenger seperti Line, BBM, Whatsapp. Hampir setiap menit, mereka yang mengecek gadget mereka akan melihat apakah ada “panggilan” di social messenger mereka.

Update produk atau promo terbaru penting untuk menjalin topic, namun penting untuk menjaga frekuensinya supaya tidak mengganggu ya.

3. Nga autopilot
Namun berjualan lewat social messenger ini juga ada kelemahannya. Sebagian besar yang berjualan lewat social messenger adalah pebisnis yang masih ditangani langsung oleh pemiliknya. Atau mereka yang berbisnis sampingan. Banyak di antara mereka yang senang dan puas meraup omset bahkan hingga lebih dari 50 juta sebulan hanya dengan chatting, BBMan, Whatspam, IGan.

Namun ada 1 kelemahan dibandingkan online store. Saat Anda memiliki online store, sebenarnya pekerjaan teknis yang dilakukan lebih sedikit. Karena mesin bekerja untuk Anda (autopilot). Anda hanya perlu melakukan pekerjaan persiapan barang setelah order (bahkan pembayaran) masuk. Hal ini memungkinkan untuk membesarkan bisnis Anda lebih mudah. Bahkan hanya dengan engine yang sama omset Anda akan berlipat tak terhingga. Anda juga tetap memiliki waktu Anda.

Tipsnya apabila Anda telah terbukti sukses berbisnis melalui social messenger. Pelan-pelan bangunlah engine Anda sendiri. Pelan-pelan arahkan konsumen Anda untuk melihat katalognya di facebook (minimal social media dulu yang free) atau blog (juga free). Namun jika Anda sudah memiliki modal yang cukup Anda sebaiknya membangun online store Anda sendiri. Melalui Online store tidak hanya konsumen dalam negeri, namun juga konsumen luar negeri bisa Anda garap.

Soo… sis, bro, buat yang kemarin-kemarin bertanya perlu ga saya buat grup BBM atau grup whatsapp buat jual tas ya? Jawabannya tentu saja ya!!! Terbukti banyak para pebisnis yang telah sukses “berdagang” melalui social messenger ini. Beberapa bocoran dari data yang diungkapkan oleh Andi S. Boediman, bahwa pengguna terbanyak social messenger di Indonesia masih dikuasai oleh Blackberry. Kedua diikuti Whatsapp, dan berikutnya Line, Wechat dan Kakaotalk.

Buat yang ga punya waktu terlalu banyak bisa fokus ke beberapa yang utama saja, supaya layanan Anda juga tetap maksimal. Met jualan, sis/bro!

No comments: